" Biar bagaimanapun laki-laki bukan pihak yang harus di salahkan dalam maraknya kasus seks bebas di kalangan remaja. Tuntutan-tuntutan untuk menjaga sikap, tidak seharusnya menjadi pekerjaan dasar laki-laki semata. Karena pada akhirnya apa yang terjadi adalah pelangkaran sosial ini dilakukan oleh dua manusia yang berbeda jenis kelamin, yakni laki-laki dan wanita. Sekali lagi saya tidak setuju. Jika kami para lelaki masih menjadi subjek masalah dalam pembicaraan ini. Lebih jauh saya juga ingin mengatakan dengan berjuta maaf saya pada kaum wanita, bahwa seharusnya wanita juga memiliki penjagaan dari dalam dirinya sendiri. Wanita harus mampu berdiri pada idealismenya dan sebisa mungkin menghindarkan diri dari perilaku seks bebas ini."
Suasana diskusi pada ruang kelas menjadi sangat riuh ketika seorang siswa mengutarakan sanggahannya terhadap pernyataan dari kelompok siswi yang menganggap bahwa wanita hanya korban dari sebuah perilaku penyimpangan sosial, yakni seks bebas. Debat terbuka sengaja di buka oleh seorang pengajar untuk memberi peluang siswa dan siswi dalam mengembangkan kemampuan berpikir serta berbicara para siswa-siswi tersebut. Namun apa yang terjadi, ternyata dari kedua kelompok yang terdiri dari kelompok siswa dan kelompok siswi saling menyalahkan dan mengarah pada kericuhan (diskusi yang mulai tidak sehat/tidak objektif).
Pada baris kedua dari belakang, tepatnya di dekat dinding kelas. Seorang siswa tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi. Tangannya sibuk membuka lembar demi lembar buku yang ia dapatkan dari seorang kenalannya di kelas tujuh ( sebutan lain dari kelas satu SMA). Sudah dua minggu buku itu ada di tangannya namun baru beberapa hari belakangn ia meserius membacanya. Hal itu di sebabkan oleh kesibukannya menjadi panitia pelaksana pada masa orientasi siswa-siswi baru.
" kringggg... "
Bel berbunyi tanda istirahat belajar. Tiba-tiba tiba suasana kelas menjadi sangat kosong. Siswa yang cukup skeptis itu juga keluar bersama temannya. Sepertinya mereka menuju kantin sekolah untuk makan siang.
Ada dua kantin di sekolah Madrasah Aliya Negeri kedua di kota kabupaten ini. Kedua kantin itu seolah menjadi gambaran terbaik untuk melihat bagaimana bentuk senioritas masih sangat ketal terjadi. Lihat saja ketika para siswa dan siswi dari kelas tiga yang baru masuk ke kantin maka tanpa di beri aba-aba maka siswa-siswi dari kelas yang lebih rendah ( kelas dua dan satu) akan mencoba mengosongkan bangku untuk diduduki kakak-kakak kelas mereka. Dan bukan hanya itu, kantin sekolah juga mampu menjadi tempat melihat mana siswa-siswi dengan prwkonomian kuat dan rendah. Serta kantin sekolah juga menjadi tempat untuk saling mengenal bagi para siswa-siswi dari berbagai kelas dan tingkat kelas.
" Hai kak Rifki. "
Sekelompok siswi dari kelas satu menyapa seorang siswa dari sekelompok siswa kelas tiga yang baru saja memasuki kantin.
" Cieee... Kak Rifki terkenal.. Yeeeee.. "
Sontak teman-temannya mencoba mengoda Muhammad Rifki, siswa kelas tiga yang sempat menjadi panitia pembimbing gugus pada masa orientasi siswa. Wajar jika ia di kenali oleh adik-adik kelasnya. Dan ia hanya sedikit tersenyum akan hal itu. Lalu memaksa teman-temannya untu secepatnya memesan makanan saja. Lagi pula Riki sangat malu akan peristiwa itu. Ia bukan anak yang suka mengekspos diri ataupun menjadi seorang nyaman menjadi pusat perhatian. Hobinya membaca buku dan sangat suka pelajaran sains serta paling jarang untuk berkumpul bersama teman-temannya. Banyak waktu yang di habiskan untuk sendiri, belajar dan mengunjungi perpustakaan. Setidaknya ia sering melakukan itu sejak ia masuk kesekolah hingga saat ini berada di kelas tiga.
Dan di saat inilah ia mulai sedikit merubah dirinya. Sebenarnya sudah di mulai sejak ia duduk di pertengahan semester di kelas dua. Saat itu ia di rekomendasikan untuk menjadi anggota Osis oleh seorang temannya yang juga terpilih menjadi ketua osis pada saat itu. Buntut dari di masukkannya ia menjadi anggota adalah Rifki menjadi sering bertemu banyak siswa-siswi dari kelas lainnya dan menjadi sangat banyak kegiatan di sekolah. Hingga ia juga di tunjuk untuk menjadi seorang panitia pelaksana Masa Orientasi Siswa. Dengan semua kegiatan itu, membentuk pola pemikiran baru dalam benaknya. Hingga ia akhirnya sedikit demi sedikit mengubahnya menjadi seorang siswa yang cukup aktif. Meski tak jarang juga ia tetap acuh tak acuh untuk beberapa hal. Sepertinya, jiwa introvert dalam dirinya sudah cukup kuat mengakar.
Ontrovert sendiri adalah istilah bagi karakter manusia yang cenderung untuk menutup diri dari lingkungannya, cukup pasif dalam bertindak dan kadang terlihat asik dengan dunianya sendiri. Tapi jika dilihat lebih jauh lagi, seorang yang introvert memiliki kebaikan tersendiri dalam sistem kerja hidupnya. Misalnya, seorang yang introvert akan lebih teliti dalam melakukan kerjanya. Hal ini di sebabkan oleh ketelitian mereka dalam segala hal. Mereka akan begitu yakin terhadap sesuatu, ketika mereka telah lebih jauh memikirkan atau menganalisanya. Yang menarik lagi dari seorang berkarakter inrovert adalah mereka adalah teman atau sahabat yang baik untuk kita membicarakan apapun atau tempat curhat terbaik. Di jamin rahasia kita akan terjaga olehnya. Sedangkan kekurangannya, kita harus lebih bekerja lebih untuk tetap bisa menghidupkan suasana ketika bersamanya. Dan mereka yang introvert juga, mampu merubah sedikit dirinya menjadi lebih terbuka, dikarenakan introvert hanya sebuah karakter yang mampu di bangun atau di bentuk. Hal menarik ketika itu terjadi adalah mereka akan sedikit menyebalkan saat mencoba mengekspresikan pikirannya yang kadang cukup berhati-hati namun di sisi lain akan sedikit keritis dan tajam dalam komentarnya. Hanya itu, namun sebuah hal normal bagi manusia pada akhirnya.
Karena jiwa introvert yang dimiliki Muhammad Rifki, tidak sedikit dari teman-temannya menjadikannya orang terbaik bagi mereka membicarakan seauatu yang lebih serius dan kadang mengarah pada masalah peribadi mereka. Dan dengan itu juga, membuatnya terbantu untuknya lebih dekat dengan wanita yang baru saja di kenalnya. Seorang siswi dari kelas satu. Adik kelas yang cukup manis dan menarik perhatiannya. Sepertinya, peristiwa meminjam buku tempo hari itu. Bukan sekedar ia tertarik pada buku pemiliknya, melainkan ia juga tertarik pada pemiliknya. Apa lagi, saat ini ia dalam masa pendamaian hati setelah sebulan sebelumnya memutuskan mengakhiri hubungan percintaannya dengan seorang siswi dari kelasnya sendiri. Mungkin akan terlihat sebagai pelarian bagi remaja ekslusif ini.
Seperti yang dipikirkan oleh orang-orang normal pada umumnya, lebih khususnya wanita-wanita yang beranjak dewasa. Laki-laki yang sedikit pendiam akan terlihat misterius dan mengundang rasa penasaran untuk mengenalnya. Terlihat dingin, berkulit sedikit gelap dan wajah yang lebih muda dari umurnya akan memberi nilai tambah untuk Muhammad Rifki, mampu memikat hati wanita.
Baru berumur jagung pertemuan mereka dan hanya sekedar tunas perkembangan pengtahuannya tentang satu sama lain. Ternyata, jauh dari itu Rifki dan Dian telah lebih jauh menaruh harapan mereka. Tidak ada yang menyadari sedikitpun dari orang-orang di sekitarnya. Mereka ternyata telah menjalin hubungan cinta yang telah berjalan selama tiga hari masa sekolah di tahun ajaran baru ini. Dan ini membuktikan satu hal yang menarik dari perilaku seorang introvert, begitu cepat dan tepat pada sasaran. Cukup jauh dari kata pasifmenya seorang lelaki pendiam.