"Fathan, kamu mau gabung ekskul apa?"
"Kamu udah punya pacar?"
"Kamu blasteran yah?"
Jam sesi ke-4 pun berakhir dan memasuki jam istirahat makan siang. Segera setelah bel istirahat berbunyi para siswi Kelas 1-B dan beberapa dari kelas lain pun mengerumuni Adam bagaikan kawanan lebah yang menyerbu orang yang merusak sarang mereka.
"Hey-hey! kalian tidak punya malu apa? gak lihat dia merasa gak nyaman?." teriak salah seorang murid laki-laki dari depan pintu kelas. Seketika ia menorobos kumpulan siswi yang mengerumuni Adam dan menarik tangan Adam.
"Kau lapar kan? ayo kita ke kantin. Disana juga akan ada banyak anak laki-laki, kau bisa mendapat banyak teman disana." orang itu menyeret Adam keluar dari kerumunan itu dan membawanya ke kantin.
"Oiya, namaku Fahri. Aku dari Kelas 1-A."
"Ah, aku Fathan. Btw... makasih ya." sambil mengusap-usap belakang kepalanya Adam berterimakasih.
Kantin di sekolah ini terdiri dari beberapa stand dengan menu yang berbeda-beda. juga memiliki sekitar 20 meja panjang yang lebar dengan kursi yang memanjang yang cukup untuk 10-12 orang makan bersama. Keadaan disana sangat ramai bahkan beberapa orang menyantap makanan mereka sambil berdiri karena tidak mendapatkan tempat. Tetapi, ternyata Fahri sudah mempersiapkan segalanya. Dia sudah meminta teman-temannya untuk mem-booking tempat untuk mereka berdua dan bahkan sudah dipesankan makanan juga.
"Sini-sini duduk disini dong!"
"Ini tempat disamping kakak kosong loh."
Beberapa kakak kelas yang tidak punya malu pun berlomba-lomba menarik adam Adam untuk duduk dan makan bersama mereka.
"Cih, dasar kakak kelas gak ada akhlak. Ini udah tahun 2076 loh. Kayak gak pernah melihat cowok ganteng aja." Fahri mendumel.
"Padahal setiap hari ada aku, tapi mereka biasa saja. huhu." lanjut Fahri dalam hati kesal.
Sesampanya di meja yang sudah dibooking itu, Fahri memperkenalkan seluruh temannya itu kepada Adam.
"Fathan, perkenalkan ini Zaidan, Iqbal, Bagus,..." Fahri pun memperkenalkan ke 9 orang temannya sambil menunjuk mereka satu-persatu.
"A-aku Fathan. Salam kenal." Adam menyebutkan namanya dengan canggung sambil mengankat tangannya lalu kemudan duduk.
"Ini adalah makanan favorit kami, mie ayam Pak Ridho." dengan bangga Fahri memperkenalkan mie kuning lembut dengan siraman ayam bumbu rempah-rempah itu.
"Kau saja kali, kalau aku sih lebih suka bakso Bu Yuyun." Iqbal menyangkal.
'Glek' Adam menelan ludah yang sudah memenuhi mulutnya. Kebetulan mie ayam merupakan salah satu makanan favorit Adam sejak kecil. Ketika ditanya oleh pamannya ingin beli apa, pasti Adam akan menjawab mie ayam.
"Ya sudah ayo makan!" seru Fahri kepada semua yang ada di meja. Dan kemudian mereka pun segera menyantap makanan pesanan mereka masing-masing sambil berbincang-bincang.
"Anu... Fathan, tadi di kelas kamu bilang sebelumnya kamu homeschooling ya?" tanya iqbal yang juga merupakan murid Kelas 1-B.
"Ya, memang kenapa?"
"Tidak begitu penting sih, tapi apa yang membuatmu memutuskan untuk bersekolah disini?" Iqbal penasaran sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Semua murid yang ada di meja itu pun seketika merasa tertarik dengan topik yang ditanyakan oleh Iqbal kepada Adam, dan mereka pun langsung memalingkan wajah mereka dari makanan menuju Adam.
"A-ah, soal itu sih bukan aku yang memutuskan. Semua adalah keputusan ayahku, aku tidak tahu alasannya." Adam membual dengan wajah yang menunjukan seolah dia merasa tidak puas dan segalanya adalah hal yang 'apa boleh buat'.
"Hmm... begitu. sudahlah, cepat atau lambat kau pasti menyukai sekolah ini, aku janji." Fahri mencoba menghibur dan memperbaiki suasana.
(Bel masuk berbunyi)
"Apa? sudah bel? ayo cepat habiskan kita terlambat!" seru Fahri panik karena ia akan membuat Adam terlambat di hari pertamanya.
Usai menyantap makanan, mereka segera bergegas kembali ke kelas mereka masing-masing.
"Ayo cepat lari! kelas kita sekarang yang mengisi adalah Bu Yulia." seru Iqbal kepada Adam.
"Dia sangat galak?" Adam malah bersikap santai dalam situasi seperti ini.
"Tentu saja! apalagi kepadaku, dia pasti akan memberikan hukuman yang tidak masuk akal." balas Iqbal sambil terengah-engah karena berlari.
"Hmm...kalau begitu.... Anu, Iqbal! bisa temani aku ke toilet sebentar?" Ajak Adam sambil berlari di pekarangan sekolah menuju gedung utama sekolah.
"Hah? ke toilet? kau mau mengajakku skip kelas?" Iqbal tidak terima.
"Jelas bukan lah, sudah ikut saja! Setidaknya itu lebih baik daripada kau terlambat sendirian kan?."
Tak punya pilihan, Iqbal pun menuruti permintaan Adam dan berlari kearah yang berbeda dengan anak yang lain menuju toilet.
"Hey! kalian mau kemana?" panggil Fahri kepada mereka berdua.
"Kalian duluan saja!" jawab Adam berteriak sambil berlari ke arah toilet.
Keluar dari toilet, mereka pun berlari sekuat tenaga sampai ke kelas mereka. Dan benar saja, sesampainya disana Bu Yulia sudah berdiri di depan kelas dan menatap dengan sinis kepada Adam dan Iqbal yang baru datang setelah beberapa menit bel berbunyi. Beliau terkenal sebagai guru killer dan mengajar salah satu pelajaran yang dibenci oleh kebanyakan siswa-siswi di sekolah ini, yaitu fisika. Kacamata dan tongkat panjang yang beliau pegang menambah sosok killer dari dirinya semakin kuat.
"Kamu lagi, kamu lagi Iqbal! sekarang malah bikin anak baru juga ikutan terlambat." bentak Bu Yulia yang lebih terfokus pada Iqbal.
"Anu... bu guru, kami minta maaf. Tapi sebenarnya..." Adam pun mencoba menangani amarah dari sang guru.
(Beberapa menit sebelumnya di toilet)
Adam tiba-tiba membasuh wajahnya dan sengaja membasahi sedikit bagian sekitar kerah dan dada pada seragamnya. Iqbal pun semakin tidak mengerti apa yang Adam lakukan, dan hampir saja akan meninggalkannya.
"Kau ngapain sih? ah udahlah, aku tinggal nih." iqbal berbalik badan dan menuju pintu keluar toilet.
"Tunggu! percaya padaku!" Adam mencoba meyakinkannya.
Sebenarnya, Adam akan mencoba sebuah pertaruhan. Menurutnya, ada 2 tipe guru dalam memberikan perlakuan terhadap anak-anak didiknya. Yang pertama, ada tipe guru yang menjadi sangat menyebalkan pada murid yang sudah ia tandai sebagai murid yang buruk tetapi sebaliknya akan menjadi lebih lembek ketika dihadapan murid yang dia senangi atau murid yang dia percaya.
Lalu, yang namanya kepercayaan itu layaknya sebuah kredit. Secara umum di sebuah organisasi ataupun institusi, orang akan mendapatkan kepercayaan atau pun kehilangan kepercayaan dari orang lain sejalan dengan apa yang mereka lakukan selama berada disitu. Namun lain ceritanya ketika mereka masih memiliki predikat sebagai 'anak baru', mereka seperti memiliki kredit modal yang belum berkurang ataupun bertambah namun masih dalam nilai positif. Sehingga mereka akan mendapatkan setidaknya sedikit kepercayaan dari seluruh membernya atau dengan kata lain mereka 'masih suci'.
Adam pun memanfaatkan predikatnya sebagai siswa baru di sekolah ini untuk bertaruh. Jika perkiraan Adam benar, Bu Yulia adalah tipe yang pertama. Ini berdasarkan penjelasan dari Iqbal tadi bahwa Bu Yulia akan menjadi lebih galak terhadap dirinya. Selanjutnya, Adam tinggal membuat sebuah alasan yang logis namun kuat untuk menghindari amarah dari sang guru.
Tetapi jika perkiraan Adam meleset, dan Bu Yulia merupakan tipe kedua yang memukul rata perlakuannya kepada seluruh anak didiknya, mereka pasti akan mendapatkan hukuman yang berat karena terlambat cukup lama.
"Apa? jadi sebenarnya kau juga tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak?" Iqbal tersandar lemas di tembok toilet sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika rencana mereka gagal.
"Sudahlah, lebih baik kita mencoba bukan? toh jika kali ini gagal, dengan mengetahui karakteristik Bu Yulia lain kali kita bisa menyusun rencana yang lebih baik lagi. hehehe." Adam mencoba menenangkan Iqbal.
Ketika mereka tiba di kelas dan disambut oleh wajah sinis daru Bu Yulia, Adam pun mulai memainkan perannya.
"Anu... bu guru, kami meminta maaf. Tapi sebenarnya seharusnya kami tidak terlambat jika aku tidak memaksa Iqbal untuk mengantarku ke toilet." Adam memulai sandiwaranya.
"Kenapa kamu ke toilet dekat-dekat bel masuk? bukankah bisa dilakukan jauh sebelumnya?" Bu Yulia tidak terima alasan Adam.
"Ketika di kantin, aku menyantap mie ayam. Namun sepertinya kualitas makanan disini tidak cocok untukku sehingga perutku mual dan memuntahkannya tadi di toilet." Adam membual namun dengan bualan yang masih bisa diterima. Berhubung dia terkenal sebagai anak orang kaya, yang mana menjaga kualitas makanan dengan standar yang tinggi bukanlah hal yang aneh.
"Tapi, tetap saja kalian berdua terlambat. Tidak ada tapi." Bu Yulia tidak peduli dan perkiraan Adam pun meleset.
Rencana agar mereka berdua selamat dari hukuman pun gagal total dan Iqbal pun sudah pasrah. Tetapi, kalau untuk menyelamatkan salah satu dari mereka masih ada kemungkinan. Karena walaupun perkiraan tentang tipe Bu Yulia meleset tetapi teori tentang kepercayaan sepertinya masih berlaku.
"Tapi bu guru, setidaknya jangan hukum Iqbal. Dia bisa saja meninggalkanku, tetapi aku memaksanya karena aku tidak tahu apa-apa tentang sekoah ini bahkan letak toilet." Adam melanjutkan sandiwaranya.
Mendengar pernyataan Adam, Bu Yulia melepaskan kacamata yang ia kenakan dan menyipitkan matanya lalu kemudian menatap mata Adam dari dekat.
"Siapa namamu?" tanya Bu Yulia dengan nada yang mengintrogasi.
"F-Fathan Hilmi bu." jawab Adam dengan suara pelan.
Kemudian beliau berbalik dan memakai kacamatanya lagi sambil tertawa kecil.
"Oke, tapi sebagai gantinya ibu ingin sebelum pulang nanti kamu ke kantor ibu." Bu Yulia tiba-tiba melepaskan mereka dari hukuman namun meminta Adam untuk menemuinya sepulang sekolah.
Iqbal pun terkagum dengan apa yang dilakukan oleh Adam sekaligus merasa bersalah karena tadi hampir meninggalkannya di toilet. Padahal ternyata prioritas Adam sejak awal adalah Iqbal, jika tidak bisa selamat berdua makan Iqbal lah yang harus selamat.
"Baiklah kita lanjutkan pelajarannya, semua lihat file yang sudah ibu bagikan di tab kalian!" Bu Yulia langsung melanjutkan pelajaran yang tadi sempat teroptong oleh keterlambatan Adam dan Iqbal.
Pukul 4 sore sekolah pun berakhir, Adam pun menghubungi supirnya dan memberitahu bahwa dia akan sedikit terlambat karena ada urusan dengan Bu Yulia. Segera setelah memberitahu supirnya ia pergi menuju kantor Bu Yulia. Di kantor terlihat Bu Yulia sedang sibuk dengan Laptopnya berbeda dengan guru lain yang terlihat sedang bersantai ataupun bersiap untuk kembali ke rumah.
"Bu Yulia, saya sudah datang." Tegur Adam dengan nada yang sopan pada Bu Yulia yang tidak menyadari kehadirannya.
"Ah, Fathan. ayo kita keluar, aku tidak mau berbicara disini." Bu Yulia tiba-tiba terlihat lebih ramah daripada ketika mereka pertama bertemu.
merekapun pergi menuju kantin yang ternyata beberapa stand masih belum tutup dan terlihat ada beberapa murid yang sedang makan disana. Disana Bu Yulia memesan 2 porsi komplit mie ayam Pak Ridho dan es teh sebagai minumannya kemudian menyuguhkannya kepada Adam.
"Tapi bu, makanan disini kan tidak cocok dengan perutku." Adam berusaha berakting sesuai apa yang sudah ia ceritakan sebelumnya.
"Hahaha... kamu ini lucu ya. Kau tidak akan bisa menipuku dengan bualan payah seperti tadi tau!" Bu Yulia tertawa karena sebenarnya sejak tadi ia mengetahui bahwa Adam berbohong.
"Eh?" Adam pun sangat terkejut, ia tidak menyangka bahwa Bu Yulia bisa mengetahui cerita bohong yang ia karang tadi.
"T-tapi, bagaimana anda bisa tahu kalau semua itu adalah sekedar bualan?" tanya Adam penasaran sambil menunjukan wajahnya yang memerah karena malu.
"Itu cukup mudah, pertama adalah kau berlari menuju kelas." Bu Yulia pun menjelaskan bahwa hampir tidak mungkin untuk orang yang baru saja memuntahkan isi perutnya memiliki tenaga untuk berlari, karena setelah muntah tubuh akan kehilangan beberapa cairannya dan itu akan membuat tubuh menjadi lemas. Apalagi Adam berlari dari toilet di lantai 1 menuju lantai 2 dimana kelasnya berada.
"Tapi, bagaimana kau bisa tahu kalau aku menggunakan toillet lantai 1 dan bukan lantai 2?" Adam masih tidak mengerti mengapa Bu Yulia bisa mengetahui semuanya secara detail.
"Mudah saja, itu karena kau terlambat 15 menit." Kemudian Bu Yulia lanjut menjelaskan bahwa setelah bel berbunyi akan ada staf keamanan dari para guru yang berjaga di depan tangga setiap lantai kecuali lantai 1 yang tidak memiliki ruang kelas sampai 10 menit setelah bel dan akan mencatat nama mereka yang terlambat dan membaginya ke seluruh guru lewat tab. Tetapi karena nama Adam dan Iqbal tidak tercatat dalam daftar itu, sudah dipastikan bahwa mereka tidak melewati lantai 2 sebelum staf keamanan pergi. Yang berarti mereka menggunakan toilet lantai 1 dan tidak bertemu dengan staf keamanan.
"Orang ini mengerikan." bisik Adam dalam hati.
"Lalu yang kedua adalah karena aku tidak mencium bau muntahan dari mulutmu." Bu Yulia langsung melanjutkan alasan keduanya. Sebenarnya ketika Bu Yulia mendekati Adam dan menatap matanya, beliau sedang mencoba mengendus aroma dari mulut Adam. Normalnya setelah muntah, mulut akan terasa asam karena asam lambung naik ke kerongkongan. Dan seharusnya disana akan tercium bau tidak sedap dari asam lambung itu. Tetapi ketika mencoba mengendus aroma mulut Adam, beliau tidak mendapatkan bau tidak sedap.
"Tapi kau cukup hebat bisa menyembunyikan tanda-tanda orang ketika sedang berbohong, sepertinya kau mengetahui trik-trik psikologis ya." Bu Yulia menyanjung Adam karena ia memiliki kemampuan yang tidak biasa di kalangan anak-anak- seusianya.
"Sudah seperti manusia yang memang dipersiapkan untuk keadaan-keadaan seperti ini saja." Bu Yulia melanjutkan sambil mencapit mie dengan sumpitnya dan tampak seperti curiga dengan keberadaan Adam di sekolah ini.
"A-apa maksud ibu?" Adam mencoba untuk tetap tenang meskipun sudah mulai mengeluarkan keringat dingin dari dahinya.
Bu Yulia yang akan memasukan mie kedalam mulutnya tiba-tiba terhenti dan menatap Adam sambil tertawa.
"Haha! kenapa kau panik? sudah-sudah lupakan saja ibu hanya bercanda, dimakan saja mie-nya nanti dingin loh." Bu Yulia yang tadi tampak seperti seorang detektif yang telah berhasil mengungkap sebuah kasus tiba-tiba kembali bersikap biasa seperti tak ada yang terjadi.
"Jelas-jelas dia tadi sangat serius dan tidak bercanda, apa-apaan orang ini? " Adam bergumam dalam hati.
'Tuut-tuut' suara handphone Adam berbunyi. Dan disana supirnya, yaitu Pak Yahya menelpon.
"Halo, maaf menggangu Anda tuan muda. Tetapi Tuan Bronislav sudah menunggu di rumah anda untuk pelatihan Systema anda." terdengar suara Pak Yahya yang maksudnya adalah agar Adam segera menyelesaikan masalahnya dan pulang ke rumah.
"Oh oke, terima kasih Pak Yahya. Saya akan segera menuju mobil." Adam menutup teleponnya dan berpamitan pada Bu Yulia.
"Terima kasih bu, ini saya bungkus saja dan akan saya makan dirumah. Saya harus segera kembali ke rumah karena ada sebuah urusan." Adam pun meminta kepada Pak Ridho untuk membungkus mie ayam-nya dan segera pergi dari tempat itu.
Didalam mobil, Adam hanya terdiam sambil terus memikirkan sekaligus masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
"Hmm... Bu Yulia, siapa anda sebenarnya? mungkinkah anda salah satu dari mereka?." Adam bicara sendiri dalam hati sepanjang perjalanannya kembali ke rumah sambil menyiapkan apa yang akan ia laporkan pada pamannya nanti.
[Chapter 2 : Kebohongan dan Rahasia] - Selesai
#FYI :
- Di SMA buana dalam satu hari terdiri dari 8 sesi jam pelajaran. 1 jamnya sama dengan 45 menit waktu normal. Sekolah secara umum dibagi menjadi 2 waktu yang disebut sebagai jam pagi dan jam siang. Jam pagi dimulai dari pukul 9:00 yang terdiri dari 4 sesi hingga pukul 12:00 siang, kemudian dilanjutkan setelah istirahat makan siang dari pukul 13:00 sampai pukul 16:00 sore.
- Di tahun 2076 seluruh sekolah di Indonesia sudah tidak lagi menggunakan buku dalam bentuk fisik. Semua sudah dalam bentuk digital. Termasuk di SMA Buana, seluruh murid dan guru diberikan sebuah tab yang akan menjadi sarana mereka untuk berbagi materi pelajaran ataupun informasi lainnya.
- Ketika berbohong, sebagian besar orang akan melakukan beberapa hal yang bisa menjadi pertanda bahwa ia sedang berbohong. Seperti, mengalihkan pandangan, beberapa anggota tubuh yang tidak bisa diam, terlalu banyak memberikan informasi padahal tidak diminta, dan masih banyak lagi. Bahkan terkadang orang yang sudah mempelajari tentang hal ini pun bisa saja melakukan salah satu dari tanda-tanda itu tanpa sadar ketika sedang berbohong.
- Systema adalah bela diri dari rusia yang dikembangkan khusus untuk militer dan medan pertempuran. Systema meliputi pertarungan tangan kosong, pertarungan pisau, ataupun menembak dengan senjata. Dikatakan bela diri ini merupakan salah satu bela diri yang digunakan oleh spetsnaz (unit pasukan khusus rusia).