"Dan kau menyambut ciumannya waktu itu di club." Satu isakan lolos dari bibirku. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku merasa cengeng dengan hal-hal sensitif seperti ini.
"Jangan melebih-lebihkan. Aku tidak menyambutnya. Aku hanya berdiam diri" ucap kak Alan enteng. Dia pikir aku akan puas dengan penjelasannya barusan? Apa dia tidak berperasaan? Aku mencoba menepis tangannya yanh semula melingkar possesive di perutku.
"Kau diam menikmati ciumannya di depanku" satu lelehan air mata jatuh dari pelupuk mataku. Tubuhku bergetar karena menahan isakan dan air mata yang mendesak merembes tak tertahankan.