Menghela nafas samar, Anya menutup pesan singkat yang ia terima dari Eve sepupunya di Utrecht.
"Jok, tolong lebih cepat lagi ya." Anya meminta sambil mengurut pelipisnya.
"Mbak Anya kenapa? Sakit?" Joko bertanya sambil menginjak pedal gasnya lebih dalam.
"Enggak. Hanya saja aku harus cepat-cepat ke bandara."
Joko tersentak mendengar Anya menyebutkan bandara. Mas Bos Artha seperti belum tahu soal ini.
"Bandara, Mbak? Lho memangnya Mbak Anya mau kemana tho?"
"Belanda, Jok. Omaku kena serangan jantung. Aku harus cepat-cepat menjenguknya."
"Saya turut prihatin ya, Mbak. Selain saya diminta ngebut, apalagi yang bisa saya bantu, Mbak?"
"Tolong jangan kasih tahu Artha ya? Biar aku sendiri yang nanti kasih tahu?" pinta Anya sendu karena akan meninggalkan Artha meski pun itu tak selamanya.
"Baik, Mbak Anya." Joko menyanggupi permintaan Anya. Memacu mobilnya secepat mungkin menuju Jakarta.
Begitu tiba di kediaman Jovan, Anya bergegas mengemasi barang-barangnya bersama Amoka.