Tak terasa hari telah malam, Greisy memutuskan untuk berhenti dan mengistirahatkan mesinnya.
"Ayo turun." Kata Greisy.
Mereka semua pun turun.
Mereka mengumpulkan kayu bakar, lalu Reese membakar kayu-kayu itu.
"Jika kita sudah menemukan the choosen one, lalu kita akan apa?" Tanya Aira.
"Tentu saja memurnikan kristal utama sepenuhnya." Kata Reese.
Liana hanya menunduk. Aira tahu apa yang ia pikirkan.
"Jika kita memurnikannya... eto... aku tidak yakin." Kata Liana.
Reese melihat ke arah Liana dengan tatapan bingung.
"Memangnya kenapa, Liana?" Tanya Reese.
"Anu... aku hanya... ragu." Kata Liana.
"Ragu?" Tanya Reese.
"Ya... aku tidak tahu mengapa.." kata Liana sambil memegang sebuah bunga di depannya.
.
.
"Glowing rose."
.
.
Sebuah suara terdengar dari kejauhan.
Tiba-tiba, semua bunga yang ada di daerah itu bermekaran dan bersinar.
"Itu!" Kejut Aira.
Mereka bertiga segera berlari mencari sumber suara itu.
"Hey anak-anak, tunggu!" Teriak Gavin yang dengan tanggap menyusul mereka bertiga.
.
.
Mereka terus berlari.
"Ayo jangan hilang, jangan hilang!" Pikir Aira.
Lalu mereka menemukan sosok seorang gadis kecil.
Mereka pun tersenyum.
"A! Anu.." kata Liana dari kejauhan.
Gadis itu segera melihat ke arah mereka dengan sedikit curiga.
"A-apakah kamu.. the choosen one?" Tanya Liana gagap.
Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Liana.
"Siapa kalian?" Tanyanya.
"Kami adalah the choosen one, aku Aira, dia adalah Liana, dan ini adalah Reese." Kata Aira memperkenalkan diri mereka.
"Oh, begitu." Kata gadis itu dingin. Lalu gadis itu membiarkn mereka.
Gadis itu memegang salah satu bunga mawar putih. Ia meletakkannya di dadanya.
"Apa yang ia pikirkan ya?" Tanya Liana.
.
.
"Ibu.. aku akan memurnikan kristal utama seutuhnya... dan membawa kedamaian... dan juga ibu, beristirahatlah dengan tenang, tidak akan ada yang menderita lagi." Kata gadis itu di dalam hati.