6 Juli, 2012
Aku sangat ingat hari itu, hari dimana berakhirnya masa putih abu-abu dan hari dimana berakhirnya kisah cinta masa SMA.
*******
Acara perpisahan sekolah di gelar. Tak terasa masa putih abu-abu telah usai. Fase kehidupan yang sebenarnya telah menanti, kini aku bukanlah seorang remaja siswa SMA lagi.
Hari ini aku memilih mengenakan kebaya berwarna putih dengan bahu sedikit terbuka. Karena postur tubuhku yang sedikit kurus, aku terlihat cukup ideal mengenakan kebaya yang ukurannya sangat pas di badan.
30 menit sudah aku menunggu kedatangan Rama, pagi ini ia berjanji akan mengantarkan aku pergi menuju gedung tempat acara kelulusan sekolah di gelar.
Tak lama Rama tiba dengan gaya maskulinnya. Beberapa hari ini sikap Ramaku terlihat berbeda. Seperti hari ini dia tak banyak bicara, biasanya dia selalu mengomentari penampilan diriku. Rama hanya memakaikan jaket yang ia pakai ke bahuku. Meskipun Rama tak banyak bicara tapi tak mengurangi perhatiannya kepadaku. Sepanjang perjalanan Rama masih tetap terdiam, sesekali dirinya melirik kepadaku dari kaca spion. Aku sendiri tak membuka suara pasca perang dingin antara aku dan Rama kemarin, Rama berubah menjadi sedikit menjauhi diriku dengan menghilang tanpa kabar. Sikapnya seperti menginginkan aku untuk harus terbiasa tanpa kabar darinya. Aku sendiri merasa tidak yakin apa aku bisa melalui hari tanpanya kelak?
Sesampainya di depan gedung Rama menarik pergelangan tanganku, matanya nampak mengantung sendu.
"Man, nanti aku jemput. Seperti janjiku semalam ada hal penting yang harus aku bicarakan." Rama mengusap pucuk kepalaku, hatiku berdesir merasa lega.
"Iya." Aku berlalu meninggalkan Rama yang masih menatap kepergianku.
Acara perpisahan sekolah sangat menyenangkan. Aku banyak mengambil potret bersama teman-teman, kelak ini semua akan menjadi sebuah kenangan.
Acara telah usai, satu per satu temanku telah pulang lebih dahulu. Aku masih menunggu, terduduk di area parkir gedung.
"Hei Manda, mau bareng tidak?" Tawar Fey teman satu angkatanku.
"Terima kasih Fey, kebetulan aku sedang menunggu jemputan."
"Oke, selamat menunggu." Jawab Fey tersenyum.
Aku menolak tawaran Fey sebab Ramaku adalah seorang posesif boy, jika ia tahu kejadian seperti tadi Rama pasti akan marah dan tak segan-segan melabrak Fey karena dia telah berani menggodaku. Tak lama Fey berlalu, Rama datang mengendarai motor kesayangan berwarna merahnya. Tanpa basa-basi aku langsung menaiki motornya dan pergi pulang ke rumah.
Rama nampak rapih dan wangi, tak seperti biasanya! Rama hanya mengantarku sampai depan rumah bahkan dirinya masih menunggangi motor yang dia bawa tanpa turun terlebih dahulu. Tatapan dingin Rama membuat ku semakin penasaran, Rama seperti orang yang kerasukan. Seperti bukan Rama yang aku kenal.
"Ram, katanya kamu mau bicara? Mau bicara apa?" Biarlah aku yang membuka suara lebih dahulu, Rama menatapku dengan tatapan yang tak dapat aku artikan.
Dirinya memberiku sebuah amplop. Aku tak sabar ingin membuka isi didalam amplop putih ini. Rama menahan gerakan tanganku yang lincah.
"Buka dan baca setelah aku pergi." Hanya itu pesan dan kata terakhir yang Rama ucapkan.
Aku mengangguk seperti terhipnotis kata-katanya. Aku terus memandangi kepergian Rama tidak menyangka jika itu adalah hari terakhir kami bersama sebagai sepasang kekasih.