Chapter 8: Beban di Hati
.
"Alhamdulillah,"
.
.
"37.8 derajat."
"Alhamdulillah, sudah mulai turun." ujar ibu Ina.
Ina bersyukur walau kondisinya masih terbilang panas dan lemas. Nanti sore bagian satgas akan mengumumkan hasil tes Ina. ia merasa deg-degan, karena hasilnya akan mempengaruhi apakah Ina akan dibawa ke ruang isolasi di rumah sakit, atau kedepannya Ina masih bisa beraktivitas seperti biasa.
"Semoga kamu cuman kelelahan saja, Ibu ga tega Nak kalau lebih dari ini." ujar ibunya.
Ina paham maksud Ibu, sekali menjadi pasien dengan hasil positif tes, Ina harus dibawa ke rumah sakit. Diisolasi dan mendapat perawatan dari rumah sakit sebagai perawatan parsial, berhubung sampai sekarang vaksin untuk menyembuhkan pasien positif belum ditemukan. apabila Ina berhasil sembuh dan tidak menunjukan gejala terkait lagi, keluar dari rumah sakit merupakan sebuah prestasi sekaligus awal beban.
beban? Yep, dampaknya dengan kehidupan sosial Ina. mungkin tetangga, teman atau kerabat dekat tidak akan mengunjungi Ina sekeluarga. stigma dan diskriminasi akan terjadi.
Ina minum segelas air hangat sebelum kembali berbaring. seharian Ina hanya berbaring, tidur dan makan. hingga sore hari pun tiba, satgas berkumpul di ruang tamu. Ina bisa mendengarkan cukup jelas perbincangan mereka dengan orang tuanya.
"hasilnya negatif," sahut seseorang bersuara asing, dia salah satu anggota satgas. "tapi karena kondisinya belum sehat, disarankan tetap berada di rumah sampai pulih. dia rentan terpapar," tambahnya lagi.
"Alhamdulillah," serentak kedua orang tuanya. "Baik pak, kami akan merawatnya sampai Nak Ina sembuh," sahut ayah Ina.
"karena hasilnya sudah didapatkan bukan berarti kami bisa lengah, sementara kami masukkan Ina dalam daftar pemantauan kami," sahut orang satgas tersebut. "kalau sudah sembuh akan dilakukan tes kembali, apabila tes menunjukan negatif lagi maka nama putri bapak kami cabut dari daftar pemantauan. Na'udzubillah jika sebaliknya, kami akan melakukan prosedur sesuai protokol rumah sakit rujukan."
Satgas tersebut pamit. Ayah Ina mengantarnya ke depan sedangkan ibu Ina mendatangi kamar Ina membawa kabar gembira.
Ina bersyukur dalam hati yang terdalam, hari itu ia bisa tertidur pulas setelah sekian lama.
...
Tapi, keesokan harinya terjadi sesuatu yang kurang bagus untuk Ina.
Ina mendapat pesan dari Mira, ia meminta maaf tidak bisa menjenguk sampai sekarang karena tidak diizinkan orang tuanya. Awalnya Ina menganggap karena saat itu belum ada hasil pasti terkait kondisi Ina sehingga masyarakat sekitar pasti tidak berani. setelah Ina membalas pada Mira bahwa hasilnya negatif, Mira melanjutkan bahwa masyarakat lebih geger daripada yang Ina kira.
"jadi begitu, Ina..."
"..."
"Ina... Ina? *hic* aku mau jenguk kamu, tapi... tapi--"
"Iya, gapapa Mir, aku yakin saat ini yang terbaik adalah pulih kembali lalu membuktikan bahwa aku masih sehat." sahut Ina. berusaha menutupi sakit di dadanya, ia tidak mau membuat sahabat sejak kecilnya merasa lebih buruk dari ini.
tidak, Ina yakin, kedua orang tuanya juga menanggung beban yang sama.
selama seminggu Ina tetap berada dikamarnya, panasnya mulai turun. namun panas dingin dalam hatinya tidak berkurang. hal itu karena tempo hari yang lalu, Pak RT bersama sekretarisnya datang mendatangi rumah Ina. mereka mengatakan, warga disini mulai resah dengan aktivitas Ina dan keluarganya, walau mereka sendiri sudah memastikan bahwa tidak ada masalah di keluarga Ina. akhirnya, mereka dan orang tua Ina membuat kesepakatan. sampai Ina sembuh dan tes ulang menyatakan negatif lagi, keluarga Ina dilarang ikut beraktivitas bersama warga.
sejak saat itu, ayah Ina hanya bekerja ke ladang lalu pulang sore harinya. sedangkan apabila biasanya Ibu Ina belanja di warung, setiap pagi selalu berada di rumah, membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan segala aktivitasnya terbatas di rumah dan ladang milik keluarganya.
sesungguhnya, pemandangan dimana orang tua Ina melakukan aktivitas serba terbatas membuat sakit hati Ina. tidak sekalipun Ina mendengar keluh kesah orang tuanya agar Ina lekas sembuh dan lekas melakukan tes ulang. Ina yakin, kedua orang tuanya tidak ingin menjadi beban untuk Ina.
Dirinya adalah beban untuk keluarganya.
...