Jang Dan Bi, gadis kelas 3 SMA yang dua hari lagi akan menempuh Ujian Nasional tapi masih tak ingat perkalian 3 x 6.
Duh, bahkan guru matematikanya aja stress menghadapi Dan Bi. Favorit Dan Bi selain tidur di kelas adalah menghitung tetesan air dari langit-langit kelas yang bocor saat hujan hingga bel berbunyi.
Ia suka makan jeruk walau membuang kulitnya sembarangan. Ia mahir menebak siapa penyanyi misterius di acara King of Masked Singer, tapi itu membuat ibunya kesal. Kalau saja Dan Bi bisa menjawab soal matematika dengan kemampuan itu, Dan Bi pasti bisa lolos Universitas Seoul.
Ibunya mulai mengomeli Dan Bi yang mewarisi bakat ayahnya yang tak pintar matematika sambil nonton drama sageuk. Gantian Dan Bi yang kesal karena acara TV favoritnya diganti. Tapi ibunya ngomel lagi. Karena fisik Dan Bi yang mirip dengannya, kenapa otaknya tidak mirip dengannya? Sukanya cuman nonton TV dan main hape melulu.
"Ah.. Ibu juga sukanya nonton drama sageuk terus. Kenapa Ibu selalu menggangguku?" seru Dan Bi sambil mengemasi buku pelajarannya dan pergi.
Ganti Ibu yang berteriak, "Kalau kau tak punya hal yang kau sukai, setidaknya temukan bidang yang kau kuasai!" Dan Bi ganti berteriak, "Kalau aku lahir di jaman kuno, aku mungkin juga tak akan belajar matematika!"
Ibu melihat Dan Bi ganti baju dan bertanya kemana Dan Bi pergi?
"Diam! Diam! Diam!! Diam dan denganrkan aku!!" jerit Dan Bi di karaoke. Ia ditemani oleh sahabatnya, Sou, karaokean. Bukan karaoke sih, tapi jejeritan hingga score-nya cuman dapat 1. Ha!
Selesai karaokean, mereka lapar dan makan makanan instan di minimarket. Dan Bi makan tteokboki pedas campur telur rebus. Dan Bi merasa hampir gila karena tak punya waktu persiapan, tapi tahu kalau penambahan waktu pun juga tak bisa membantunya. Ia berharap dia bisa menghilang dan Sou saja yang lolos di S.K.Y (Universitas ternama di Korea) dan meraih mimpi mereka berdua.
Tanpa disuruh pun Sou harus melakukannya karena jika ia masuk ke sekolah seni, ia pasti tak dibolehkan makan ramen seperti ini. "Hidup akan hancur kalau kita tak beruntung di hari UN." Dan Bi heran, bagaimana mungkin hidup seseorang hanya ditentukan oleh satu hari itu saja. Dan Bi merasa hidupnya sia-sia saja.
Baju Sou terkena noda ramen tapi Sou cuek. Ia akan berbohong kalau ia mimisan. Hahaha.. jadi semakin keliatan rajin belajar, ya? Dan Bi tak pernah mimisan.
Sou sudah dijemput ayahnya dengan mobil. Maka Dan Bi sendiri, berjalan-jalan tak tentu arah.
Ujian Nasional adalah suatu hal yang besar di Korea. Hari UN telah tiba dengan ramalan cuaca akan hujan lebat. Dan Bi telat bangun dan buru-buru berangkat sekolah. Ibu mengejar Dan Bi dan menyerahkan payung. Tas Dan Bi terbuka dan Ibu melihat snack memenuhi tas. Dan Bi berkata kalau ia akan makan dengan Sou.
Ibu berpesan separuh mengancam kalau Dan Bi mengacaukan UN hari ini, maka tak akan ada harapan untuknya. "Kerjakan semampumu. Kau pasti bisa melakukannya! Fighting, fighting!"
Di bis, Dan Bi menyempatkan diri untuk belajar. Ia sedang mencepol rambutnya saat bis berhenti. Buku-bukunya terjatuh. Ia sibuk mengambili bukunya dengan dibantu seseorang saat menyadari kalau halte itu adalah tempatnya turun. Buru-buru ia turun hingga lupa membawa payung.
Padahal saat itu hujan deras turun. Bis keburu melaju, meninggalkan ia yang kehujanan. Tapi ia tak bisa berteduh karena ia akan terlambat ujian. Maka ia berjalan menembus hujan.
Di depan sekolah, sudah ada tim hore yang memberikan semangat. Tapi kata-kata dan suara-suara penyemangat itu tak membuatnya bersemangat, malah minder. Kakinya tak sanggup melangkah kaki lebih jauh lagi.
Ia malah berbalik, meninggalkan gerbang sekolah. Sou yang menunggu kedatangan Dan Bi menjadi cemas. Ia menelepon Dan Bi tapi tak mendapat jawaban.
Dan Bi duduk di taman, membaca SMS dari Sou. Di bawah hujan, ia berharap bisa menghilang saja. Sekali ini saja.
Dan ia mendengar suara dentuman.
Suara genderang ditabuh. Dan suara itu muncul dari sebuah genangan air. Ia mendekati genangan air itu dan suara genderang itu semakin nyaring.
Di tempat dimana genderang berbunyi, seseorang berseru. "Banyak nyawa hilang karena kemarau panjang. Dan semua orang menatap langit, berharap hujan dapat menghentikan dahaga mereka. Kami akan membayar kurangnya kebajikan Raja dengan membakar Baju Kebesarannya. Maafkanlah Paduka Raja dan mengambil semua kesalahan dengan baju tersebut.
"Dewa yang perkasa, turunkanlah hujan untuk kami."
Di dalam bejana yang berisi air, nampak wajah Dan Bi. Dan di genangan air, nampak sebuah bayangan yang tak seperti bayangan yang seharusnya. Dan Bi melangkahkan kaki ke dalam genangan tersebut. Ia merasa genangan air itu tidak dangkal, tapi dalam. Sangat dalam. Dan Bi ragu. Apakah ia berani mencoba?
Seorang raja berkata dalam hati, kalau upacara ini tak akan bisa memanggil hujan. Akhirnya ia mengumumkan, "Mulai sekarang, tak ada lagi upacara memanggil hujan. Semua bubar."
Tapi awan pekat menutupi langit. Pemimpin ritual menggoyangkan loncengnya semakin kencang. "Akhirnya setelah 3 tahun kemarau panjang, Joseon akan mendapatkan hujan!" Mendung semakin tebal. Semua orang terkejut. Semua orang termasuk Raja manatap langit, penuh pengharapan.
Dan Bi menoleh kiri kanan. Setelah yakin tak ada yang melihatnya, ia menutup mata dan melompat, terjun ke dalam genangan itu. Seorang anak kecil menjatuhkan bolanya, saking terkejutnya melihat pemandangan itu.
Dan Bi tenggelam di dalam air. Saat ia sadar, ia buru-buru naik ke permukaan.
Setitik air hujan menetes ke bejana dan saat itu juga tubuh Dan Bi muncul dari dalam bejana, terbatuk-batuk karena terlalu banyak minum air.
Terdengar suara banyak orang. Ia membuka mata dan heran melihat semua orang memakai baju tradisional. "Apa kalian syuting drama sageuk?"
Ia segera ingat handphone-nya dan buru-buru mengeluarkan, berharap handphonenya tak mati.
Raja berseru, "Kau ini manusia atau jin?"
"Aku?" tanya Dan Bi bingung. "Aku ini hanya gosam."
Semua terkejut mendengarnya. Lafal kata gosam terdengar seperti 'anak SMA kelas 3', tapi juga berarti orang yang dikebiri. Semua orang terkejut mendengarnya. Raja bertanya apa ada kasim yang seperti itu? Kasim pelayan Raja menjelaskan kalau ada satu dari dua kasim yang dikebiri menjadi gila dan dikeluarkan. Tapi biasanya mereka tak pernah kembali ke istana.
Dan Bi melihat kasim itu dan mengenalinya. Kasim itu adalah guru matematikanya! Ia bertanya, "Pak Guru, Pak Guru! Ini ada di mana?
Tapi guru matematikanya tak menolongnya malah memanggil pengawal dan seketika itu juga 3 pedang terhunus ke leher Dan Bi.
Dan Bi mendorong salah satu pedang dan terkejut karena jarinya berdarah. Pedang beneran?
Tapi Pemimpin ritual menghentikan usaha penangkapan itu dan berkata orang itu adalah anak hujan yang akan menghentikan kemarau panjang di Joseon.
Dan Bi terkejut. Joseon? Ia ada di Joseon? Ia mendengar seruan Pemimpin ritual yang minta hujan dan diikuti oleh seluruh pejabat. Ia segera memutar otak.
Ia ingat pernah melihat adegan ini di drama sageuk yang ia benci dan selalu ditonton ibunya. Pemimpin ritual di drama itu juga meneriakkan hal yang sama dengan orang tua di hadapannya ini.
Ia pun mengangkat tangan dan berseru, "Karena aku ada di sini, hujan akan turuunn!!! BIARKAN HUJAN TURUNNN!!!"
Semua pejabat terkejut tapi mereka tak sempat berpikir karena Pemimpin Ritual sekarang berlutut dan memohon hujan turun. Raja juga sangsi. Tapi melihat semua orang sekarang berlutut di hadapan orang itu, ia pun menunduk.
Dan Bi menggeram, mengeluarkan tenagannya. "Hrrrmmmmhh… Aarrrhhh!!!! ARRRHHHH!!!"\