Zai merasa Putra sengaja memanjangkan rapatnya hari ini. Bahkan sekarang sudah jam makan malam, tapi rapat mereka belum kunjung selesai.
Jhon dan Jhoni sudah kembali ke kantor dari tadi. Jadi ketika Zai mencarinya, dia sudah ada di tempat kembali. Demi menjaga image bagusnya, Zai sampai tidak keluar walaupun ingin ke toilet, dia benar-benar keluar jika sudah waktunya istirahat.
Bos, are you Okey isi pesan Jhon ke Zai.
Dia melihat Zai mengirimkan pesan dengan kata-kata tidak beraturan.
I'm not okey Jhon, aku benar-benar mengkhawatirkan Feby sekarang. Aku sudah meninggalkannya 12 jam lebih. Dia pasti kesepian.
Jhon hanya bisa memberikan emoticon senyum, karena faktanya sekarang Feby di temani oleh Shinta dan Shanti. Jadi tidak mungkin Nyonyanya kesepian, ditambah Prince yang terus bolak balik ke Paviliun karena ada Shinta di sana.
Putra mengizinkan untuk istirahat solat secara bergantian, sedangkan makan malam di tempat. Sebenarnya tidak ada yang aneh karena mereka sudah sering seperti ini. Putra memang pekerja keras. Tapi ini kali pertama untuk Zai, dan di rumah istrinya sedang sakit.
Zai menyusul Putra yang keluar dari ruang rapat.
Bang, aku mau bicara.
Putra menghentikan langkahnya. Apakah ini masalah pribadi atau masalah perusahaan?
Kalau perusahaan aku sudah pasti menyampaikannnya di rapat, ini masalah pribadi.
Tapi kita masih di kantor, sampaikan ketika kita di luar. Dan di sini kantor, kamu panggil nama saja.
Terserah kamu sajalah. Aku sudah tau sebenarnya percuma mengajak kamu bicara. Tapi setidaknya aku sudah berusaha karena aku pikir kita keluarga.
Ini urusan perusahaan, jadi tidak ada atas nama keluarga.
Tidak usah kamu tegaskan sekarang, memang kita tidak boleh berharap lebih pada manusia ucap Zai sambil berbalik.
Zai kembali kamu ke sini panggil Putra. Perjelas ucapanmu.
Zai, mengangkat tangannya dan kembali ke ruang rapat.
Dia memakai earphone dan menghubungi Feby.
By, gimana kondisimu?
Aku baik2 saja Ai.
Imelda mengatakan ada Shinta di sana?
Iya, mereka merindukanku jadi mereka ke sini.
Shinta dan Shanti ucap Zai.
Iya, kamu fokus saja ke rapatnya. Aku mau mengobrol dulu dengan mereka.
Baiklah, aku akan menghubungimu lagi nanti ya.
Zai menghubungi Imelda.
Imelda sedang tidak di paviliun karena harus memberi makan Prince dan Princess.
Kak, ada apa?
Bagaimana kondisi Feby?
Lebih enakan kak, dan lebih semangat ketika Shinta Shanti datang. Sepertinya dia sangat senang ketika mereka datang.
Syukurlah, rapatnya masih belum selesai sampai sekarang. Dan aku belum tau pulang jam berapa. Apakah kamu bisa menemani Feby dulu ketika mereka pulang.
Tenang saja Bang, aku sudah persiapan dan memang berencana menginap di rumah ibu malam ini.
Kamu selalu yang terbaik Mel, aku menyayangimu ucap Zai sambil berjalan keruangan rapat.
Putra menatap tajam ke Zai ketika dia kembali ke kursinya. Pantas saja telepon Imelda sibuk terus dari tadi, ternyata bocah ini yang menghubungi.
Rapat di tutup pukul 11 malam, Zai langsung meninggalkan ruang rapat ketika Zepri menyampaikan rapat sudah selesai.
Putra melihat ke handphonenya sama sekali tidak ada pesan dari Imelda. Dilihatnya, beberapa kali Prince menghubunginya tadi.
Beberapa kali panggilan Putra tidak di jawab, mungkin mereka sudah tidur gumamnya dan meminta Pak Asep mengantarnya pulang ke apartement.
Putra menghubungi Imam ketika dilihatnya lampu apartemennya semua padam.
Kalian dimana tanya Putra ke Imam yang kaget ketika melihat handphonenya berbunyi.
Siap Tuan, saya dikediaman Nyonya besar.
Imelda apakah sudah tidur?
Sepertinya belum tuan, tadi nyonya berjalan ke paviliun ketika Prince dan princess sudah tidur.
Baiklah, kamu jangan sampai tertidur sebelum nyonya kembali ke rumah.
Siap Tuan ucap Imam.
Putar menghubungi Zepri.
Dimana kamu sekarang Pri?
Saya perjalanan kerumah Nyonya Besar Tuan.
Kenapa kamu malam-malam ke sana? Imelda memintamu.
Oh tidak Tuan, aku bermaksud menjemput Shinta. Karena seharian ini Shinta ikut menjaga Nyonya Feby.
Oh, baiklah.
Apakah ada hal yang harus saya lakukan tuan ucap Zepri sigap.
Tidak ada, pulang dan istirahatlah. Zai harus mandiri mulai sekarang, jadi jika dia meminta bantuanmu. Katakan dia harus ke aku dulu.
Baik Tuan ucap Zepri.
Zepri menghela nafas, ini akan jadi buah simalakama untuknya.
Jhon atur agar aku bisa mendapatkan SIM segera.
Apakah tuan berencana berkendara sendiri?
Untuk jaga-jaga saja, selama disini berapa tahun semua aktivitasku diatur oleh Putra. Kamu selanjutnya bisa pilih mau tetap bersamaku atau balik ke Aaw Security Center nantinya. Aku sudah meminta ayah menyiapkan orang-orang untukku. Aku sudah mulai jengah sama Putra yang sok berkuasa itu.
Tapi Tuan ucap Jhon hati2.
Selama ini kami berkorban dan melindungi orang yang sama tapi sekarang aku punya Feby yang harus ku lindungi sendiri. Jadi aku akan menyiapkan pengamanan sendiri untuk keluarga kecilku.
Tuan jangan gegabah, kasihan dengan Nyonya Imelda nantinya. Bagaimana pun jika Tuan dan Tuan Putra tidak akur. Yang akan berada di posisi tidak nyaman adalah Nyonya Imelda. Pikirkan baik-baik dulu Tuan ucap Jhon hati2.
Aku sudah berusaha tapi akhir-akhir ini dia menganggapku saingannya di AGC. Aku pun kalau bukan karena permintaan dari ibu mana mungkin mau masuk ke AGC, tanpa AGC pun aku bisa berkembang sendiri. Niatku hanya ingin membantu ibu dan Imelda, serta meringankan beban Putra agar dia tidak bekerja sendirian memperjuangkan perusahaan yang di dirikan oleh Ayah Imelda. Kalau dia menganggapku bukan keluarga untuk apa aku bersusah payah membuktikan kalau kami keluarga.
Ini dia belum bertemu sama istrinya, apa lagi kalau bertemu istrinya nanti, bisa tambah marahnya ke Tuan Putra pikir Jhon.
Jhon menurunkan Zai di depan paviliun, di sana terlihat masih banyak orang-orang.
Zai berlari kecil memasuki paviliun dan melihat dr. Burhan dengan beberapa dokter mengobrol di ruangan tamu.
Malam dokter ucap Zai sambil berjalan menuju ke kamar.
Dilihatnya Feby yang tertidur dengan selang infus ditangannya.
Ada apa dengan Feby ucap Zai sambil menahan nada suaranya.
Bang, kamu sudah pulang ucap Imelda.
Siapa dengan dokter Burhan diluar?
Itu beberapa dokter dari rumah sakit, tadi karna Feby muntah2 terus sehingga badannya sangat lemas. Ibu meminta beberapa orang dari rumah sakit datang.
Kenapa kamu tidak memberi tahuku?
Bang, ini permintaan kak Feby. Dia yang melarang memberi tahumu.
Zepri bergegas masuk ke paviliun begitu mendengar ucapan Jhon tentang Zai.
Zai, seharian kondisi Feby baik-baik saja. Baru malam ini dia muntah terus-terusan dan menolak di beri obat. Karena tadi badannya panas kembali, jadi Nyonya Zen meminta dr. Burhan datang kemari.
Kalian semua tau bagaimana Feby sangat penting bagiku, kenapa semuanya menutupi kondisinya dari ku.
Zai, tolong kamu lebih tenang. Kamu membuat semua orang jadi merasa bersalah ucap Shinta.
Sudah seharusnya begitu teriak Zai.
Tuan, lebih baik anda tenang dulu dan melihat kondisi Nyonya Feby dulu ucap Zepri perlahan berusaha menenangkan Zai.
Bang, kak Feby hanya tertidur karena kelelahan. Kalau abang tidak percaya, coba lihat dulu. Dengan abang marah2 di sini, kalau tiba-tiba kak Feby terbangun dia pasti merasa bersalah karena membuat kondisi jadi seperti ini.
Zai menarik panjang nafasnya dan kembali masuk ke kamar.
Kamu tidak apa2kan Ta, maaf aku jadi melibatkanmu ucap Zepri.
Kamu tenang saja, aku biasa menghadapi emosi pasienku lebih dari Zai.
Aku antar kamu pulang dulu ya ucap Zepri ke Shinta.
Aku pamit dulu ya ucap Shinta ke Imelda dan ibunya.
Sering-seringlah berkunjung, bagaimana pun Feby sangat senang ketika ada kalian tadi ucap Nyonya Zen.
Dengan senang hati Nyonya, besok selesai praktek aku pasti ke sini lagi untuk melihat kondisi Feby.
Terima kasih untuk bantuannya hari ini ya Shinta, sampaikan salamku juga untuk kembaranmu.
Baiklah Nyonya, saya pamit duluan.
Zepri dan Shinta keluar menuju mobil yang sudah menunggu mereka.