Chereads / Savior from Italy / Chapter 4 - Suasana Yang Berbeda

Chapter 4 - Suasana Yang Berbeda

Setelah beberapa hari yang lalu kami mengalami peristiwa tak terduga, pagi ini aku meminta Cagliari untuk menemaniku menemui Juventus, tapi sepertinya aku tak melihat anak itu keluyuran di halaman depan rumahku.

Lazio: kemana perginya si payah itu, pasti dia sudah ke basecamp dan tidak mengajakku.

Tak perlu berlama-lama di jalan, karena aku tak suka membuat orang menunggu, jarak dari rumahku menuju basecamp kami membutuhkan waktu sekitar 6 menit jika berjalan kaki, itu membuatku sedikit keberatan karena aku sering telat kesana, ya.. itupun karena aku sering kesiangan.

Lazio: selamat pagi semua, hari yang cerah bukan.

Roma: terlambat lagi dan mencari alasan supaya bisa lolos kan..

Lazio: yang penting si cerewet itu tidak datang.

Sassuolo: eh... anu.. lazio dibelakang mu.

saat aku menoleh ke belakang, muncullah ketakutan terbesarku yang bahkan sering membuatku bermimpi buruk.

Lazio: pagi hari ini usahakan jangan marah dulu..

Atalanta: enak saja kau pikir siapa dirimu, sekali telat tetap saja telat, dasar pemalas!

telingaku ditariknya dengan sangat kencang hingga memerah, walaupun sudah berurusan dengan gadis cerewet tersebut aku masih berharap bahwa juve nantinya juga tak seperti itu saat aku di tempat nya nanti, aku mencari cagliari ke semua ruangan namun yg ku lihat hanyalah beberapa temanku saja

Roma: apa yang kau cari?

Lazio: Cagliari, apa kau melihatnya?

Roma: tidak!

Napoli: bahkan dia juga belum datang.

Atalanta: anak itu akan berurusan denganku nanti.

Sassuolo: galak juga nih anak..

Atalanta: siapa yang bilang galak tadi?

kami semua menunjuk ke arah Sassuolo.

Sassuolo: hey, aku hanya bercanda jangan dibawa serius.

Lazio: omong-omong kau kemana saja, aku tak melihatmu dari kemarin.

Atalanta: biasa, aku ada urusan kemarin, kau tidak perlu tahu itu.

Lazio: jangan sentuh aku.

Atalanta: kenapa? kau tidak pernah merasakan yang namanya sentuhan wanita.

Lazio: anu.. aku ada janji untuk bertemu Juve sebentar lagi.

Roma: untuk apa?

Lazio: aku juga tidak tahu, makanya aku minta cagliari untuk menemaniku.

Atalanta: buat apa dengannya, kalau ada aku disini, biar aku saja yg menemanimu.

Sassuolo: cie.. ada yg lagi bermesraan nih..

Lazio: diam kau gendut!

Sassuolo: najis baperan.

Roma: plagiat kata-kata nya AC Milan.

Lazio: si kembar juga tidak datang.

Napoli: mereka Raid bareng Chievo.

Roma: mereka tidak sepertimu, pemalas.

aku tak mau mendengar ocehan mereka tentang diriku, lantas aku dan atalanta bergegas ke tempat juventus, namun suasana agak berbeda saat kami berjalan bersama mungkin karena aku selalu bersama cagliari jadi suasana yg biasanya ceria mendadak menjadi sunyi.

Lazio: anu.. aku baru pertama kali berjalan bersamamu sebelumnya, jadi kurasa...

Atalanta menoleh ke arahku sambil melontarkan senyumannya.

Atalanta: huh, aku tak mengerti apa yang kau katakan, sebaiknya kita cepat agar juve tidak menunggu lebih lama.

Lazio: ah.. iya benar juga.

kami mempercepat langkah agar segera sampai, namun sepanjang perjalanan wajahku tak berhenti memerah menahan rasa malu, aku tak pernah berjalan bersama seorang wanita sebelumnya apalagi sekelas atalanta yang cukup populer di italia, siapa yg tak kenal dengan atalanta hampir semua klub mengenalnya, bahkan banyak pria yg tergila-gila padanya termasuk diriku sendiri.

tapi aku selalu berpikir tidak mungkin pria lemah sepertiku mendapatkan orang sepertinya, aku pertama kali berkenalan dengannya saat masih di serie-b, kami sama-sama berjuang agar bisa mencapai divisi utama kembali dan akhirnya kami berhasil melakukannya, sejak saat itu hubungan kami mulai akrab apalagi kini dia juga menjadi rekan satu timku jadi aku agak sering melihatnya belakangan ini.

Atalanta: biar aku saja yg memanggilnya.

Lazio: ba..baiklah.

Atalanta: hey juventus, lazio ingin bertemu denganmu.

Juventus pun berdiri di depan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

Juventus: kenapa terlambat?

Lazio: eh.. anu.. tadi aku..

Atalanta: tidak ada apa-apa hanya berjalan santai saja, benar kan Lazio.

aku hanya tersipu malu saat melihatnya menatapku dengan senyuman manisnya seketika jantungku berdebar-debar dan wajahku kembali memerah

Lazio: eh.. bisakah kita langsung ke pembicaraan.

Juventus: ah.. kau benar juga, ada sesuatu yg ingin kukatakan pada kalian berdua.

aku penasaran dengan apa yg akan dikatakan oleh Juventus, namun pikiranku terhalang oleh wajah dan senyuman manis atalanta, sesekali aku tak sengaja membayangkannya dan membuatku menjadi tidak fokus, jangan-jangan aku memiliki perasaan suka terhadapnya...

{Continued}