"Apa maksudnya ini, Pa?" ulang Rafael lagi. Kedua matanya yang berkilat menatap wajah terkejut Daniel.
"Ra-Rafael...?" Daniel terbata. Tubuhnya membeku, tiba-tiba ia tidak dapat berpikir dengan jernih.
Rafael mengalihkan perhatiannya dari Daniel. Perlahan-lahan, ditatapnya sebingkai foto di pojok ruangan. Di sisi kanan-kiri foto tersebut terdapat vas kecil dengan bunga krisan putih di dalamnya, dengan secangkir teh hangat di depan bingkai foto itu.
"Rafael, kenapa kamu ada di sini?"
Daniel seharusnya marah. Putranya itu sudah melanggar peraturannya untuk tidak masuk ke ruangan ini. Seharusnya ia maki Rafael, seret cowok itu, atau ia pukuli dengan ikat pinggang seperti yang biasa ia lakukan dulu. Namun, tatapan yang terpancar dari puteranya itu...