Chereads / kenangan mengusik jiwa / Chapter 1 - Bab 1

kenangan mengusik jiwa

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉDhanil_andi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 14.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

orang jahat lahir dari orang baik yang di sakit...

orang egois lahir dari orang peduli yang tidak di anggap...

dan...

orang pendendam,lahir dari orang yang haknya telah di renggut paksa...

Tlg.20-mai-20..

Febrian halilintar

โšก๐Ÿ’งโšก๐Ÿ’งโšก๐Ÿ’ง

seorang perempuan bermanik coklat madu memijat kepalanya dengan frustasi.ia berjalan mondar-mandir di depan pintu yang bertuliskan 'RUANG OPERASI' dengan perasaan cemas.

berulang kali manik coklat madunya menatap langit-langit rumah sakit.menerawang sembil berdo'a semoga saudaranya yang sedang melakukan operasi transplantasi jantung selama didalam sana.

jantungnya berdebar tak karuan, perasaannya takut semakin menguasai hatinya.bersamaan dengan memori menakutkan dua hari yang lalu kembali berputar di benaknya.

dia benar-benar ingin menangis Sekarang.waktu yang berlalu rasanya seperti mimpi dan sulit di percaya.tetapi, hatinya yang terluka di selubungi sesak dan rasa bersalah sudah cukup menjadi bukti nyata bahwa tragedi ini bukanlah mimpi.

apa yang harus iya lakukan sekarang?

ia benar-benar merasa tidak berguna karena tidak bisa menyelamatkan kedua adik kembarnya.andaikan dia lebih cepat, andaikan dia lebih sigap menghentikan mobil yang dikemudikan oleh pengemudi sialan itu.ini semua pasti tidak akan terjadi.

tes...tes...

tampa disadari, remaja 15 tahun itu menangis.isakan kecil keluar dari bibir tipisnya.suasana rumah sakit yang sunyi semakin meremukkan hatinya.ditambah rasa penyesalan semakin membuatnya hancur.

bahunya bergetar hebat,ia merosot ke bawah hingga terduduk di atas lantai.ia mendekap kedua lututnya dengan erat, dan memberikan wajahnya di sana.

flash black

suara langkah kaki yang terus bersuara ketika dirinya berlari di trotoar sambil dengan gesitnya ia menghindari para pejalan kaki yang tidak terlalu ramai disana, tidak ada kata-kata yang akan keluar hingga pikirkannya tercampur aduk hingga tidak terbentuk.dirinya seperti dikejar oleh penjahat tengah mengejar dirinya yang bisa dibilang orang yang mengejar dirinya adalah saudaranya sendiri.

"kak lili tunggu!"

"jangan dekati aku!"teriaknya terus melanjutkan larinya berusaha menghindar orang-orang disekitarnya, tetap berlari.iris mata coklat madunya melirik lampu lalu lintas untuk pejalan kaki berwarna kuning yang menandakan dirinya bisa menyebrang sekarang.tampah membuang waktu ia langsung berlari menyebrang jalan.

"sepertinya...dia tidak mengejar...ku... lagi..."nafasnya memburu karena efek lari,iya pun menatap ke adiknya yang berhenti tidak menyebarang jalan jika lampu kembali berwarna hijau.otomatis para kendaraan mulai berjalan jika tidak ada pejalan kaki lagi.

"kak lili!"

matanya membulat sempurna, tidak percaya melihat sang adik menyebrang demi mendapatkan dirinya.iya rela menyebrang jalan dengan keadaan lampu jalan yang masih hijau.

banyak kendaraan yang terus melintasi adiknya dan hampir nyaris tertabrak.hay...adiknya memilih keputusan gila...

"kau gila!!!"teringatnya tidak ada niat dirinya untuk berlari jika melihat saudaranya masih tetap menyebrang.

"cepat menyebar!"nada suaranya di tinggikan agar sang adik dapat mendengarnya dan nada-nada yang menadahkan sedikit emosi jika nyawa adiknya akan terancam.

"dan aku bisa mendapatkanmu kak"kekeh adiknya yang terdengar tidak ada rasa takut sama sekali seperti tidak ada beban"dan akulah yang menang"

black

"maaf... hiks ... maafkan aku"

beberapa jam berlalu.akhirnya sang dokter pun keluar.

"huh..."dokter itu menghela nafasnya panjang.

"gimana dok operasi anak saya?!"tanya Lisa dengan wajah penuh harap.

"kami... menyesal, keduanya tidak bisa disalamatkan..."ucap dokter itu dengan wajah sedih.

"maksud dokter? keduanya?!"tanya Lisa heran.

"kami terlambat 1 menit... pasien telah meninggal, dan ketika kami akan menyalamatkan si pendonor jantung,kami terlambat juga"sesalnya.

"ha???!!!"batin lili syok dengan berita ini.lisa langsung saja terduduk lemah kekursi tunggu, sedangkan Aurora memeluk awan-ayah mereka.

rasa sesak apakah ini? kehilangan?apa kata yang dapat mewakili rasa sakit itu? bagaimana keadaan yang dapat menggambarkan suasana hati saat itu?

"lili..."Lisa memeluk halilintar dengan erat.lili hanya terduduk diam.dia hanya bisa diam.terlalu susah untuk mengeluarkan sebulir air mata.hingga terasa tiba-tiba mengering.tawa, hanya itu yang ada di pikirannya.ia butuh lelucon! sungguh pikirkannya mulai gila.

-sore hari

apa yang semestinya di genggaman?

apa yang semestinya di lepaskan?

sekali saja, apakah iya bisa menentukan takdir?

untuk satu hal ini, apakah dia boleh egois?

andaikan dia punya kekuatan lebih untuk kembali ke masa lalu dan berusaha menyelamatkan saudara berharganya.

ini semua pasti tidak akan terjadi.

andaikan... ya... andaikan...

iris coklat mudahnya menatap nanar sebuah nisan yang tertulis nama seseorang yang sangat berharga baginya.walaupun sekarang ia dikelilingi orang yang ikut melayat hingga sampai pemakaman.tetapi, entah kenapa ia merasa kesepian.hawa dingin semakin membuat kulitnya meremang, kenyataan memang sudah di depan mata.tetapi,ia masih sulit untuk mempercayainya.

sekali lagi, di dalam hati iya bertanya

'apakah aku boleh egois? aku tidak ingin mengitkalaskan kepergian dirimu'

"yang sabar, ya"

"gue paham bagaimana perasaan lo.tapi gue harap Lo mau mengiklaskan 'adik' lo pergi"

"gue yakin Lo kuat Lin"

tangan remaja yang bernama hali itu terkepal kuat.untuk apa mereka memberikan kata-kata penenang itu?

sungguh?!

dia tidak butuh kata-kata yang tidak ada artinya itu.

dia hanya ingin apa yang ada didepannya ini tidaklah nyata.dia ingin ini semua hanyalah ilusi bodoh yang selama ini selalu mempermainkannya.

hai, kenapa tidak ada satupun orang yang mengerti perasaannya?

"aaaaggggrrrrkkkkhhhhh..."

halilintar berteriak lalu berlari menjauhi pemakaman, membuat orang-orang yang ada di sana hanya menatap punggung rapuh remaja itu dengan seduh.

pasti berat.... ya, sangat berat...

siapapun, pasti tidak akan kuat didepan takdir.