Chereads / JIKA KAMU MENCURI WAKTU / Chapter 1 - Hari Pertama Masa Orientasi Siswa

JIKA KAMU MENCURI WAKTU

Hal_Halis
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Hari Pertama Masa Orientasi Siswa

"kringgggg. " nada dari ponsel berbunyi. Seorang wanita remaja terjaga lalu meraihnya dari atas meja dekat tempat ia tertidur pulas semalam suntuk.  Di matikannya ponsel itu dan ia kembali tidur. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima pagi. Dengan agak sedikit berat, wanita remaja itu mencoba membuka mata lagi untuk memastikan bahwa ia tidak tertidur hingga siang nanti. Tepat ketika matanya tertuju pada jam yang menempel di dinding,  ia lalu terperanjat dari tempat tidurnya.

" Aduh.  Hampir lupa aku. " bisiknya sedikit menguap.

Ia meninggalkan kamarnya menuju kamar mandi. Tidak lama,  ia keluar lagi. Ternyata handuknya tidak di bawanya. Setelah mengambil handuk ia menuju kamar mandi lagi. Setelah itu menutup pintu, yang terdengar suara wanita menggigil dan cipratan air dari luar kamar mandi.

" yang cepat mandinya Dian. " seorang wanita lainnya berteriak dari arah dapur.

Wanita itu adalah tante dian. Semenjak kedua orang tuanya bekerja di luar negeri sebagai TKI,  ia memutuskan untuk tidak ikut dan tinggal di rumah om dan tantenya. Kebetulan juga om dan tantenya belum memiliki seorang anak. Dian di angkat sebagai anak mereka.

" iya tante." suaranya agak gemetar.

" cepat yah. Om dari tadi sudah siap itu. " panggilan om dan tante lebih nyaman di gunakan dalam lingkungan keluarganya yang dominan bersuku bugis.

" iya, iya. "

Terlihat kini ia keluar dari kamar mandi dengan setengah telanjang. Handuk yang ia pakai hanya mampu menutupi dada hingga atas lututnya. Sedikit menjinjit dan menggigil ia berjalan menuju kamarnya,  lalu kembali menutup pintu.

Terdengar suara senandung dari mulutnya. Seperti menghilangkan ke khawatiran akan keterlambatannya untuk mengikuti hari pertama MOS di sekolah menengah atas. Apa lagi jika ia mengingat akan cerita beberapa kakak-kakak sepupunya yang selalu mengatakan bahwa masa orentasi siswa di SMA jauh lebih kejam di bandingkan saat SMP. Hatinya makin gusar dan makin tergesa-gesa ia keluar masuk dari kamarnya menuju dapur untuk setidaknya sarapan sedikit.

Sampailah ketika ia ingin berangkat. Udara dingin pagi itu,  seolah menembus jaket dan seragam sekolahnya. Dengan menggunakan motor, ia di antar menuju sekolah. Sepanjang perjalanan ia terlihat beberapa kali menghangatkan tubuhnya yang kedinginan dengan menggosokkan kedua tangannya lalu menempelkan ke wajahnya. Hingga sampailah ia di depan gerbang sekolah dan omnya pergi meninggalkannya. Saat ingin memasuki gerbang sekolah, ia baru sadar kalau barang bawaannya tidak lengkap. Ia lupa membeli sebungkus coklat sebagai mata kalung yang terbuat dari untaian gula-gula yang sudah di rajut. Seketika ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Sebelum tangannya di tarik oleh seorang panitia pelaksana MOS yang menjaga gerbang.

Panitia yang menariknya seorang laki-laki dengan perawakan kulit yang coklat, rambutnya ikal,  dan memiliki gigi susun sebelah kiri,  terlihat ketika ia memaksa Dian untuk secepatnya masuk dan ikut dalam barisan di tengah lapangan.

Langit perlahan memerah dan bangunan sekolah secara perlahan mulai terlihat jelas. Jam ditangan salah satu calon siswa sudah menunjukkan pukul enam, waktunya gerbang di tutup dan yang terlambat akan di hukum. Meski tidak terlambat Dian masih merasa risau, itu terlihat juga di wajah beberapa peserta MOS yang berbaris rapih menurut gugusnya.

" Semuanya, periksa kembali perlengkapan kalian! Yang merasa tidak lengkap, silahkan maju kedepan. " seorang senior tiba-tiba memecah keributan kecil yang terjadi sesaat lalu, terlihat seorang calon siswa di hukum karena terlambat. Dian mendengar arahan itu, begitupun yang lainnya. Beberapa orang maju kedepan, Dian agak terbata untuk melangkahkan kakinya. Tapi, ia tetap maju kedepan.

" Baiklah,  kalian yang berdiri di depan tetap di sana sampai upacara pembukaan selesai. Dan setelah acara pembukaan nanti kalian harus mengikuti kaka yang berambut ikal itu. Kemana kalian akan di arahkan, itu tergantung dia. Mengerti! "

" Mengerti kak." serempak mereka bersuara.

Upacara berlangsung hikmat dan lancar, di mulai dengan pidato kepala sekolah hingga di tutup dengan pembacaan doa. Peserta MOS yang tidak melanggar membubarkan barisan mereka lalu masuk keruang gugus masing-masing. Sedangkan yang melanggar, masih belum tahu nasib mereka. Hingga tiba seorang laki-laki yang di tunjuk tadi menghampiri mereka, laki-laki yang sama di gerbang tadi. Yang menarik tangan Dian dan memaksanya masuk sebelum ia selesai menemukan cara untuk menutupi kesalahannya.

" Kalian semua ikut saya!"

" Tasnya boleh di simpan dulu kak?" sanggah seorang dari mereka kepada laki-laki tersebut.

" oh iya. Tasnya simpan saja di ruangan. Tapi,  peralatan bersih-bersih kalian bawa saja. "

" Baik kak. "

Mereka membubarkan diri dan masuk keruangan masing-masing. Beberapa hanya sebentar dan ada juga yang cukup lama. Sampai-sampai laki-laki itu meneriaki mereka. Sepertinya hukuman mereka adalah membersihkan salah satu sudut di sekolah itu. Dan hal itu sudah pasti akan membuat mereka kewalahan dan kelelahan lantaran terik matahari yang mulai menusuk pori-pori kulit.

Mereka berjalan mengikuti senior mereka. Menyusuri satu lorong lalu berbelok ke kanan dan menghilang di balik gedung. Sedang riuh suara terdengar dari setiap ruang gugus. Entah apa yang terjadi di dalam sana, hanya saja sesekali mereka tertawa menggoda. Jika mengikuti tradisi lama, maka ada kemungkinan yang mereka tertawakan adalah teman mereka sendiri. Teman mereka yang mendapat giliran untuk memperkenalkan diri.

Matahari terus menanjak, jam dinding yang terlihat melalui pintu utama ruang kepala sekolah menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Lapangan telah kosong, hanya beberapa debu yang terlihat terombang-ambing seketika angin-angin lembut meniupnya. Daun-daun pada pohon-pohon ikut bergerak juga. Beberapa pengajar baru saja tiba. Hari ini adalah hari pertama MOS bagi calon siswa-siswi di tahun ajaran baru. Suasana sekolah yang menjadi bagian hidup bagi anak-anak yang tumbuh setelah masa kemerdekaan di tanah sejuta perbedaan. Suasana sekolah yang kemudian akan menjadi cerita nostalgia saat tiba hari reuni beberapa tahun akan datang.

" cittt... "

Seekor burung kecil melintas. Di ikuti hembusan angin-angin kecil untuk kesekian kalinya. Jalanan menjadi ramai di luar sekolah. Wajar jika ibu kota kabupaten ramai. Yang tidak wajar jika, keramaian itu tiba-tiba menjadi sepi. Sunggu hal menakutkan bagi remaja yang sedang besarnya gejolak semangat mudanya untuk mengeksplorasi diri dan menemukan jati diri. Kesepian adalah rasa yang jika di imajinasikan seperti lubang hitam. Jika seseorang di diami rasa sepi dalam dirinya, maka hal terburuk bagi mereka adalah kehilangan keindahan dunia. Hampa, tidak bersemangat dan penuh ketakutan. Di dalam lubang gelap, kau sendirian. Ingin berbicara, tidak ada yang mendengarkan. Ingin mendengar, tidak ada yang berbicara. Mencoba tersenyum, hanya terlihat gila sendiri. Lalu tiba suatu kondisi,  kesepian itu berubah menjadi kebencian terhadap diri sendiri, itulah penutup dari lubang itu dan kau ada di dalam lubang.

" Hai." sapa seorang siswi kepada Dian.

" Halo. " di jawabnya sambil tersenyum.

" Perlengkapan apa yang lupa? " tanya dia lagi.

" oh. Saya lupa membawa coklat. Kamu sendiri? "

" Sama. Saya juga lupa membawa coklat. Tapi, kita akan melakukan apa ini? "

" Entahlah. Saya kurang tahu. Kita ikuti saja kakak itu. "

Siswi itu hanya terdiam dan setuju untuk tetap mengikuti arahan saja. Tidak lama mereka berjalan, mereka telah sampai pada sebuah padang rumput belakang ruang kelas satu.

" oke. Kalian mendapat hukuman untuk membersihkan tempat ini. Jadi silahkan dibersihkan! Dan jangan berhenti atau masuk di ruangan sebelum semuanya bersih. Saya akan mengawasi kalian. "

" baik kak." serentak mereka menjawab

" khusus yang laki-laki. Kalian harus mengangkat kayu-kayu itu ke dekat gerbang."

Terlihat wajah siswa laki-laki menjadi sangat masam. Beberapa mengeluh dan mencoba untuk menolak. Namun akhirnya mereka lakukan juga, lantaran diancam hukuman yang lebih berat lagi.

Seketika keadaan menjadi sagat sibuk. Sesekali siswa-siswi mengeluh,  ada juga yang kadang  berteduh. Mereka juga sengaja untuk memperlambat kerja mereka. Terik cahaya matahari menembus pori-pori dan mengeluarkan keringat yang sangat banyak.

"Sungguh aku tidak berani untuk menegaskan keberadaan tuhan, tapi aku mampu menegaskan ke ezaannya dengan petunjuk darinya juga.

Hari dimana munculnya kesadaranku akan tulisanku selama ini. Aku Hanya ingin berkata bahwa semua hal terkandung di dalamnya adalah merujuk pada proses belajar, bukan penegasan akan kebenaran. Masih bisa di temukan keburukannya, kebaikannya, kesalahannya dan kebenarannya. Bukan akhir, tapi hanya perjalanan menuju....?

Kemarin malam, angin berembus lembut merasuk ketubuhku.

Dan ketika aku terbangun dari tidur panjang semalaman, aku mual.

Sepertinya masuk angin.

Hal ini terjadi, bukan karena aku tidak terpikir untuk menyelimuti diri atau tidak melakukannya.

Sudah di lakukan langkah pencegahan, namun tetap saja itu terjadi.

Jadi pagi ini saat melakukan pekerjaan, tubuh terasa berat dan sedikit kaku (malas).

Hanya ingin sedikit mengingat akan kekuasaan tuhan. Sungguh tidak ada yang bisa menunda kedatangan pertolongan serta ujiannya.

Pagi ini, cahaya matahari terik sekali. Ujian terbesar bagiku sebagai pencinta keindahan adalah ketika terlupa siapa yang menciptakan keindahan itu. Dan hal menarik yang selalu mendebarkan jantung adalah ketika cerita baru tentang kehidupan mengiang di kepala.

Mungkin kita terlahir untuk bercerita dan berkisah. Karena hakikat kegunaan mulut yang ada pada tubuh.

Mungkin kita harus belajar mendengar dan membaca. Karena hakikat keberadaan telinga dan kegunaannya."

Setelah membaca potongan kalimat dari sebuah buku. Laki-laki yang dari tadi sendirian duduk di bawah pohon di dekat sekelompok siswa-siswi yang sedang membersihkan. Seketika beranjak dari sana dan menghampiri sekelompok siswa-siswi itu.

" bagaimana, apakah sudah bersih semua. " kata lelaki itu.

" sudah kak. " serentak siswa-siswi tersebut menjawab.

" tapi,  yang diujung itu masih panjang rumputnya." sambil menunjuk ke arah yang ia maksud.

" huff.. " mereka serentak mengeluhkannya lagi.

" oke baiklah. Setelah kalian potong rumput itu! Kalian bisa masuk keruangan masing-masing."

"baik kak.. " suara mereka menjadi lebih rendah.

Dan dengan muka yang masam mereka kembali membesihkan. Sementara senior yang mengawasi mereka pergi meninggalkan tempat itu. Setelah hilang di balik gedung. Beberapa siswa laki-laki berhenti bekerja. Hal itu kemudian memunculkan perdebatan di antara mereka sendiri. Setelah itu,  semuanya selesai di kerjakan. Berbondong-bondong mereka menuju ruang gugus masing-masing.

Jika Dia mencuri waktu

Karya : muhammad rifki                         

Jika dia mencuri waktu.

Tulang di pangkuanku yang menjadi penggantinya.

Jika dia mencuri tulang.

Anjing akan mengejar dia.

Jika anjing dia curi.

Maka dia memiliki peliharaan.

Jika anjing dia bunuh.

Hidupnya makin sepi.

Jika sesuatu yang berhubungan dengan hati.

Percayakan saja pada tuhan.

Jika masih meresahkan.

Mungkin lebih baik untuk mempercayakan semuanya pada tuhan.

Hal yang menarik selalu di rasakan remaja.

Pemuda sendiri penuh idealisme.

Orang dewasa akan berpikir bijak.

Orang tua sendiri akan mengasihi anaknya.

Secara tradisi, warisan yang paling nyata adalah ide-ide kehidupan.

Secara sosial,  tuntutan yang paling nyata adalah pola prilaku.

Dan keluarga akan tetap berharap pada kebaikan.

Dian dan seorang teman yang baru ia kenalnya, selesai membaca secarik puisi yang di tempel pada MADING sekolah. Mereka berdua setuju bahwa tulisan itu sangat menarik. Dan mereka masih membicarakan puisi serta penulisnya hingga mereka tiba di ruang gugus mereka, yang kebetulan sama-sama di gugus B.

Jarum jam terus berputar. Matahari secara perlahan bergerak menuju arah barat. Dan hari mulai sore dan sebentar lagi selesai sudah kegiatan hari pertama masa orientasi siswa (MOS). Dan benar saja, bel sekolah telah berbunyi. Dan para calon siswa dan siswi terlihat sedikit bahagia dengan hal itu. Sesaat gerbang sekolah menjadi ramai orang berlalu-lalang. Dian juga terlihat mempercepat langkahnya, karena dia tahu bahwa pamannya sudah menunggunya diluar sekolah. Hari ini ia di janjikan untuk di jemput.

"Dian... "

Seseorang memanggilnya dari belakang. Dan ia berbalik lalu mendapati Rifki yang berlari kecil menghampirinya.

" Ada apa kak? "

" Oh tidak, cuman ingin menanyakan sesuatu. "

" Apa itu kak?"

"  saya ingin tahu tentang puisi yang kamu bacakan di depan kelas tadi. Apakah kamu yang menulisnya. "

"oh itu. Bukan saya yang menulisnya. Puisi itu, saya ambil dari sebuah buku. "

" emmm.. Begitu ya,  boleh saya tahu judul bukunya?"

" aduh agak lupa juga."

" oh begitu ya. "

" iya kak. Tapi,  kakak tenang saja,  kebetulan bukunya ada di rumah. Kalau kakak ingin membacanya, besok saya bawakan. "

" baiklah, saya tunggu ya."

" ok kakak. Kalau begitu saya pergi dulu."

" iya,  hati-hati di jalan. "

Mereka akhirnya berpisah. Dian keluar melintasi gerbang sekolah, sedang Rifki kembali kedalam sekolah untuk mengikuti rapat panitia untuk mengevaluasi  hari pertama masa masa orientasi siswa.