Burung-burung berkicau dengan suara yang merdu. Menemani sepasang manusia yang tengah memadu kasih. Kupu-kupu berterbangan di antara bunga yang bermekaran di pagi hari.
Sudah dua hari Dae Hyun berada di villa Pyeongchang-dong. Dengan sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang bisa menghubunginya. Karena setiap tengah bersama Soo Yin ada saja yang mengganggu. Meski mereka tidak melakukan hubungan suami istri namun bersama dengan Soo Yin sudah cukup membuat Dae Hyun bahagia. Menghadapi tingkah polos dan manjanya.
Begitu Dae Hyun menghidupkan ponsel ternyata langsung ada panggilan masuk dari Park Ji Hoon. Terpaksa pria itu menjawab panggilan dari ayahnya. Barangkali mungkin ada sesuatu yang penting.
"Ada apa, Ayah?" tanya Dae Hyun dengan malas tanpa basa basi lagi. Sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Park Ji Hoon.
"Ayah dengar kau sudah meninggalkan Pulau Nami, lalu dimana sekarang kau berada?" tanya Park Ji Hoon dengan suara lantang. Ada rasa kesal yang terdengar dari nada suaranya.
"Aku di suatu tempat. Aku sudah mengurus dan menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya menjadi tugasnya. Lagi pula Ayah selalu saja memanjakannya sehingga dia selalu meremehkan pekerjaannya," gerutu Dae terhadap adiknya.
"Cepatlah pulang, ayah ingin bertemu denganmu." Park Ji Hoon mematikan sambungan telepon. Itu pertanda kalau perkataannya tidak ingin dibantah.
Dae Hyun bersungut karena belum ingin pulang. Masih ingin berlama-lama dengan istrinya.
"Apa itu Tuan Park?" tanya Soo Yin sembari meletakkan secangkir teh di depan Dae Hyun. Saat ini mereka tengah berada di ruang keluarga.
"Bukan, tapi ini dari mertuamu," goda Dae Hyun sembari mengulum senyum. Memandang wajah kecik istrinya yang sangat menggemaskan.
Soo Yin mencubit pinggang suaminya karena pria itu selalu saja menggodanya.
"Apa Ayah menyuruhmu pulang?" Lidahnya terasa kaku saat menyebut nama Park Ji Hoon dengan sebutan Ayah.
"Hmmm," jawab Dae Hyun.
Ada rasa sedih di hati Soo Yin karena pasti sebentar lagi Dae Hyun akan pulang ke rumah utamanya. Terlebih setelah beberapa tidak melihatnya, Soo Yin merasa masih ingin selalu berada di sampingnya. Namun juga harus sadar diri dan tidak ingin menjadi egois. Bagaimanapun juga suaminya memiliki keluarga lain yang juga membutuhkan kasih sayang. Mungkin putranya juga sudah rindu karena lama tak tidak bertemu dengan ayahnya.
Namun jika boleh meminta, suatu saat Soo Yin ingin memiliki Dae Hyun seutuhnya. Ingin mengatakan pada dunia kalau gadis yang dicintai pria itu hanyalah dirinya seorang diri. Terkadang Soo Yin tertawa sendiri, membayangkan betapa egois dirinya.
"Jika Tuan Park bertanya dimana keberadaanmu selama dua hari, apa yang akan kau katakan?" tanya Soo Yin. Wajahnya bertumpu pada satu tangannya.
"Aku akan berkata yang sejujurnya kalau aku menghabiskan waktu bersama istriku," ujar Dae Hyun dengan tenang. Merangkul Soo Yin yang berada di sampingnya. Jika boleh meminta dirinya ingin meninggalkan dunianya. Hidup di desa terpencil hanya bersama dengan gadis yang sangat dicintainya.
"Aku serius." Soo Yin mengerucutkan bibirnya.
"Aku malah limajutarius kalau kau ingin tau," ujar Dae Hyun sembari mencubit pipi istri kecilnya itu.
"Kapan kau akan kembali lagi kemari?" ujar Soo Yin.
Dae Hyun mengernyitkan dahinya. Baru saja istrinya mengatakan kalau harus segera pulang menemui ayahnya. Namun belum juga berangkat sudah menanyakan kapan pulang.
"Kalau kau sudah rindu seperti itu, aku tidak akan pergi kemana-mana," goda Dae Hyun sembari menatap Soo Yin.
Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah lain. Wajahnya memerah menahan malu. Sepertinya kali ini salah bicara lagi.
"Pergilah, siapa juga yang merindukanmu," ujar Soo Yin pura-pura cuek. Padahal hatinya kini merasa seperti bunga yang bermekaran di taman.
"Kau yakin akan merelakanku tidur bersama Aeri?" goda Dae Hyun lagi. Menurutnya istri kecilnya terlihat sangat menggemaskan kali ini.
Seketika Soo Yin membayangkan bagaimana mereka bermesraan berdua. Menyatukan cinta yang sudah lama terpisah. Memikirkan itu membuat hatinya terasa nyeri. Gadis itu menatap tajam suaminya beberapa saat. Tatapannya lebih tajam dari sebilah pedang.
"Tidak usah marah, aku hanya bercanda." Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin agar dapat melihat wajahnya.
"Sudahlah, aku ingin ke kamar," ujar Soo Yin hendak bangkit dari duduknya.
Dae Hyun tidak membiarkan istrinya pergi. Malah mendudukannya di pangkuan agar bisa menghirup aroma gadis itu. Meluluhkan hatinya terlebih dahulu agar dia tidak marah lagi. Meski maksud ucapannya hanya bercanda namun sepertinya Soo Yin berpikir hal lain.
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Di tempat yang berbeda, Aeri baru saja tiba di rumah ibunya. Sudah beberapa lama tidak berkunjung ke sana. Ingin mengadu dan berkeluh kesah padanya. Karena saat ini ada beberapa permasalahan yang ditakutinya. Aeri hanya datang seorang diri saja tanpa membawa putranya.
"Hai, Bu," sapa Aeri pada Ny. Sun Book yang tengah duduk di sofa. Wanita itu tengah memakai masker di wajahnya.
"Kau datang sendiri? dimana suami dan anakmu?" tanya Ny. Sun Book seraya mengerutkan keningnya melihat putrinya hanya datang seorang diri. Padahal dia juga merindukan cucunya. Memang selama ini sangatlah jarang Aeri datang bersama Dae Hyun dan Jo Yeon Ho.
"Tidak usah menanyakan mereka, Bu. Aku sedang tidak ingin membahasnya." Aeri merebahkan tubuhnya di sofa.
"Sebaiknya kau berbuat lebih baik lagi pada mereka. Apa kau ingin karirmu hancur dan jatuh miskin?" tanya Ny. Sun Book yang sudah mengetahui jika putrinya pulang itu pasti karena ada masalah.
Aeri duduk kemudian menyandarkan kepalanya. Memikirkan sejenak apa yang dikatakan oleh ibunya. Yang ternyata memang benar. Susah payah masuk keluarga Dae Hyun, dirinya tidak boleh menyerah. Meski Dae Hyun tidak menyukainya namun mertuanya sangat percaya padanya. Itu bisa digunakan sebagai alat memperkuat posisinya di sana.
Bip ...
Bip ....
Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk. Tidak ada nama pengirimnya, sehingga Aeri langsung membukanya. Sangat terkejut hingga membelalakan mata ternyata isinya adalah beberapa foto saat dirinya berada di sebuah pesta ketika Jo Yeon Ho menghilang.
[Berikan kami uang! jika kau tidak ingin kami membocorkan foto itu pada suamimu]
Aeri gemetaran saat melihat pesan itu. Langsung menghubungi nomor tersebut untuk mengetahui siapa yang tengah memerasnya. Namun ternyata tidak aktif sama sekali. Bahkan sudah mencoba beberapa kali untuk itu.
"Dia pikir dapat memerasku dengan begitu mudah," gerutu Aeri.
"Ada apa?" tanya Ny. Sun Book,khawatir dengan Aeri yang mondar kesana kemari.
"Si*lan!" umpat Aeri dengan sangat kesal. Sungguh tidak menyangka akan ada orang yang mengambil foto itu.
"Ada apa?" tanya Ny. Sun Book sekali lagi.
"Ibu, bagaimana ini? seseorang mengambil fotoku di pesta saat Jo Yeon Ho diculik. Jika Dae Hyun sampai tahu, habislah hidupku," ujar Aeri dengan panik sembari memijat kepalanya.
Sun Book segera merebut ponsel Aeri untuk mengetahui sebenarnya.
"Jadi kau masih berhubungan dengan pria itu?" tanya Ny. Sun Book dengan marah. Merasa kesal dengan keceroboham Aeri.
"Aku mencintainya, Bu. Aku juga butuh seseorang seperti dia," ujar Aeri sembari menggigit bibir bawahnya.
"Cinta tidak akan menjamin bisa membuat hidupmu bahagia. Bukankah sudah ibu bilang agar kau mengakhiri hubungan kalian? kalau sudah seperti ini apa yang akan kau lakukan?" Ny. Sun Book tidak menyangka jika Aeri selalu keras kepala.
"Aku lelah menghadapi sikap Dae Hyun. Terlebih sekarang gara-gara Jo Yeon Ho hampir di culik. Sekarang sepertinya tidak lagi memperdulikanku. Dia lebih mementingkan sekretarisnya itu, Bu," ujar Aeri dengan kesal.
"Memang kenapa dengan sekretarisnya?" ujar Ny. Sun Book.
Aeri memang belum menceritakan kejadian yang sebenarnya pada ibunya.
"Dia yang telah menyelamatkan Jo Yeon Ho dari para penjahat itu. Aku sungguh merasa kesal kenapa gadis itu berada di sana." Aeri mengepalkan tinjunya setiap teringat bagaimana Dae Hyun selalu menemani sekretarisnya di rumah sakit. Sedangkan dirinya tidak diperdulikan sama sekali.
"Mulai sekarang kau harus lebih waspada pada sekretarisnya itu. Bisa saja dia sengaja melakukannya untuk menyingkirkanmu. Jika kau tidak ingin tersingkir, mulai sekarang berbuat baik pada Jo Yeon Ho. Rayu dia agar menyukaimu karena dia adalah satu-satunya kartu yang kau punya," saran Ny. Sun Book. Tidak ingin anaknya menjadi bodoh hanya termakan cinta seperti dirinya.
Aeri memikirkan perkataan ibunya. Jika sampai ke luar dari keluarga Dae Hyun maka kariernya perlahan juga pasti hancur. Dia tidak ingin hal itu terjadi. Mulai sekarang dia berniat akan melakukan segala cara agar tetap bisa bertahan.
Bersambung...
Terima kasih untuk semuanya yang selalu mendukung cerita ini๐๐๐๐