Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Married With My Enemy

Kertia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.7k
Views
Synopsis
Nina Maharani Putri terpaksa harus menikah dengan Aldo Mahendra Saputra, yang tak lain adalah musuhnya sendiri saat di SMA dulu. Mereka terpaksa menikah, karena sebuah perjanjian konyol di antara orang tua mereka saat masih muda.

Table of contents

Latest Update1
Bab 14 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

Kala itu di SMA Nusa Bangsa tengah di adakan penerimaan siswa baru. Dan tak jauh dari gerbang, berdirilah seseorang yang keberadaanya cukup mencolok. Yaa, dia adalah Aldo Mahendra Saputra. Semua mata tertuju padanya, parasnya yang mampu mengalihkan dunia kaum hawa yang berandai-andai bisa menjadi kekasihnya. Aldo sendiri adalah siswa kelas XI IPA 1, kelas yang terkenal dengan perkumpulan orang-orang pintar dan berbakat.

Tak hanya tampan, Aldo juga seorang siswa yang sangat cerdas. Ia seringkali mewakili sekolah dalam hal perlombaan, baik antar sekolah, mau pun antar Provinsi. Dia sendiri di beri amanah oleh para guru dengan menjadikannya seorang ketua OSIS. Dan tentu saja, selama masa kepemimpinannya, sekolah menjadi lebih baik.

"Minggir.... Minggir!! Tolong semuanya minggir!"

Tiba-tiba dari arah gerbang muncul sepedah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Aldo yang saat itu telat menghindar, dan tiba-tiba saja.

Brukk.....

Suara seseorang yang jatuh, semua mata tertuju pada arah sumber suara. Terlihat seorang perempuan yang menindih tubuh Aldo yang sudah tersungkur di atas tanah. Nina yang kaget melihat seseorang yang tertindih olehnya dengan buru-buru ia menepuk-nepuk wajah Aldo.

"Hey, kau tak apa apa? Apa kau bisa mendengarku?" tanya Nina dengan nada yang khawatir, namun tiba tiba saja sebuah tangan menepis tangan Nina yang sedang menepuk nepuk wajah Aldo.

"Singkirkan tanganmu dari wajahku!" serunya dengan nada yang dingin.

Nina yang menyadari bahwa pria yang telah ia tabrak membukakan mata, ia hanya menghela nafas lega. Ia merasa bersyukur karena ia tak perlu melibatkan orang tuanya jika sampai terjadi sesuatu pada Aldo.

"Syukurlah, apa kau baik-baik saja? Aku minta maaf, tiba-tiba saja rem sepedaku blong."

"Hey, apa kau buta?" tanya Aldo dengan suara yang dingin.

"Apa maksudmu?" Nina menyipitkan matanya, ia tak faham apa yang di bicarakan oleh pria itu.

"Apa kau tidak melihat jika di hadapanmu itu ada orang yang sedang berdiri? Setidaknya belokkan sepedahmu ke arah lain! Apa kau sengaja melakukannya?" Aldo menghujani Nina dengan pertanyaan yang tak berujung.

"Akukan sudah meminta maaf! Lagi pula aku memang tak sengaja melakukannya" ucap Nina kesal karena perkataan Aldo barusan.

"Terserah! Yang jelas, sepeda bututmu itu sudah waktunya untuk di buang ke rongsok!" perintah Aldo dengan nada yang sangat dingin.

Nina yang mendengar hal itu menjadi geram, ia tak terima jika sepeda kesayangannya di katakan butut.

"Aku kan sudah meminta maaf! Dan kau juga tak perlu menghina sepeda kesayanganku!" jawab Nina ketus.

"Terserah, pokonya sepeda bututmu bisa membahayakan nyawa orang lain tau!" jawab Aldo dingin sambil berlalu meninggalkan Nina yang sedang mamatung sambil memegangi sepeda kesayangannya.

Tiba-tiba saja Aldo membalikan lagi tubuhnya, dan menunjuk wajah Nina dengan jari telunjuknya, "Ah tentu saja kamu akan mendapat hukuman karena telah melakukan tindakan kekerasan pada ketua OSIS"

"Persetan! Akukan sudah minta maaf! Dan aku juga tidak sengaja melakukan itu!" Nina berteriak dengan cukup keras agar pria itu mendengar ucapannya.

Itulah awal mula pertemuan antara Aldo dan Nina. Setelah kejadian itu, mereka sering terlibat dalam hal hal yang tak terduga. Dan sialnya, mereka selalu berada di organinsasi yang sama. Entah itu di OSIS, klub bahasa, klub sains. Bahkan Nina sendiri ia menjadi wakil sekretaris di OSIS. Seolah olah takdir pun terhibur oleh pertengkaran mereka berdua.

3 bulan kemudian. Di parkiran

Pagi itu Nina yang sedang mematung karena bingung dimana ia akan menyimpan sepedanya. Di saat ia sedang kebingungan, tiba-tiba saja di ia kagetkan dengan suara klakson sebuah mobil.

Titt... Titt... Titt...

"Astaga!" Nina yang terperanjat kaget langsung menghindar dan memberi jalan kepada mobil itu untuk lewat.

Namun aura wajahnya tiba-tiba saja berubah saat melihat sosok yang keluar dari mobil tersebut. Ya, dia adalah Aldo. Yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sendiri. Aldo yang mampu membuat Nina kehilangan kontrol karena sikap Aldo yang menurutnya sangat menjengkelkan.

"Cih! Sial banget ya, pagi-pagi ada aja ya yang bikin emosi," keluh Nina dengan nada yang sangat ketus, karena pagi-pagi sudah ada hal yang membuatnya jengkel.

Aldo yang mendengar hal itu langsung menyipitkan matanya karena ucapan Nina barusan menyinggung sedikit perasaannya.

"Hey, yang ada juga kamu tuh pagi-pagi udah ngalangin parkiran aja," balas Aldo dengan nada yang tak kalah ketus.

"Hah, lagian parkiran tuh masih luas tau! Nah liat, masih banyak yang kosong di sebelah sanakan? Bilang aja kalo kaka pengen deket-deket sama aku," cibir Nina dengan nada meledek dan posisi tangan menyilang di dada.

Aldo yang mendengar hal itu langsung mengepalkan tangannya, ia menahan emosinya agar tidak meluap-luap. Karena, bagaimanapun Aldo paling tidak mau sampai harus main kasar dengan seorang perempuan. Meski itu adalah musuh bebuyutannya sendiri.