Chapter 28 - Youtuber Pandu 2

Seorang Youtuber tanpa kamera, seperti kacang tanpa isi. Pada dasarnya sama sekali tidak berguna. Dan karena itu Pandu jadi tidak tertarik.

Sekarang kamera sudah di ijinkan, jadi aku ingin tahu dia akan setuju atau malah menolak, dan jika dia menolak, apa alasan yang akan dia gunakan.  

"Jadwal ini, dimana kau mendapatkannya?"

Pertanyaan yang sudah kuharapkan, tentu saja aku juga sudah menyiapkan jawabannya.

"Pak Pandu, kau belum pernah benar-benar masuk ke Dungeon bukan?"

Karena aku selalu mengawasi di Dungeon jadi aku mengerti, Pandu bahkan tidak pernah mencoba masuk.

"Ya, jadi?"

"Jika kau masuk ke dalam Dungeon, nantinya kau akan melihat seorang wanita berpakaian maid yang menjual beberapa macam buku, jika kau membeli Guide book kau akan mendapat bonus jadwal ini, tapi ada peraturan unik yang tidak bisa ku mengerti, Jadwal ini bisa dibawa keluar ke Dungeon tapi Guide tidak diperbolehkan, mereka tidak menjelaskannya lebih lanjut alasannya, dan itu malah membuatku penasaran"

Buku perkenalan atau Guide book, alasan sebenarnya aku membuat benda-benda seperti ini tidak di perbolehkan untuk dibawa keluar dungeon bukan karena aturan ataupun larangan apapun, aku hanya tidak ingin master Dungeon lain menyalinnya.

Dan juga aku sendiri ingin mengantisipasi kekuatan dari internet yang terkadang dapat menghancurkan bisnis seseorang, apalagi mental kebanyak orang Indonesia itu mental gratisan, 'untuk apa membeli jika kau bisa mendapatkannya secara gratis?' begitu mindset mereka, mudah di tebak pasti nantinya mereka akan mengambil gambar dari isi buku dan membagikannya di internet.

Memang tidak seluruhnya, tapi jika orang yang tidak termasuk, tanpa sengaja melihatnya di internet, dia akan pasti lebih memilih menyimpan gambar tersebut dibanding membelinya.

Oh itu benar-benar mimpi buruk.

"Ya ku juga penasaran tapi wanita berpakain maid? Untuk apa orang seperti itu ada didalam Dungeon? Tunggu- apa ini ada hubungannya dengan kakek dengan pakain Butler sebelumnya?"

Memang aneh ada seorang berpakaian maid dan butler di dalam Dungeon, tapi karena itu juga aku sudah memikirkannya dan menyiapkan setting untuk untuk masalah ini.

"Aku juga sudah mencoba menanyakannya tentang itu kemudian mereka menjawab, bahwa mereka terperangkap di dalam Dungeon atau lebih tepatnya mereka dipenjara oleh master Dungeon, jika seseorang mampu membunuh master Dungeon di lantai terakhir, mereka kemudian akan bebas, dan karena itu mereka akan diam-diam berusaha membantu penyerang Dungeon, seperti menjual barang dan lainnya, tapi karena barang tersebut milik pihak ketiga, mereka tidak bisa memberikannya secara gratis"

Setting sepert ini bukan aku yang menciptakannya ataupun bawaan Dungeon jadi setting yang sama, tidak wajib di gunakan di semua Dungeon.

Meski begitu, aku menebak system seperti ini akan banyak digunakan oleh master Dungeon yang lainnya lagi seperti timeline sebelumnya, memang bukan setting bawaah tapi informasi ini ada bersama dengan data yang di kirim paksa saat seseorang menjadi master Dungeon.

Setting Dungeon yang diciptakan Gaia pada dasarnya adalah Master Dungeon vs penyerang Dungeon, jika sesorang tahu kalau pelayan dan toko berasal dari Dungeon master, mereka mungkin akan membencinya dan melakukan boikot, aku memang tidak pernah melihat ini terjadi, tapi masih ada kemungkinan besar, aku hanya mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi. Jadi karena itu Gaia membuat atau menyarankan setting yang paling masuk akal.

Aku juga tidak masalah menggunakannya, lagi pula setting seperti ini tidak buruk sama sekali, penyerang Dungeon berperan sebagai pahlawan dan master Dungeon berperan sebagai raja iblis, seperti cerita klasik dari Dungeon di dunia iblis.

Meski kenyataannya sangat berbeda.

"Tempat seperti ini sedikit mencurigakan, tapi malah membuatku semakin ingin menjelajahi dan mengungkapkan misteri di dalamnya, kau juga tertarik kan sir Pandu?"

Mnecoba tempat berbahaya dan menjelajahinya, Pandu adalah orang dengan tipe seperti itu.

"Yeah, Aku memang jadi kembali tertarik untuk membuat vlog di dalam Dungeon tapi setelah dipikirkan lagi, aku rasa lebih baik untuk membatalkannya, terlalu berisiko dan berbahaya, aku masih sayang dengan nyawaku, lebih baik membuat vlog dengan hewan-hewan yang sudah kita kenal"

Setelah mengatakan itu, Pandu pergi sambil melambaikan tangan.

",,," Apa-apaan itu. Setelah aku berbicara panjang lebar, dan dia pergi begitu saja?

Dan juga, apa tadi dia bilang, berbahaya? beresiko?

Untuk orang yang berenang bersama hiu, tidur bersama ular, dan makan bersama buaya, kau sama sekali tidak pantas mengatakannya.

Tentu aku tahu apa yang ia katakan bukan alasan yang sebenarnya, dan aku sudah membuat beberapa tebakan untuk alasan mengapa ia pergi begitu saja, tapi aku masih tidak yakin 100% dengan kesimpulanku, untuk menegaskannya aku mungkin perlu memancingnya.

"Ternyata Rumor itu benar, Pandu adalah orang yang egois, sekarang setelah mendapat info dariku, apa kau ingin pergi sendiri? Atau malah mencari orang yang lebih pantas untuk diajak masuk Dungeon?"

Begitu kata-kata itu di ucapkan, Pandu langsung berhenti dan berbalik menatapku dengan sinis.

Ya sepertinya perkataanku benar, melihat dari reaksinya.

"Ya karena jika mengajakmu hanya akan menjadi beban"

"!!!"

Sial bukankah dia terlalu langsung? setidaknya dia harus menyangkal bukan? Tidak- bukan itu masalahnya, dia bilang aku bebqm? Orang yang bahkan tidak pernah merasakan tidur di medan perang penuh mayat monster, baru saja mengatakan kalau aku akan menjadi beban?

Ya, lagi pula dia tidak akan tahu fakta kalau aku kembali dari masa depan, dan juga badanku memang sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang terbiasa melakukan kegiatan yang 'berat'

Tapi tetap saja untuk mendengarkan kata-kata itu dari orang yang dulu akan selalu memanggilku kakak senior saat bertemu, itu benar-benar membuatku kesal.

"Kau tahu, kata-kata itu hanya boleh dikatakan oleh orang yang lebih kuat bukan sebaliknya, dan di sini akulah yang jauh lebih kuat darimu, pertarungan kekuatan langsung mungkin aku mungkin akan kalah, tapi cukup mudah bagiku untuk membunuhmu berkali-kali, jika kau menganggap kata-kataki hanya omong kosong tidak masalah mencobanya sekarang"

Oh sial, sepertinya aku sedikit berlebihan, kata-kata membunuh tidak akan dikatakan orang normal pada situasi seperti ini.

"Heeh... membunuhkah? Kau mengatakannya seolah hal itu hal yang lumrah"

Bersamaan dengan kata-kata itu, Pandu mengeluarkan pisau entah dari mana.

"..."

De fak? Apakah dia benar-benar ingin mencoba bertarung? Bagiku yang terbiasa hidup di dunia tanpa aturan mungkin itu normal, tapi bagi orang yang selama ini hidup di bawah aturan hukum seperti orang-orang di era sekarang, itu sama sekali tidak normal.

Dan pisau itu, itu bukan pisau dapur kan? Untuk apa dia membawanya kemana-mana?

Yah... meski aku sama sekali tidak pantas untuk menjadi orang yang mengatakan kata-kata seperti tiu.

Aku kemudian mengeluarkan pistol yang selama ini kusembunyikan, dan mengarahkannya pada Pandu. Pistol ini adalah benda yang kucuri dari orang dari militer yang sebelumnya mengelilingi Dungeon.

"Pistol? Behenti menggertakku, palingan itu hanya pistol mainan-"

"-Bam!!"

Sebelum Pandu menyelesaikan kata-katanya, aku sudah menonaktif pengaman pistol dan menembakannya kearah Pandu, peluru tepat mengarah di samping kepalanya.

Pandu "..."

Pandu "!!!"

Pandu "Bangs*t, itu bukan senjata mainan"