Barcelona - Agustus 6, 2023
__________
"Buenos Dias" (Selamat pagi dalam bahasa Spanyol) orang berlalu lalang dengan sapaan hangat menjelang sinar yang mulai menyinari kegelapan yang sirna. suara ketukan palu beradu dengan gesekan besi dan besi di ujung pertokoan yang nampak direnovasi. langkahku terusik sesaat netral mataku menatap bangunan yang tampak kusam namun memberikan kesan klasik. "bienvenido" (selamat datang) senyum samar tercetak setelah langkahku memasuki resto. lelaki muda dengan apron hitam itu menyapaku dengan senyum khasnya dibalik bilik meja kasir. "Como siempre" (seperti biasa) ucap kami bersamaan, saling beradu menampakan semburat rona disisipi dengan senyum lebar. Croissant de almendra dan segelas Espresso macchiato yang menampakan asap tipis menemani waktu sarapan ku sembari menanti seseorang yang akan mengusikku hari ini, maksudku benar dalam arti sehari penuh.
"Buenos Dias" aku menoleh dan mendapati wanita cantik itu menungguku dari belakang. "Miss you Ze" sapanya sembari mengeratkan pelukannya pada leherku. Aku tersenyum dan memutar tubuhku lalu menariknya untuk duduk diseberang bangkuku.
"Bagaimana kabarmu" tanyanya membuka obrolan yang sempat terhenti.
"Ah semuanya sungguh buruk tanpamu aku bersungguh" desah wanita cantik itu sembari memandang Zeline dengan mimik wajah sendu.
"kapan kau akan kembali? 3 tahun segera berlalu, kau tak bisa terus menghindar. Aku tahu ini sedikit rumit. Tapi pikirkanlah sekali lagi" Zeline tersenyum kecut mendengar penuturan Velove. ternyata waktu berlalu lebih cepat dari dugaannya. 'Que debo hacer' (Aku harus bagaimana)
***
September 23, 2019
Congratulation on granduation, Harvard!
_________
***New York* - September 26, 2019**
"Apa? , Ohh C'mon dad are you seriously? kenapa harus jadi anak magang dulu, Zeze bahkan sanggup jika harus menggantikan Daddy jadi CEO" senyum manis terukir di bibirnya, berusaha berbicara lewat netra cantiknya yang menatap dengan harap dan semoga Dewi Fortuna sedang ada di pihaknya.
Suara dengusan berat khas lelaki menginterupsi hening sesaat. "Daddy menjadi tak yakin apakah nantinya perusahaan akan berjalan dengan semestinya. Daddy hanya ingin kamu belajar berjuang dari awal, sebelum nantinya kamu akan memimpin seluruh perusahaan. balas pria paruh baya itu sesaat sebelum menyesap kopi pahit miliknya yang nampak pekat dengan aroma kuat, sedang gadisnya kini tengah berdiri menjulang dihadapannya, merajuk menunjukkan ekspresi kecewa sebab Dewi Fortuna tak sedang berdamai dengannya.
"Whatever your command dad" sahutnya mengakhiri obrolan kali ini dan berlalu dengan perasaan yang mungkin buruk titik sedangkan pria paruh baya itu memilih bersikap santai, duduk menyandar pada sofa dengan jarinya yang nampak sibuk membalik balikkan lembaran berkas di tangannya dengan sesekali mendengus dan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
07.30 AM - Mansion keluarga Findley
Zeline Alexandra Findley biasa dipanggil 'Zeze' - 21 y. o lulusan Harvard university September lalu. Gadis yang bisa dibilang cerdas, mengikuti kelas akselerasi semasa sekolah menengah dan menempuh S1 - S2 selama 5 tahun, dan jangan lupakan anak tunggal dari pasangan Robert Findley dan Clare Findley pemilik dari perusahaan 'Forcoop Findley Corporation' (FFC) yang tak hanya maju di bidang Properti tapi juga Entertainment, Fashion dan lainnya.
"Morning mom, dad"
"Morning sayang" balas sang nyonya rumah lembut dengan senyum menawan. Tangan tangannya sibuk menyiapkan sarapan untuk kedua belahan jiwanya. Robert nampak sibuk dengan koran di tangannya dan mengabaikan sapaan anak gadisnya. Robert memang memang irit bicara, hanya ketika menceramahi kelakuan anak gadisnya saja ia menjadi boros bicara. Pria arogan, dingin, angkuh itu akan kehilangan predikatnya jika sedang bersama sang istri tercinta, karena nyatanya Robert adalah budak cinta sang istri Clare.
"Aku berangkat honey" ucap Robert sembari mencium bibir istrinya mesra, yang disertai lumatan ringan.
"Astaga Daddy, jangan umbar kemesraan di depan anak!" pekik Zeline dengan jengah.
Clare tersenyum lalu memukul ringan dan Robert, sementara Robert hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai respon ungkapan protes putrinya. "jangan lupa apa yang kita bahas malam, lusa datanglah ke kantor dan serahkan data yang telah disiapkan untuk interview minggu depan"
Zeline yang tengah meminum jusnya reflek menyemburkan air dalam mulutnya keluar, belum sempat ia protes atas pernyataan dirinya sendiri lebih dulu meninggalkan ruang makan dan melangkah untuk segera meninggalkan kediamannya. Clare yang melihat tingkah putrinya hanya menggelengkan kepala dan segera menyodorkan tissue.
"Mom, Daddy sungguh menyebabkan" ungkap Zeline kesal.
"Mau semenyebalkan apapun tak akan menampik bahwa kamu adalah putri kesayangannya Daddy Robert, bukan begitu" ucap Clare santai sembari tersenyum. Zeline hanya mendengus dengan sedikit menampakan senyum terpaksa, lalu menundukkan kepala, menyandarkan dahinya pada pinggiran pantry sembari menatap lantai dengan sesekali berfikir.
"Mommy akan ke butik"
"Mom, dimana kakak?" tanya Zeline mengangkat kepalanya yang sempat bersandar di pinggiran pantry.
"Kantor? Oke mommy pergi, bye my little girl"
"Mom! stop calling me like that!"
10.30 AM - Hello Cafe`
"Ze, here!" ucap seorang gadis bernetra hitam gemerlap dengan lesung di kedua pipinya nya dari arah salah satu meja yang tak jauh dari pintu masuk cafe.
Zeline tersenyum dan melangkah tergesa mendekati meja dua gadis cantik yang menginterupsi nya "miss you guys" sambil memeluk kedua sahabatnya.
"Kapan kau pulang? kau tahu aku bahkan mengosongkan jadwalku hari ini hanya agar kita bisa berkumpul bersama" lengkap model cantik bermata biru safir itu menggebu.
"Minggu lalu Lucy, baiklah terima kasih karena sudah mau meluangkan waktu untuk berkumpul bersama manusia-manusia kurang kerjaan seperti kami" ucap Zeline terkekeh merangkul satu sahabatnya lagi Velove Dealova dan disusul tawa yang lain.
"Jadi.., kau akan magang di perusahaan Daddymu, dan akan menjadi rekan kerjaku?" tanya gadis ber netra hitam gemerlap itu.
"Tepat sekali! oh aku bersyukur bahwa kau bekerja di perusahaan Daddy-ku, jadi aku tak perlu lagi mencari sekutu" ucap Celine mendesah lega.
Velove terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu. Sahabat terbaik yang ia miliki, yang tak pernah memandang kasta atau apapun itu bahkan dirinya adalah salah satu penerima beasiswa perguruan tinggi dari perusahaan milik Daddy Zeline, dan itu membuatnya menjadi salah seorang pegawai tetap di FFC yang terkenal akan para pegawainya yang berkualitas dan berpotensi juga bergaji tinggi dibanding perusahaan lainnya.
Hidupnya yang jauh dari kata sepadan dengan seorang Findley tak membuat Zelin dan keluarganya memandang sebelah mata dirinya. Mungkin rasa bersyukur lebih tepat ia ungkapkan atas semua kebaikan yang telah keluarga Findley lakukan untuknya dan keluarganya hingga memiliki kehidupan yang kini lebih layak. Begitu pula dengan Lucy Princella seorang model cantik dari keluarga terpandang yang juga merupakan sahabat baiknya.
Tak terasa waktu berlalu cepat para gadis itu menguras waktu tanpa perduli karena terlalu asyik mengobrol dan menyedekahkan isi saldo mereka pada toko-toko yang membuat mata mereka lapar dengan apa yang tokoh itu tawarkan.
Senja nampak datang dan berlalu penampakan sang rembulan yang menerangi kegelapan dengan taburan benda angkasa menciptakan malam yang indah. Lykan hypersport biru itu memasuki pekarangan rumah. Kaki jenjangnya melangkah melewati teras. 'Home sweet home'. terlihat Robert tampak tengah bersantai membolak-balikkan surat kabar sembari menunggu makan malam siap. Zeline mengecup pipi daddy-nya untuk menyapa "i'm home" dan segera berlalu melangkah menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap makan malam.
Seusai makan, Zeline menaiki tangga menuju kamarnya yang menampakkan kesan si manis wanita dan mendaratkan pantatnya di pinggir ranjang King size miliknya.
....***
Hai haiii...~ jika kalian ingin baca lanjutannya yang lebih lengkap, bisa baca ke mangatoon/noveltoon , karena disana author up lebih dulu ~~
jadi sampai bertemu di sana~