Putra membantu Imelda berjalan ke arah meja makan, dimana Zai dari tempatnya duduk langsung mendekati Imelda. Mengiringi langkah Imelda. Imelda sebenarnya tidak nyaman diperlakukan begini ketika ada Hirah. Kalau kemarin-kemarin tidak ada hirah, Imelda santai dengan perlakuan Zai dan Putra pun memang sudah biasa melihat Zai yang menjaga Imelda sekali.
Bang, ajak Hirah ke sini. Kenapa kamu malah ke sini sendirian. Dia kan baru pasti kurang nyaman dengan kami di sini kecuali Bang Zain.
Oh My, Zai langsung kembali ke tempat mereka main tadi.
So Sorry Lovely, Zai sambil senyum lebar menarik tangan Hirah untuk mengikutinya ke meja makan.
Hirah menyambut dengan senyum hangat ke arah Zai.
Puku, sepertinya aku harus benar-benar bicara dengan Hirah. Aku tidak ingin ada luka di dalam senyum hangatnya itu. Aku takut jika dia menahan perasaannya karena rasa bersalahnya waktu kejadian di Danau. Ini tidak baik untuk hubungan mereka.
Kadang beberapa kali terbersit raut muka Hirah ketika kejadian di danau waktu itu.
Apakah kamu sudah mengingat kejadian waktu itu?
Hanya sekilas tapi aku bisa melihat dari matanya, walaupun senyumnya sangat hangat tapi matanya masih seperti hari itu. Aku tidak ingin ini menjadi hal yang bisa membuat dia menyakiti dirinya sendiri.
Iku, aku hanya minta kamu jangan memikirkan apa-apa. Fokus saja pada kamu dan anak kita. Kegelisahanmu bisa membuat anak kita ikut merasakan itu. Putra sambil mengelus muka Imelda.
Ada apa tanya Zai? Kamu merasa tidak enak badan?
Tidak, Puku hanya membahas rencana kepulangannya 2 minggu lagi. Setelah rapat pemegang saham dilakukan, dia harus kembali ke Indonesia secepatnya.
Tenang saja Bang!! Aku, Hirah dan Bang Zain akan menjaga Imelda di sini.
Berapa lama Hirah berencana tinggal tanya Putra?
Sama seperti ku. Mungkin sampai setelah Imel melahirkan.
Aku akan kembali paling lama 1-2 bulan, setelah itu aku akan menetap sampai kelahiran Iku.
Kami akan menjaganya kamu tenang saja ujar Dokter Zain. Perusahaan tanpa pimpinannya walaupun bisa tetap berjalan tapi tidak akan selancar kamu berada di sana.
Terima kasih atas semuanya, karena kalian aku bisa tenang meninggalkan Iku.
Kandungannya sebentar lagi 4 bulan, biasanya gejalanya akan berkurang. Asal Imelda bisa mengontrol pikiran dan kegiatan yang dilakukan dengan hati-hati semua akan baik-baik saja.
Ayo kita mulai saja makannya ujar Dave, semuanya kelihatan lelah hari ini. Setelah itu, kita bisa memiliki Quality time ujarnya sambil tersenyum ke arah Chan.
Baiklah ujar Putra, silahkan dinikmati makannya. Semua terlihat sangat lahap menyantap makanannya.
Hirah memperhatikan satu persatu orang di depannya. Mereka pun bisa makan sambil membuat Joke. Sedangkan dia di rumahnya diajarkan etika untuk tidak bermain-main di meja makan bahkan tidak berbicara jika hal itu tidak terlalu penting. Suasananya sangat ramai bisiknya dalam hati, Zai dan Dokter Zain pun terlihat nyaman dengan kondisi makan yang seperti ini.
Chan yang terus-terusan menggoda Dave dan Putra yang terlihat sedikit bicara tetap menyambut Joke dari mereka.
Imelda tau jika Hirah memperhatikan sambil memakan nasinya.
Bang Zai, setelah ini aku ingin istirahat. Ada baiknya kamu dan Hirah istirahat juga.
Aku akan kembali ke Apartemen setelah kamu tidur. Hirah bisa istirahat di kamar bawah dulu. Aku dan bang Zain akan menunggu di ruang santai depan kamarmu.
Aku tidak apa-apa, ada Putra yang menemani ku. Dan bang Zain juga bukannya harus ke Lab untuk melanjutkan penelitian.
Aku akan di Lab semalaman, ada baiknya kamu dan Hirah pulang duluan ke Apartemen.
Kamu selesaikan saja makannya, aku akan kembali ke apartemen Bang Zain setelah aku memastikan kamu tidur ujar Zai.
Imelda menyenggol kaki Putra.
Iya Hon!!
Imelda memberi kode dengan matanya.
Istirahatlah dulu Zai. Ada aku di sini. Walau pun kamu tidak lelah, Hirah pasti Lelah. Besok pagi kalian baru kembali ke sini lagi. Imelda sekarang sudah tidak biasa tidur terlalu malam. Setelah makan malam dia akan langsung tidur. Walaupun menurutmu kamu okey, tapi badanmu belum tentu okey.
Zai, menyuapkan nasi ke mulutnya. Seolah-olah enggan menjawab pernyataan Putra.
Putra mengangkat bahunya sambil melihat ke arah Imelda. Seolah-olah memberi kode bahwa Ucapannya gagal terhadap Zai.
I'm Okay bang, tiba-tiba Hirah menjawab. Kami akan kembali setelah Imelda tertidur. Aku akan menemani Zai menunggu di atas, Bang Zain bisa kembali ke Lab.
Thank You Lovely, Zai tersenyum lebar ke arah Hirah.
Hirah membalas dengan senyuman yang sangat hangat.
Imelda menundukkan mukanya, pandangan itu lagi bisiknya pelan. Kenapa seolah-olah Imelda merasa bahwa Hirah menahan emosinya dan memberikan senyuman terbaik untuk Zai adalah untuk menutupi perasaannya. Imelda malah merasa jika senyuman itu penuh luka. Kenapa dia harus merasa sangat bersalah melihat senyuman itu. Kepalanya tiba-tiba sakit, dia langsung meraih tangan Putra. Pandangannya gelap dan dia melihat Putra berbicara padanya tapi dia tidak mendengar apa-apa.
Putra memanggil-manggil Imelda...
Suasana langsung berubah tegang, Putra menggendong Imelda dan meletakkannya ke sofa bed. Dokter Zain berteriak ke Zai untuk mengambil perlengkapan di kamar Imelda.
Lulu berlari ke atas menyusul Zai untuk mengambil alat-alat mereka.
Dave menghubungi Prof dan Dokter Lurey. Zai bolak balik di belakang tempat Imelda. Sesekali dia melihat ke arah Imelda dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Zai, kamu harus tenang. Imelda pasti baik-baik saja.
Dokter Zain berusaha membuat Imelda sadar, itu yang dipikirkannya. Tekanan darahnya tiba-tiba sangat rendah.
Lu, mana hasil pemeriksaan Imelda pagi tadi.
Lulu memberikan ke Zain.
Semuanya normal dan stabil.
Bagaimana denyut jantung bayinya?
Bagus, bahkan sangat bagus.
Put, apakah ada hal yang mengganggu pikiran Imelda?
Putra diam tidak menjawab dan melihat ke arah Zai.
Put, kita harus bicara ujar Dokter Zain.
Tapi...
Ada Lulu di sini, kita bicara di luar sambil menunjuk halaman belakang.
Zai langsung mengambil posisi Putra, di genggamnya tangan Imelda. Mukanya sangat pucat.
Imel bangun, jangan membuat abang cemas. Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Zai mengelus muka Imelda sambil meneteskan air mata.
Hirah hanya bisa memandang ke arah Zai dengan pasrah. Air mata itu, belum pernah dia lihat selama mereka bersama. Lelaki yang sangat di cintainya, menangis untuk wanita lain. Hirah rasanya tidak kuat melihat ini. Tapi dia sudah berjanji kepada Zai, akan percaya kepadanya. Dan berjanji akan ikut menjaga Imelda seperti adik Zai sendiri.
Di luar terlihat jika Dokter Zain dan Putra saling menjelaskan.
Kamu taukan jika Imelda tidak boleh ada pikiran sama sekali, setidaknya biarkan dia bicara dengan Hirah untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
Yang jadi masalah di sini adalah adikmu. Seharusnya dia bisa menjaga sikapnya di depan calon istrinya.
Ya, aku tidak masalah karena aku percaya pada Zai dan Imel tapi Hirah bagaimana dia melihat perlakuan Zai ke Imelda.
Zai pun menyakini hal yang sama, dia percaya Hirah paham pada kondisinya.
Tapi apakah kamu yakin dengan perasaan Hirah? Bagaimana seandainya mereka bicara malah ternyata Hirah memberikan jawaban yang menambah beban Imel?
Apakah kamu bisa yakin bahwa setelah mereka bicara tidak akan terjadi hal buruk setelah mereka bicara?
Hirah adalah wanita yang baik Put, dia tidak akan sampai ke sini seandainya dia tidak menerima maksud Zai.
Who knows?
Apakah kamu bisa menjamin Imelda akan baik-baik saja setelah mereka bicara?
Tapi setidaknya, laranganmu membuatnya tertekan.
Bukan laranganku yang membuat dia tertekan. Tapi rasa tidak nyaman dengan kehadiran Hirah di sini. Rasa bersalah karena membuat Hirah harus melihat hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang lelaki kepada wanita lain di depan calon istrinya.