Chereads / TURNING PAGE / Chapter 2 - Dua

Chapter 2 - Dua

Fall Tower International High School

Fall Tower adalah kota terkecil yang ada di Semenanjung Delmarva. Penduduknya tidak lebih dari lima ratus ribu jiwa. Dan tidak sulit menemukan letak sekolah baruku di Fall Tower. Sama seperti bangunan sekolah pada umumnya, sekolah baruku berwarna dominan merah dan juga cokelat, bertingkat tiga, memiliki halaman parkir mobil yang luas, lapangan dengan rumput yang akan selalu basah ketika diinjak. Yeah.. Fall Tower memiliki curah hujan jauh lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya yang ada di Semenanjung Delmarva.

Aku memarkirkan volvo tua milik Adrian dengan hati-hati di parkiran mobil, bersanding dengan mobil-mobil lainnya yang jauh lebih mewah dan juga mengkilat dari mobilku saat ini. Ini membuatku sedikit bertanya-tanya dalam hati, mengapa di kota sekecil Fall Tower teman-temanku bisa membawa mobil-mobil mewah tersebut?!

Seorang cowok yang kelihatan seperti anggota klub memanah menyapaku sambil melambaikan tangan. Dia tampan, dengan tato kecil di kedua pipinya, memegang sebungkus pretzel di satu tangan dan juga sekaleng soda di tangan yang lain. Aku hanya bisa tersenyum samar sambil menganggukkan kepala, membalas sapaannya ala kadarnya.

Aku meraih ransel berwarna biru usang yang kuletakkan di kursi penumpang, menggendongnya dan berjalan menjauh dari parkiran mobil dengan kepala tertunduk. Aku tahu semua orang menolehkan kepala mereka yang cantik seiring langkah kakiku, dan karena itu aku mempercepat langkah berharap aku sampai di ruang administrasi sekolah secepatnya.

Miss Mia adalah wanita berambut pendek kecokelatan yang ramah. Dia menyenangkan, menyapaku saat aku membuka pintu ruang administrasi pertama kali. Dia memakai pakaian santai--kaos dan juga celana bahan panjang. Dia lebih tampak seperti olahragawan atau mahasiswi jurusan seni yang sering kulihat di TV atau majalah-majalah yang dibeli mum daripada seorang petugas TU.

"Jadi, Hope, ya...?!" Dia meraih lembar pendaftaran dan data diri yang kuulurkan padanya. Aku mengangguk, membalas sambutannya dengan senyuman simpul. "Apa kau berharap bisa bertahan di Fall Tower untuk waktu yang lama?!" Dia bergurau. Dia meneliti dataku dengan kepala menunduk sambil mengetuk jemarinya di atas permukaan meja berwarna cokelat membosankan.

"Kau mengikuti kelas tambahan di Beverly sebelumnya?"  Miss Mia terdengar tidak percaya sekaligus takjub saat aku menjawab pertanyaannya. Aku mengangguk, dan dia tersenyum jauh lebih lebar dari sebelumnya.

Miss Mia membantuku mendapatkan jadwal, memberiku peta sekolah, dan memberitahuku apa saja yang harus kulakukan di hari pertamaku sebagai murid baru. Aku menerimanya dengan wajah datar sambil menganggukkan kepala, keluar dari ruang administrasi dengan banyak barang bawaan dalam genggaman tangan.

Kelas pertamaku adalah biologi. Aku memandang peta sekolah yang baru saja diberikan oleh Miss Mia, mencari dimana kelasku pagi itu. Ruang 4F. Itu ada di bagian barat gedung sekolah. Sambil menghindari tatapan penuh rasa ingin tahu dari banyak orang aku bergegas menuju ruang 4F.

Aku mengetuk pintu kelas, dan suara "masuk" yang menyenangkan menyambutku. Tanganku membuka pintu dengan gemetar, kedua mataku mendapati seorang pria yang mungkin berusia akhir dua puluh atau awal tiga puluh berdiri di depan kelas sambil memegang sesuatu seperti... gurita kecil?!

"Ah, kita kedatangan tamu... Mikaela Hope?!"  Dia menyebut namaku dengan ragu-ragu. Aku mengangguk, berjalan menghampiri guru biologiku tanpa melepas tatapan pada sepasang sepatu kets berwarna putih yang aku pakai pagi itu, menyerahkan absen dan juga data diriku sendiri kemudian si guru tampan memintaku untuk duduk.

Permulaan yang bagus. Aku tidak perlu memperkenalkan diriku sendiri dan aku berterima kasih karenanya.

Cewek berambut cepol yang duduk di barisan tengah melambaikan tangan juga tersenyum ramah saat aku mendaratkan bokong di atas kursi yang ada di deret paling belakang. Aku menganggukkan kepala satu kali dan kuharap itu cukup.

"Nah, Miss Hope, hari ini kami mencoba untuk melihat organ dalam gurita..."  Aku menunduk memandang gurita kecil menjijikkan dengan selaput dan lendir di bagian tubuh serta tentakelnya. "Kami baru saja mulai untuk membuat sayatan di,-"  aku tidak mendengarkan kelanjutan kalimatnya.

Ini mudah. Aku pernah melakukan ini sebelumnya saat di Beverly dulu. Dengan penuh rasa percaya diri tanganku bergerak meraih pisau dan gunting kecil yang ada di sebelah nampan berisikan gurita tersebut, mulai melakukan tugasku sementara yang lain masih mendengarkan instruksi yang disebutkan dengan suara keras oleh guru biologi kami.

Lima belas menit berlalu. Aku berhasil mendapatkan nilai dan juga aplaus dari seluruh penghuni kelas karena menjadi yang pertama menyelesaikan tugas.

Cewek berambut cepol yang tadi melambaikan tangan kini menghampiri mejaku dengan tergesa-gesa sekaligus bersemangat. "Hai..."

"Hei..."  Aku mengangkat wajah sekilas, tersenyum kepadanya dan kembali memasukkan barang-barangku ke dalam ransel.

"Jadi, Mikaela Hope... aku Tina. Kim Tina. Mereka memanggilku Tina..."  Aku hanya menganggukkan kepala. "Jadi, Beverly, eh?! Hebat... aku juga murid baru. Baru saja pindah semester lalu..."

Kim Tina murid pindahan dari China Midland. Ayah dan ibunya adalah pedagang, dan ayahnya memiliki toko alat perkakas yang menjual alat kebutuhan rumah tangga di distrik delapan Fall Tower.

Tina cewek yang menyenangkan. Dia banyak tertawa dan tawanya menular dengan mudah.

Jadwal kami selanjutnya adalah fisika. Aku tidak pernah suka dengan fisika meskipun aku tidak pernah mendapat kesulitan sedikit pun dengan mata pelajaran yang satu itu.

Guru fisika kami adalah seorang wanita berusia empat puluh tahun yang masih luar biasa cantik, dengan rambut merah sepinggul dan dadanya... itu dada terindah yang pernah kulihat. Diam-diam, aku melirik ke bawah, tepat ke dadaku sendiri dan aku tidak bisa membedakan mana dada dan mana pergelangan tanganku karena mereka tidak tampak berbeda.

Miss May memulai kelas fisika dengan memintaku untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu di depan kelas. Dia juga banyak bertanya tentang Beverly, seperti iklim di sana, makanan khas Beverly, dan pria-pria tampan yang ada di Beverly.

"Dia memang belum menikah,"  Tina berbisik di telingaku.

Jam selanjutnya adalah istirahat. Kami memiliki waktu istirahat selama satu jam dan ini adalah waktu istirahat terlama yang pernah kumiliki. Di sekolah-sekolahku sebelumnya, aku hanya memiliki waktu istirahat selama 45 menit dan menurut teman-temanku dulu, itu hanya cukup digunakan untuk berjalan dari ruang kelas ke kafetaria.

Kafetaria di sekolah ini letaknya ada di bagian belakang gedung, dekat perpustakaan. Tina berbaik hati menemaniku dan memintaku untuk mengganti peta yang kudapatkan dari Mia dengan peta hidup--yaitu dia, dan aku cukup senang mendengarnya.

Kami melewati gedung perpustakaan yang cukup besar. Bagian luar gedung berwarna abu-abu, seperti warna cat perpustakaan umumnya. Aku mengerling ke dalam. Sepertinya tidak banyak pengunjung perpustakaan pagi itu.

Pintu depan perpustakaan dibuka dan seorang cowok berambut hitam kebiruan memakai flanel berwarna hitam, jeans, menggendong ransel keluar dari dalam perpustakaan. Tangan kanannya memeluk buku yang cukup tebal sementara tangan kirinya berlari di rambutnya.

"Jangan buang-buang waktu... dia cowok terkeren di sekolah ini. Sekaligus cowok tercuek yang pernah kukenal. Tidak ada yang pernah berhasil kencan dengannya.."  Tina berdiri tepat di sebelahku membuatku terperanjat.