Chereads / Dinaya / Chapter 1 - Prolog

Dinaya

🇮🇩Kaayyy
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

"Nay, pulang bareng ya?" Dia kembali menanyakan pertanyaan yang sama setiap pulang kampus.

"Maaf kak, nggak bisa. Udah ada janji sama temen." Tolakku, karena memang aku sudah punya janji dengan mas tata.

"Yah Nay, sekaliii aja ya. Aku kangen sama kamu, Nay." Pintanya memohon.

Drrtt..drrtt

Dari : Mas Tata

Dek, Mas tunggu diparkiran ya.

Layar ponselku menyala, menunjukkan pesan dari Mas Tata. Dia memang sudah berjanji untuk menjemputku pulang kuliah.

"Maaf kak, udah ditunggu di parkiran. Aku duluan ya, Kak." Aku pamit padanya, lalu kembali berjalan menuju parkiran.

~~

"Maaf Mas, udah lama ya?"

"Nggak kok dek, baru aja. Yuk masuk."

Lalu kami memasuki mobil dan mobil pun mulai melaju.

Aku melihat keluar jendela, menikmati indahnya pemandangan kota di sore hari. Sedangkan Mas Tata fokus mengemudi.

"Gimana sama temenmu, Dek? Masih sering hubungin kamu?" Tanya Mas Tata memecahkan keheningan.

"Iya gitulah, Mas." Jawabku malas membahasnya.

Aku memang sudah pernah cerita dengannya, tapi tidak bilang kalau aku dan dia lebih dari teman. Aku takut Mas Tata kecewa kalau sampai dia tahu. Oh iya, Mas Tata ini kakak tingkatku yang dikenalin sama sahabatku, Rara. Dan sekarang dia bilang akan melamarku setelah aku wisuda nanti.

~~

"Aku duluan ya, Mas".

"Iya, Dek. Jangan lupa sholat terus makan."

"Iya, Mas. Hati-hati pulangnya."

Dengan langkah gontai, aku memasuki kamar kostku.

"Assalamu'alaikum teh, Naya pulang..."

Kulihat Teh Sarah sedang terlelap dengan wajah sembapnya. Aku sadar, aku memang sedang galau. Tapi, Tetehku lebih kacau. Dia sedang patah hati karena ditinggal nikah oleh kekasihnya. Padahal, mereka sedang dekat-dekatnya. Terlihat begitu bahagia beberapa hari lalu. Namun kabar itu tiba-tiba datang dan merusak kebahagiaannya.

Meskipun aku sempat cemburu karena Teh Sarah lebih sering pergi dengan kekasihnya, sehingga tidak ada waktu untukku. Tapi, aku tidak boleh egois. Aku harus kuat, Teteh butuh aku agar kembali semangat menjalani hidupnya. Barangkali, bahagia tidak di waktu yang tepat memang tidak baik.