Mentari mulai memancarkan sinarnya bersama dengan embun pagi yang segar.
Di sebuah kamar mewah Soo Yin tengah memeluk bantal guling dengan nyaman sambil memejamkan matanya. Ia hanya berpikir kasurnya terasa sangat empuk dan begitu nyaman di tubuhnya. Dia meraba seprai dan selimut di tubuhnya yang terasa sangat halus dan lembut.
Ini seperti bukan seprai yang biasa aku pakai ~ gumam Soo Yin dalam hati.
Gadis itu langsung membuka mata di tengah rasa kantuk yang masih melanda. Perlahan-lahan mengerjapkan kedua matanya ketika melihat dinding yang berwarna abu-abu muda.
Ini bukan warna dinding kamar yang ada di kontrakan, ~ pikir Soo Yin. Ia berulang kali mengucek kedua matanya takut kalau tidak bisa membedakan antara warna hijau dan abu-abu. Ternyata warna dinding memang tidak berubah . Ia juga mengamati plafon di atas kepalanya dengan ukiran yang cantik disertai lampu kristal di tengahnya. Berbeda jauh dengan di kontrakannya yang hanya memiliki motif polos.
Perlahan-lahan Soo Yin mengumpulkan kesadarannya. Mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Ia membelalakan mata dan langsung bangkit duduk ketika sudah mengingat semuanya dengan jelas. Ia mengingat kalau semalam menaiki mobil Dae Hyun saat pulang dari rumah sakit.
Soo Yin langsung membuang selimut yang menutupi tubuhnya dan bergegas berdiri. Ia memandang pakaian yang semalam dikenakan, ternyata belum berubah sehingga bisa bernafas lega.
Soo Yin berjalan turun menyusuri tangga yang cukup panjang. Dengan rambut yang masih acak-acakan dan muka kusut, gadis itu berkeliling mencari jalan ke luar dari rumah tapi tidak kunjung menemukannya. Ia justru berjalan ke dapur.
"Nona, ada yang bisa saya bantu?" sapa Bibi Xia ketika melihat Soo Yin yang berjalan sambil celingukan kesana kemari.
Soo Yin terlonjak kaget saat mendengar suara Bibi Xia, Seperti pencuri yang masuk rumah dipergoki sang pemilik. Ia berbalik ke arah Bibi Xia yang berada di belakangnya.
"Bibi siapa?" tanya Soo Yin sembari mengamati wanita paruh baya itu.
"Aku bekerja sebagai pelayan di rumah ini," ucap Bibi Xia dengan sopan dan ramah.
"Ini rumah siapa?" tanya Soo Yin dengan polos.
"Ini adalah rumah Tuan Dae Hyun," jawab Bibi Xia.
"Di mana dia? bilang padanya aku ingin pulang," ujar Soo Yin.
"Nona Muda, sebaiknya anda membersihkan diri dan berganti pakaian terlebih dahulu," tukas Bibi Xia dengan menyunggingkan senyum.
"Aku tidak bawa ganti," ujar Soo datar.
"Tenanglah, semua pakaian Nona sudah ada di kamar. Mari saya tunjukkan." Bibi Xia menyuruh Soo Yin agar mengikuti di belakangnya.
"Tapi ... aku ingin ...." Belum sempat Soo Yin menyelesaikan ucapannya, pergelangan tangannya sudah di genggam oleh Bibi Xia agar berjalan mengikutinya.
Soo Yin terpaksa mengikuti langkah Bibi Xia menuju kamar yang di tempati tadi malam. Bibi Xia membuka sebuah bilik ruangan yang ada di kamar . Soo Yin tercengang ketika melihat isinya, di sana terdapat banyak sekali pakaian wanita dan juga sepatu.
Wanita manapun pasti akan terpana ketika melihat pakaian yang begitu banyak di depannya. Terlebih pakaian tersebut bermerek dengan harga yang cukup fantastis. Soo Yin mengambil satu gaun yang menarik perhatiannya. Ternyata masih baru dan masih ada tulisan harganya. Ketika melihat harganya Soo Yin mengembalikan gaun itu lagi di tempat semula.
"Mana pakaianku? di sini tidak ada baju yang bisa aku pakai," ujar Soo Yin yang tidak melihatnya satupun pakaian miliknya.
"Ini semua milik Nona Muda. Semalam Tuan Dae Hyun secara khusus memilihnya untuk anda," ujar Bibi Xia.
Semalam Dae Hyun menemani Bibi Xia ke butik yang tidak jauh dari kawasan Pyeongchang-dong. Mereka memilihkan baju hingga pakaian dalam yang sesuai dengan ukuran tubuh Soo Yin. Membuat pemilik butik harus bangun tengah malam untuk melayani mereka karena para pelayan toko sudah pulang ke rumah masing-masing.
"Sudah berapa wanita yang sudah dibawanya ke rumah ini?" tanya Soo Yin.
"Apa maksud Nona? wanita siapa?" ujar Bibi Xia sambil mengerutkan dahinya.
"Bukankah Dae Hyun selalu membawa wanita ke rumah ini?" ujar Soo Yin dengan terus terang.
"Maaf, tapi Tuan tidak pernah membawa siapapun ke mari termasuk Nona Aeri," jawab Bibi Xia dengan jujur.
Soo Yin sudah mengetahui kalau Aeri adalah istri pertama Dae Hyun. Beberapa kali dirinya melihat mereka bersama saat ada acara di hotel. Aeri juga sering keluar-masuk hotel. Ini wajar karena dia adalah istri dari Dae Hyun yang merupakan pemilik hotel tersebut.
"Aku baru ingat, dia itu kan sangat kaya! mungkin saja setiap wanita akan dibawa ke rumah yang berbeda pula. Atau Bibi yang mencoba berbohong padaku?" Soo Yin menatap wanita paruh itu.
"Nona, Tuan Dae Hyun tidak seperti itu. Dia sangat mencintai Nona Aeri." Bibi Xia menutup mulutnya dengan telapak tangan karena sudah merasa salah bicara. Dia baru sadar kalau Soo Yin juga istrinya.
"Sudahlah, Bibi. Aku hanya ingin pulang. Aku tidak butuh semua ini karena aku bukan wanita yang mudah di bohongi," ujar Soo Yin dengan ketus.
"Anda tidak boleh pergi sebelum Tuan kembali ke rumah ini," ujar Bibi Xia.
"Aku harus bekerja hari ini. Lagi pula untuk apa aku menunggunya di sini? membuat waktuku terbuang sia-sia saja, " tukas Soo Yin.
"Anda adalah istri Tuan Dae Hyun, tidak seharusnya anda berkata seperti itu," ujar Bibi Xia.
"Aku hanyalah istri kedua, bukan seperti Nona Aeri yang harus berkata baik dan sopan terhadap Dae Hyun," kata Soo Yin dengan penuh penekanan.
"Bagaimanapun juga anda tetaplah istri sahnya," tukas Bibi Xia. Sebenarnya Dae Hyun belum bercerita apa-apa tentara Soo Yin padanya. Lagi pula tidak mungkin membawa seorang wanita ke rumah ini kalau bukan istrinya. Meski belum tau jalan cerita mengapa mereka menikah.
"Asal Bibi tau, aku tidak pernah berharap menjadi istri Dae Hyun! sudahlah, aku akan pergi dari sini." Soo Yin melangkahkan kakinya meninggalkan Bibi Xia untuk mencari pintu ke luar.
Bibi menggelengkan kepalanya karena sikap Soo Yin yang tidak sopan pada suaminya. Bibi Xia menghubungi keamanan agar menutup semua pintu gerbang agar Soo Yin tidak bisa pergi. Dirinya hanya mematuhi perintah Dae Hyun.
°
°
Dengan susah payah dan menyusuri setiap ruangan akhirnya Soo Yin berhasil menemukan pintu ke luar. Ia segera menuju halaman depan, menghampiri seorang security yang tengah berjaga
"Selamat pagi, Nona," sapa Chung Ho dengan sopan. Bibi Xia tadi sudah menelepon dan menceritakan apa yang terjadi sehingga dirinya langsung mengetahui tentang Soo Yin yang merupakan istri dari Dae Hyun.
"Tolong buka pintunya!" ujar Soo Yin tanpa basa - basi sambil berkacak pinggang.
"Maaf, silahkan Nona pergi kembali ke rumah saja," ujar Chung Ho dengan sopan.
"Aku bilang buka pintunya!" teriak Soo Yin.
"Maaf Nona, saya tidak bisa melakukannya, ini perintah dari Tuan Dae Hyun," ucap Chung Ho.
"Mana kuncinya? biar aku yang membukanya sendiri," ujar Soo Yin sembari menengadahkan telapak tangannya di depan Chung Ho.
"Maaf, saya tidak bisa Nona," jawab Chung Ho.
"Ada apa sebenarnya dengan kalian semua? kenapa terlalu patuh pada Dae Hyun?" teriak Soo Yin sembari memukul tubuh Han dengan sekuat tenaga.
Untunglah Chung Ho memiliki tubuh tegap dan kekar karena sebelumnya ia mengikuti pelatihan. Sehingga pukulan Soo Yin tidak berasa apa-apa di tubuhnya. Chung Ho memilih diam saja ketika Soo Yin terus meninju tubuhnya.
"Kenapa kau diam saja?" teriak Soo Yin dengan kesal.
Tiba-tiba ada suara klakson dari luar. Chung Ho bergegas membuka pintu gerbang. Sebuah Maybach memasuki halaman yang merupakan mobil milik Dae Hyun. Dae Hyun menghentikan mobilnya tepat di depan Soo Yin.
Soo Yin langsung mengetuk kaca mobil dengan keras. Dia sudah tidak sabar agar pria itu segera ke luar.
"Dae Hyun, cepat ke luar!" teriak Soo Yin.
"Ada apa pagi-pagi teriak?" tukas Dae Hyun sembari mencabut ruang diantara alisnya. Ia langsung ke luar dari mobilnya.
"Antar aku pulang!" ujar Soo Yin yang berjalan menghampiri Dae Hyun.
"Ini rumahmu, jadi kemana kau akan pulang?" tanya Dae Hyun dengan lembut.
"Ini rumahmu bukan rumahku!" ujar Soo Yin dengan penuh penekanan.
"Ayo lebih baik kau mandi dulu," ujar Dae Hyun. Ia langsung membopong tubuh Soo Yin.
Soo Yin memberontak sekuat tenaga agar Dae Hyun melepaskannya. Tapi Dae Hyun justru terus melangkah menaiki tangga tidak peduli ulah Soo Yin yang terus saja meronta.
"Diamlah! kalau tidak ingin kita jatuh bersama ke bawah," ujar Dae Hyun ketika Soo Yin terus memukuli dadanya.
"Turunkan aku!" tukas Soo Yin dengan penuh amarah.
Dae Hyun membawa Soo Yin ke dalam kamar dan menurunkannya di atas ranjang.
Dae Hyun kemudian segera membuka kancing kemejanya dengan cepat, melepas pakaian yang ada ditubuhnya. Kini yang tersisa hanyalah celana pendek yang menempel di tubuh.
"Apa yang akan kau lakukan?" Soo Yin beringsut mundur sambil menutupi tubuhnya dengan selimut ketika Dae Hyun merangkak menaiki ranjang.
Dae Hyun semakin merangkak mendekati Soo Yin.
"Mundur! jangan berani berbuat macam-macam padaku!" teriak Soo Yin.
"Siapa yang akan berbuat macam-macam? aku hanya ingin mengambil ulat yang ada di rambutmu," ujar Dae Hyun dengan datar. Ia mengulurkan tangannya mengambil binatang berbulu berwarna hijau yang menempel di rambut Soo Yin.
Seketika Soo Yin langsung mengusap rambutnya dengan kasar. Dirinya memang sangat takut dengan ulat.
"Cepat buang!" teriak Soo Yin ketika melihat ada seekor ulat yang di pegang Dae Hyun tepat berada di depan wajahnya.
"Kau takut ulat?" tanya Dae Hyun sambil tersenyum miring.
"Dae Hyun, kumohon buang hewan itu," ujar Soo Yin yang merengek.
"Ada syaratnya!" ujar Dae Hyun sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Apa?" tanya Soo Yin dengan wajah yang penuh keringat.
Dae Hyun mendekatkan pipinya ke wajah Soo Yin. Menyuruh agar Soo Yin mau menciumnya. Bukan ciuman yang di dapatkan, Soo Yin justru melempar wajah Dae Hyun dengan bantal.
"Dasar pria breng*ek!" ujar Soo Yin.
Dae Hyun membuang ulat yang ada di tangannya kemudian memegang kedua pergelangan tangan Soo Yin hingga ia tidak bisa terlepas. Dae Hyun kembali mendekatkan wajahnya hingga berjarak sangat dekat. Soo Yin dapat merasakan embusan napas Dae Hyun. Soo Yin memejamkan mata, tidak berani menatap Dae Hyun.
"Ayo mandi! apa aku yang harus memandikanmu?" ucap Dae Hyun sembari menjauhkan wajahnya.
"Aku akan mandi sendiri. Mandilah terlebih dahulu! apa kau tidak malu hanya memakai celana seperti itu, " jawab Soo Yin dengan wajah memerah. Ia kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia merasa malu saat memandang tubuh kekar milik Dae Hyun.
" Untuk apa harus malu di depan istriku sendiri," ujar Dae Hyun. Tapi segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Soo Yin bisa bernapas lega saat Dae Hyun sudah menghilang di balik pintu. Ia sangat takut tadi kalau Dae Hyun akan berbuat yang tidak senonoh padanya. Ia akan memikirkan cara untuk pergi dari rumah itu.