Chapter 77 - Elaire

Elaire menjalankan hari-harinya bekerja seperti biasa.

Memasang wajah sedingin es, menjawab seperlunya saja, sesekali diam-diam tersenyum mengejek atas kebodohan orang lain, memberikan pandangan jijik ketika di goda, adalah hal-hal yang di perintahkan oleh masternya Alan untuk di lakukan saat bekerja menjadi resepsionis.

Awalnya Elaire tidak mengerti, bagaimana mungkin pelayanan yang buruk seperti itu akan di terima? tapi setelah melihat kepopulerannya di Dungeon hanya bisa tutup mulut meski masih tidak mengerti.

Atas keraguannya, master Alan hanya menjawab "Kau tahu, beberapa orang sebenarnya memiliki sifat masokis dalam diri mereka"

Elaire masih tidak mengerti, tapi dia masih mengangguk seperti biasa. Dia sudah bekerja di Dungeon selama hampir sebulan, jadi dia tahu selama dia mengerjakan tugasnya dengan benar master Alan tidak keberatan bahkan jika ia tidak mengerti apapun.

Tapi tetap untuk bisa lebih baik dalam menjalankan tugasnya, master Alan meminta dia untuk tetap berusaha memahami maksud dari tugas yang diberikan dan bertanya kepadanya jika pelayan kurang jelas memahami tugasnya.

Membersihkan pikirannya, Elaire memandang lobi Dungeon yang agak sepi sejak master Alan pergi.

Mereka tidak lagi suka duduk dan mengobrol kan sesuatu di sini, lebih memilih untuk langsung menuju ke lobi Dungeon.

Tapi hari ini berbeda, karena adanya perubahan Dunia yang ke dua semakin banyak pengunjung baru datang ke Dungeon, beberapa dari mereka pasti ada yang akan memesan sesuatu dan membuatnya bekerja.

Memang terlalu banyak bekerja akan melelahkan, tapi Elaire masih lebih suka jika Dungeon menjadi ramai, karena dia menyukai pekerjaan ini.

Elaire sendiri hanya menyadari nya belakangan ini, di bandingkan saat dirinya masih menjadi putri, dari kegiatan saja Elaire masih merasa menjadi resepsionis lebih menyenangkan.

Empat orang pengunjung datang, wajah mereka cukup asing di mata Elaire jadi mungkin pengunjung baru.

"Putri Es, tolong beri kami kami 1 gelas jus jeruk, 2 gelas jus anggur dan 1 gelas jus mangga"

Eh, mereka tahu julukan ku, mungkinkah ingatanku salah dan mereka bukan pengunjung baru? begitu pikiran ini datang Elaire langsung menghapusnya, mereka mungkin hanya mendengarnya dari suatu tempat.

Lagi pula julukan ini sudah cukup terkenal, awalnya ini hanya candaan Bell karena latar belakangnya, kemudian di ikuti oleh pekerja paruh waktu si Silvi, dan entah sejak kapan sudah menyebar dengan tambahan kata 'es' di belakangnya.

"Bell kau urus pembayaran mereka"

"Siap, tuan putri"

Elaire berbalik dan pergi mengambil minuman, tentu dia juga tidak lupa memberikan ekspresi kesal kepada mereka sebelum melakukan nya.

"Sial kau lihat ekspresi nya, dia benar-benar putri es, pelayanannyan sangat dingin"

"Iya, tapi itu sangat menarik"

"Kau benar, bahkan aku ingin di pandang tatapan dingin itu selama 24 jam"

Dipandang selama 24 jam...

Elaire "..."

Entah mengapa dia mulai mengerti arti kata Masokis yang dikatakan Masternya.

Beberapa menit kemudian Elaire kemudian kembali dengan membawa nampan dengan empat gelas minuman diatasnya.

Meletakkannya di depan mereka berempat dan kemudian kembali duduk di posisinya semula tanpa mengucapkan apapun

Tugasnya sudah selesai, sisanya akan di urus resepsionis asisten saat ini yaitu Bell.

"Sial Anggurku asin"

"Eh punyaku biasa saja, cukup enak malahan"

Mereka kemudian memandang Elaire dan menemukan dia sedang tersenyum mengejek.

Dalam hati mereka semua telah diam-diam menyerukan hal yang sama.

"Memang benar, Putri Es seperti rumor"

Meski begitu mereka tidak berniat komplain, karena mereka tahu bahkan jika mereka komplain mereka hanya mendapatkan jawaban.

"Sejak kapan menu berubah menjadi Jus xxxx yang enak?" Dengan kata lain, Dungeon tidak pernah menjamin akan menyajikan jus yang enak. Rasa jusnya enak atau tidak hanya bisa mengandalkan 'Keberuntungan'.

Tapi bukannya kesal mereka malah tersenyum.

Ini adalah jiwa yang bisa menikmati 'kesialan', jiwa dari seorang masokis sejati.

Sedikit demi sedikit Elaire mulai mengerti kata-kata aneh dari masternya.

Tidak menunggu cukup lama pelanggan lain datang, kali ini adalah seseorang kenalan.

Mereka adalah orang-orang yang sering bermain di Dungeon bersama master Alan, jika dirinya tidak salah ingat nama mereka adalah Rafli, Rama dan... ah ya Panda.

"Selamat datang tuan, ada yang bisa Bell bantu"

Karena penyambutan tidak cocok dengan karakter dingin yang Elaire perankan, jadi tugas ini jatuh pada Bell yang sedang bertugas sebagai asisten resepsionis saat ini.

Dia hanya berusaha mendengarkan dari samping.

"Ah Bell kecil, kami ingin memesan Dungeon Survival" Rafli

"Durasi 1 hari" Rama

Elaire segera tertawa kecil mendengar permintaan mereka, tapi kaku ini bukan hanya untuk tugas dan karakternya, melainkan karena kebodohan mereka.

Melihat Elaire yang tertawa mengejek, menunduk malu dan ingin mengumpat.

Ketika orang lain yang di tertawa kan oleh Elaire, Pandu juga ikut tersenyum untuk mentertawakan mereka, dan saat itu diam-diam dia akan merasa senyum Elaire manis dingin seperti ice cream.

Dan sekarang ketika dirinya yang di tertawakan, Pandu mereka senyumnya menusuk masih senyum seperti ice cream hanya saja dengan banyak toping jarum dan silet diatasnya.

"Tunggu sebentar duo RR, kenapa kalian memilih mode Survival kenapa tidak mode yang biasa saja?"

Pantas saja mereka pergi ke konter, awalnya Pandu berpikir mereka akan membuat persiapan membeli beberapa herbal obat murah dan diam-diam memuji mereka, melihat permintaan mereka sekarang Pandu menyadari dirinya masih terlalu naif.

"Karena mode biasa tidak terlalu menantang" Rama dan Rafli mengatakannya secara bersamaan.

Melihat mereka berdua yang begitu percaya diri, Pandu tidak tahu harus mulai menjelaskan dan membujuknya dari mana.

Pada akhirnya Pandu memutuskan untuk berkompromi dan menyerah, Pandu ingin menyelesaikan semua ini dengan cepat karena dia sudah tidak tahan jika harus mendengar tawa mengejek Elaire lebih lama lagi.

Selain itu Pandu juga merasa mode Survival tidak akan terlalu berbahaya. Pendapatan nya tentu bukan tanpa dasar karena dia, Rama dan Rafli pernah mencoba mode ini bersama Alan, jadi bisa di bilang dia sudah mengetahui inti dari mode ini.

Mereka hanya perlu hidup 1 hari di hutan dengan luas 1 km, sambil mencoba menghindari 'di buru' oleh Goblin, tentu dalam bertahan hidup penyerang Dungeon tidak di beri pilihan untuk menyerah, karena batasan inilah mode ini disebut mode survival.

Bagi Pandu yang terbiasa menjelajahi Alam liar, mode seperti ini bahkan tidak cukup untuk disebut survival.