"Bagaimana? Kau suka?" Suara kak Alan di belakangku membuatku terperangah. Rasa kesalku karena kak Alan yang selalu sibuk dengan pekerjaannya mendadak hilang.
Aku benar-benar takjub dengan pesawat pribadi kak Alan. Ini luar biasa. Bahkan ada bar kecil di dalam pesawat mewah ini. Hanya ada kami berdua di kursi penumpang. Kulihat kak Alan menuangkan wine di gelas kecil. Aku memalingkan wajahku dan menikmati pemandangan dari balik jendela pesawat.
"Aku tidak tahu sejak kapan kak Alan punya pesawat pribadi" ujarku masih takjub, tempat duduknya bahkan terasa sangat empuk. Kak Alan adalah orang yang perfeksionis, ia pasti sudah mempersiapkan semuanya dengan sempurna, aku jadi kasihan dengan Nindi, dia pasti harus bekerja dengan keras demi memuaskan bos besarnya ini.
"Kau pikir aku siapa?" Tutur kak Alan arogan. Aku mendecih mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya.