Suasana pesta yang seharusnya meriah penuh dengan kebahagiaan, kini berubah menjadi drama kesedihan. Sang mempelai wanita tidak kunjung keluar dari kamarnya saat mengetahui jika suaminya yang 5 menit lalu mengucapkan janji suci pernikahan (ijab qobul), kini telah pergi meninggalkannya sebelum bertatap muka dengannya.
Jangankan melihat wajah sang mempelai wanita, mempelai laki-laki meninggalkan tempat acara tepat setelah selesai mengucapkan ijab qobul. Sebelum mempelai wanita keluar dari kamar.
Semua yang hadir terkejut melihat kenyataan itu, terlihat kepanikan di antara para tamu. Mereka bertanya tanya ada apa sebenarnya? Kenapa sampai mempelai laki-laki meninggalkan tempat acara tepat setelah melakukan ijab qobul? Begitulah pertanyaan para tamu yang tak kunjung mendapat jawaban.
Sebagai tuan rumah, pak Hermanto meminta para tamu untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena acara tidak dapat di lanjutkan.
"Ayah jahat, tega sekali memanfaatkan kepolosan kak Ayla untuk kepentingan ayah sendiri, ayah benar-benar egois. Aku malu punya ayah sepertimu," ucap Ferdy, anak bungsu dari bapak Hermanto.
Setelah mengucapkan itu, Ferdy beranjak meninggalkan ayahnya yang diam terpaku di tempatnya. Bagaikan mendapat tamparan keras di wajahnya. Kini pak Hermanto terduduk di sebuah kursi, dengan tatapan lesu dan juga malu.
"Ternyata aku salah mengambil keputusan, ternyata aku sudah salah. Maafkan ayah Ayla, maafkan ayah," gumam pak Hermanto dengan penuh penyesalan.
Ya benar, pernikahan ini adalah atas kemauan pak Hermanto. Di saat mendapatkan tawaran dengan iming-iming uang 500 juta. Dia menyetujui pernikahan anaknya dengan pengusaha terkenal dari kota.
Walaupun pak Hermanto tidak mengenal siapa pengusaha tersebut, yang dia tahu kini hutang judinya terlunasi dengan cara anaknya menikah dengan pengusaha muda dari Jakarta tersebut.
Apalagi pak Hermanto tahu pengusaha itu masih muda dan juga belum menikah. Sehingga pak Hermanto tidak perlu khawatir jika anaknya akan di jadikan simpanan atau pun istri kedua.
Namun semuanya kini berubah penyesalan, masa depan anaknya terancam, suaminya meninggalkan anaknya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu, sang pengusaha muda itu juga belum pernah bertemu dengan anaknya.
Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan juga tidak akan berguna. Lantas bagaimana dengan nasib sang mempelai wanita saat ini?
Di sebuah kamar yang tertutup rapat, mempelai wanita yang masih menggunakan baju pernikahan. Terlihat terpukul dengan kejadian ini.
"Ay, sabar ya, anggap semua ini adalah cobaan hidup yang harus kamu lalui," ucap Devi yang berusaha menenangkannya. "Aku akan membantumu mengurus perceraian kamu dengan lelaki brengsek itu, Ay,"
Ayla masih diam tanpa kata, berbagai perasaan berkecamuk di dalam dadanya. Marah, sedih, malu, bahkan merasa di permainkan. Perasaan yang tak mampu ia gambarkan lagi dengan kata-kata.
'Seburuk itukah aku? Sehingga suamiku meninggalkan aku di hari pernikahanku sendiri. Walaupun ini adalah perjodohan yang di atur oleh ayah karena uang, tapi setidaknya bagiku pernikahan ini adalah sakral,' batin Ayla bergejolak.
"Laki-laki brengsek itu harus mendapatkan balasannya Ay, harus!! Dia telah mempermalukan kamu dan juga keluargamu, ini tidak bisa di biarkan," ucap Vanny salah satu sahabat Ayla yang menemaninya di kamar dengan penuh amarah.
"Kita tidak tahu kemana mencari laki-laki itu Van, bagaimana kita akan membalas dia?" Ucap Devi.
Degg!!
Bagaikan di hujam anak panah tepat ke arah jantungnya. Ketika Ayla mendengar perkataan Devi.
Ya.. memang benar Ayla tidak tahu siapa suaminya, darimana asal usulnya, bahkan di mana dia tinggal. Yang Ayla tahu, dia menikahi laki-laki dari Jakarta, seorang pengusaha muda yang rela melunasi semua hutang ayahnya.
Ayla meremas dress yang di kenakannya sebagai pelampiasan rasa sakit yang di rasakannya.
"Sabar Ayla, aku pasti akan membantumu menemukan laki-laki brengsek itu, dan mengurus perceraian kalian nanti," ucap Devi.
Seakan merasa tidak sanggup menahan semuanya, kini air mata Ayla semakin deras membasahi pipinya. rasanya begitu sakit dan sesak di dadanya.
Kata-kata Devi tidak mampu menghentikan tangisnya, Ayla pramudita tetap saja menangis tertunduk dengan masih menggunakan baju pengantin berwarna putih.
Devi tahu sahabatnya ini pasti sangat terpukul dengan semua yang telah terjadi padanya. Pernikahan yang dari awal tidak di inginkannya. Kini menjadi boomerang baginya. Di tinggalkan setelah resmi menyandang status sebagai istri.
Devi meraih tubuh Ayla dan mengelus punggungnya untuk membuatnya tenang. Walaupun semua tamu sudah bubar dan pulang, tapi rasa malu yang di rasakan Ayla tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya kepada sang ayah dan juga kepada seorang laki-laki yang kini menyandang status sebagai suaminya.
"Dev, bawa aku pergi dari sini, aku tidak ingin tinggal di sini lagi, Dev," ucap Ayla yang berada di pelukan Devi sahabatnya. "Bawa aku pergi dari desa ini, aku mohon Dev."
Devi sedikit terkejut mendengarnya. Memang benar Devi ingin mengajak Ayla untuk ke Surabaya. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini. Devi melihat ke arah Vanny yang juga melihat ke arahnya.
Vanny akhirnya mendekat ke arah Ayla, mereka bertiga saling berpelukan seakan memberikan kekuatan pada Ayla yang saat ini sedang rapuh.
Tok tok tok!!
Mendengar ketukan pintu, Devi dan Vanny saling pandang. Lalu kemudian Vanny berjalan mendekati pintu dan membukakannya.
"Ferdy? Ada apa?" Tanya Vanny.
"Bagaimana keadaan kak Ay? Aku ingin bicara dengan kak Ay sebentar," ucap Ferdy.
"Masuklah," ucap Vanny.
Ferdy pun masuk ke dalam kamar. Ferdy sangat prihatin melihat kondisi kakaknya yang terlihat bersedih.
"Kak," ucap Ferdy.
Tanpa basa-basi Ayla langsung memeluk adik semata wayangnya itu. Tangisannya kembali pecah di dalam pelukan sang adik. "Kakak tidak ingin tinggal di sini lagi dek, kakak terlalu malu dengan semua orang di sini," ucap Ayla dengan tangisnya.
Ferdy memeluk sang kakak dengan penuh cinta. "Iya kak iya, kita akan pindah dari sini. Biarkan ayah merenungi kesalahannya seorang diri," ucap Ferdy.
Suasana sedih bercampur haru menyelimuti kamar itu. Hingga akhirnya tanpa berpikir panjang lagi, Ayla memutuskan untuk meninggalkan tempat kelahirannya malam itu juga.
Dengan di bantu Devi dan juga Vanny. Ferdy memutuskan untuk ikut dengan kakaknya. Baginya melindungi kakaknya lebih penting dari segalanya. Walaupun baru lulus SMK, Ferdy terlihat dewasa.
Pak Hermanto tidak mampu berkata apa-apa lagi. Bahkan pak Hermanto juga tidak mampu mencegah kepergian kedua anaknya. Walaupun kata maaf dan penyesalan sudah terucap dari bibirnya.
Tapi itu tidak mampu merubah keputusan Ayla dan Ferdy untuk pergi dari desa terpencil itu. Meninggalkan desa kelahirannya dengan cara seperti ini. Sungguh tidak pernah terlintas di pikiran Ayla dan juga Ferdy.
"Maafkan ayah yang tidak bisa membuat kalian bahagia anak-anakku," gumam pak Hermanto menatap kepergian kedua anaknya.
Bersambung