Chereads / CEO Dadakan / Chapter 188 - Respon Pertama

Chapter 188 - Respon Pertama

Zain melakukan rapat tertutup. Setelah memberikan pesan ke Lulu agar dia memastikan bahwa Imelda dan dr. Feby tidak ke arah ruang rapat karena mereka akan membahas tentang Zai.

Ini rekaman dari kerja otak Zai ketika kalian ajak bicara tadi. Kita bahas dari yang paling terakhir. Apa yang kamu katakan terakhir sebelum kalian meninggalkan ruangan itu.

Aku pamit kepadanya untuk mengantarkan Imelda kembali ke kamar karena sudah waktunya pemeriksaan.

Berarti ini pikirannya mengarah tentang dokter Feby.

Kalau sebelum itu? Ini detak jantungnya tiba-tiba berdenyut sangat cepat seperti orang yang sedang emosi.

Oh, itu aku mengatakan bahwa posisinya sebagai abang angkat Imelda bisa saja terganti oleh orang lain dan ketika dokter memberi ku kode untuk terus bicara. Aku mengatakan bahwa sekarang Prince tiap malam tidur di temani Zepri.

Ini berarti dia merasa cemburu pada Zepri.

Di sini Zai terlihat seperti sangat relaks dan nyaman.

Itu Imelda mengajaknya bicara, ya dia mengatakan akan selalu menemaninya.

Zai memberi respon baik hari ini.

Kamu ingat kejadian Imelda dulu ucap Zain.

Ya, dia akan memberikan respon setiap kamu mengajaknya bicara.

Sepertinya, respon Zai muncul ketika dia merasa posisinya akan digantikan oleh orang lain.

Aku sudah mencoba memasuki alam sadarnya, tapi dia memblok itu.

Satu2nya cara adalah dengan merespon dengan hal yang membuat dia terasa terancam.

Kita mulai dari membawa Zepri dan Prince ke situ.

Tapi Prince pasti akan menangis melihat kondisi Prince seperti itu.

Kita bawa dia melihat dari ruangan sebelah dulu, aku akan mencoba mengajaknya bicara ucap Zain. Setelah Prince bisa melakukan hal yang kita inginkan, baru kita bawa Prince bermain ke sana untuk mengajak Zai mengobrol.

Putra segera kembali ke kamar Imelda untuk membahas kesehatan Imelda. Putra tidak ingin dr. Feby membahas hal lain selain tentang Imelda, baik itu kondisi Zai sebelum ditemukan tidak sadarkan diri. Ataupun tentang kondisi Zai sekarang. Akses ke kamar Zai menggunakan smartlock dan di jaga ketat oleh John jadi sesuai permintaan Zain tidak ada yang boleh masuk ke sana kecuali yang memiliki akses apalagi itu dr. Feby.

Ini semua demi kebaikan mereka berdua. dr. Feby memiliki orang yang dicintainya dan Zai memiliki obsesi yang sulit untuk disembuhkan tapi Zain beranggapan ini waktu yang tepat untuk menghilangkan obsesi Zai. Dia sudah mulai menanamkan hal-hal yang membuat Zai akan melupakan dr. Feby ketika terbangun. Dilihat dari hasil record ketika Putra membicarakan tentang dr. Feby, Zai masih dalam kondisi belum melupakan dr. Feby jadi dia benar-benar tidak bisa membuat Zai mendengar suara dr. Feby saat ini.

Putra mengantarkan dr. Feby ke depan lift, mereka harus memastikan bahwa dr. Feby langsung turun selesai memeriksa Imel.

Tuan Putra, bagaimana kondisi Tuan Zai?

Dia mulai membaik ucap Putra.

Apakah dia belum sadar?

Kami sedang berusaha mencari cara agar beliau segera sadar.

Apakah bisa aku membesuknya?

Maaf dokter, keluarga Tuan Zai mengambil alih semua. Jadi untuk pengobatan saja, mereka tidak menggunakan fasilitas dari rumah sakit ini. Hanya tempatnya saja yang ditempatkan disini, menimbang kondisi istri saya yang akan terpukul jika harus dipisahkan dari abangnya. Silahkan dokter, sampai bertemu besok siang untuk kunjungan Imelda. Putra menunjuk ke arah Lift yang sudah terbuka.

dr. Feby terpaksa mengakhiri pembicaraan dan kembali turun.

Kamu dari atas ucap dr. Shanty menyapa dr. Feby yang masih berkutat dengan pikirannya.

Iya dok, setiap hari saya bertugas memeriksa kondisi Nyonya Putra.

Akhir2 ini saya melihat banyak sekali orang dengan pakaian dokter naik ke atas tapi mereka sepertinya bukan dokter di sini.

Seperti yang diinfokan di media dok, bahwa banyak dokter2 dari negara tetangga yang datang memeriksa Nyonya Imelda karena kakak angkatnya kan berasal dari negara tersebut. Tapi Nyonya Imelda tetap mau menggunakan dokter dari Rs ini, ya jadinya mereka hanya datang memeriksa Nyonya Imelda saja.

Tanggungjawab di pundakmu sangat berat by ucap dr. Shanty sambil tertawa.

Eh, bagaimana dengan temanmu kemarin?

ty, apakah psikosis itu sangat berbahaya seperti literatur2 itu.

Ya, harus segera mendapatkan penanganan.

3 Minggu yang lalu dr. Lulu kamu taukan?

dr. Lulu?

Iya, temenku yang pernah mengalami kecelakaan dan sekarang menetap di Jerman. Suaminya kalau nga' salah dr psikolog juga, tapi ya lisensi international dia.

Kenapa ty?

Dia membawa pasien dan meminta aku memeriksanya, kamu tapi jangan bilang siapa2. Karena kita sahabat saja aku cerita dan temanmu juga sedang sakit, jadi aku memberimu pandangan saja.

Iya kenapa...

Dia membawa seorang pasien dan menurut ku dia psikosis. Tapi dari pemeriksaanku waktu itu, padahal harusnya dia konseling setelah meminum obat. Dia tidak datang-datang lagi, dan ketika aku tanya ke dr. Lulu. Dia bilang bahwa temannya itu sudah kembali lagi ke LN dan berencana melakukan pengobatan di sana. Pasti itu adik sahabatnya karena sampai bisa menggunakan fasilitas khusus AGC.

Mungkin karena abangnya Lulu sahabat Tuan Putra, makanya bisa menggunakan fasilitas AGC.

Yah, jarang2 kan kalau temen bisa menggunakan fasilitas temen dari temen. Itu sudah terlalu jauh. Kecuali Lulu atau abangnya, kayak istri abangnya itu Mba Tari kalau nga' salah. Ibunya saja di rawat seperti biasa, hanya saja Tuan Putra memberikan kamar President Suit dan dokter2 terbaik kita yang menanganinya.

Siapa namanya?

Pasien meminta identitasnya di tutupi, jadi dia melakukan konsultasi dibatasi tirai. Kami tidak bertatap muka sama sekali.

Udah ah, jangan ngghibahin harta orang. Cukup kita berdua aja yang membicarakan ini. Kalau mereka tau kita ngghibahin mereka, bisa2 kita kena surat pemecatan secara tidak hormat ucap dr. Feby sambil tertawa.

dr. Feby duduk memandang keluar jendela ruang prakteknya. Apa mungkin yang dibawa Lulu kemari itu Zai, tapi kenapa harus diperiksa di sini. Bukankah dr. Zain memiliki lisensi international untuk spesialis ini. Atau karena mereka membutuhkan obat segera untuk Zai, walaupun Zain memeriksanya tapi obat untuk penyakit seperti itu tidak bisa di beli bebas di apotik tanpa resep dokter dan Zain posisinya belum terdaftar di sini. Bahkan Zain segera pulang ke Jerman walaupun kondisi Zai sedang sakit hari itu.

Mereka harus memastikan jika Zai memiliki obat untuk sementara waktu diluar pengawasan dr. Zain.

Ya, itu pasti Zai. Berarti malam itu memang upaya bunuh diri yang dilakukan tanpa Zai sadari. Aku harus melihat kondisi Zai, tapi bagaimana caranya ucap dr. Feby sambil memutar-mutar pulpen di tangannya. Dia hanya punya kesempatan 1x sehari untuk memeriksa Imelda, tapi sesuai ucapan Putra tadi akses ke sana dijaga ketat dan hanya orang yang memiliki akses yang bisa masuk ke sana.

Imelda satu2nya jalan untuk dr. Feby bisa melewati itu.

dr. Feby tiba-tiba merasa cemas dengan kondisi Zai, bagaimana pun dia pernah diperlakukan baik oleh Zai. Sebagai dokter jiwa sosialnya tidak bisa di tutupi, dia merasa memiliki tanggung jawab sosial karena sudah mengenal Zai dan menolaknya agak berlebihan waktu itu. Dia juga merasa bersalah sebenarnya, tapi itulah caranya membuat pertahanan untuk membatasi agar pria tidak mendekatinya selama ini. Toh, semuanya tetap akan sia2. Sebaik apa pun lelaki yang mendekatinya, dia tetap akan membandingkannya dengan Meldyan kecil. Yang sangat hati2 berbicara, sangat sopan menjaga sikapnya dan selalu membuat dr. Feby merindukan ketenangan yang dia dapatkan ketika sedang bersamanya.