Hao memprovokasi Pemimpin Pasukan Penjaga Blue Land, Yugo sudah bersiap-siap jika saja ada pertumpahan di tempat ini. Namun mereka juga sadar, mereka juga sama-sama warga Northelia dan membunuh sesama rekan adalah tindakan bodoh.
"Jika kami melawan, maka kepala kami sudah hilang sebelum aku mengacungkan pedangku padamu. Hasil kerja dari pasukan bayaran terkuat Northelia bukan hanya bualan belaka."
"Baguslah jika kau sudah mengerti, pertumpahan darah sesama rekan hanya akan memperburuk kondisi Northelia yang damai namun dalam kondisi terjepit. Seperti biasa, jika kami menemukan harta akan kami ambil sepertiga dari harta itu. Kau tidak masalah dengan itu?"
"Tentu saja, aku sudah tahu liciknya kalian. Ditambah dengan bayaran kalian, akan kami kirim ke tempat kalian."
"Kerja bagus, aku menyukai orang yang cepat tanggap."
Setelah Hao mengatakannya, ia menunjukkan senyuman manis yang membuat pasukan penjaga di sekitarnya tersipu akan sosoknya. Hao memang cantik, memiliki perawakan seorang gadis muda berambut pirang panjang dengan sebagian warna merah. Ia sering sekali mengepang sebagian rambutnya sebelah kanan yang digerai di depan.
Mata merah miliknya berasal dari kutukan yang dia miliki. Kekuatan yang dia miliki menjadi misteri, dia benar-benar kuat ketika ada niat untuk mencapai tujuannya.
Jika bertanya mengenai hubungan Hao dengan Yugo, mereka berdua sesama rekan di Kelompok Pemusnah yang berisikan lima orang dikutuk. Hawa nafsu Hao dilampiaskan bersama Yugo, ini sudah sering terjadi dan tiga orang di Kelompok Pemusnah sudah tahu hubungan mereka berdua.
"Sepertinya kedatangan kami mengganggu kalian yang tengah bersenang-senang. Silahkan nikmati waktu santai kalian."
Ucap Pemimpin Pasukan Penjaga tersebut seraya menyarungkan kembali pedangnya. Mereka pergi meninggalkan ruangan ini, Hao menghela napas setelah langkah kaki mereka tidak terdengar.
"Hao, kau tidak boleh sampai membunuh jiwanya. Setiap kali kau melakukannya, aku selalu berkeringat dingin."
"Haah ... sepertinya aku benar-benar berlebih untuk kali ini."
Jawab Hao lalu tersenyum kecil ke arah Yugo, Pasukan Penjaga Blue Land yang baru keluar penginapan tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk. Pemimpin mereka tiba-tiba bertekuk lutut dengan napas yang terengah-engah serta keringat dingin bercucuran air, dia tidak bisa menahannya sejak tadi.
Kenapa? Ketika dia melakukan pembicaraan dengan Hao. Sejak mula Hao sudah mengintimidasinya dengan tatapan mata merah akan hawa pembunuh yang kuat dan hanya tertuju padanya, kekuatannya yang dapat membunuh jiwa manusia sudah membuat nyawanya terancam.
Trauma secara langsung, dia tidak ingin kembali berurusan dengan Hao. Tangannya masih bergeming, hanya dengan mengingat sosok Hao yang menatapnya dengan mata merah miliknya.
"Mereka benar-benar terkutuk."
Orang-orang yang terkutuk biasanya memiliki warna merah, Yugo pun mengalami fenomena ini dan memiliki mata berwarna merah.
* * * * *
Di suatu tempat, perbatasan antara Negeri Northelia dan negeri seberang yang bernama Fimela. Sosok seorang perempuan membawa pedang berukuran besar untuk dua tangan, seluruh tubuhnya mengenakan pakaian berwarna hitam dan jubah yang menutupi tubuhnya sedikit robek
Rambut pendek sampai lehere berwarna putih, ia mengenakan penutup kepala yang di depannya terdapat besi serta dua bulu berwarna merah putih mencuat di atas penutup kepalanya. Di dadanya melingkar sebuah rantai yang menggantungkan sebuah kristal menghasilkan cahaya terang.
Terutama dia memiliki telinga yang panjang dan runcing, sosok perempuan itu adalah Kelompok Pemusnah sesama rekan Yugo dan Hao. Vinessa Ansiv, dia keturunan Elf yang dikutuk hingga Vinessa menjadi setengah Dark Elf yang membuat rambutnya memutih.
Situasi yang dia alami saat ini cukup menyulitkan, di tengah malam hari ini dia diikuti oleh sesosok tingkat bencana yang memiliki tubuh seorang pasukan berziarah dan membawa pedang berukuran besar untuk dua tangan.
Di sela-sela zirahnya memunculkan sinar berwarna merah, tingkat bencana ini sudah menyerap kekuatan makhluk lain yang membuatnya semakin kuat. Alasan Vinessa dikejar oleh tingkat bencana ini karena Negeri Fimela membiarkan tingkat bencana itu memusnahkan mata-mata yaitu Vinessa sendiri.
Ironis, namun dengan ini Vinessa bisa dipastikan akan lenyap di tangan tingkat bencana. Seperti itulah yang dipikirkan oleh Negeri Fimela.
"Tingkat bencana itu bukan lawan yang biasanya, lari sambil bertarung sepertinya mustahil. Maka hanya ada satu cara."
Vinessa menghentikan langkahnya dan berhenti di tengah-tengah padang rumput yang luas. Jika di tempat seperti ini maka dia dapat bertarung habis-habisan, Vinessa tidak perlu khawatir jika dia melepas seluruh kekuatannya untuk memusnahkan tingkat bencana yang mengejarnya.
"Majulah, sebagai sesama pengguna pedang dua tangan akan kutunjukkan siapa yang lebih unggul."
Ucap Vinessa dengan posisi siap bertarung, pedang digenggam oleh tangan kanan. Kemampuan fisik Vinessa membuatnya dapat mengangkat pedangnya sendiri yang terbilang berat, tingkat bencana memiliki wuduk pasukan berziarah itu hanya diam saja dan bersiap-siap untuk bertarung dengan pedangnya.
Vinessa memperpendek jarak antara mereka berdua, saling mengayunkan pedang berukuran besar dengan kekuatan penuh. Suara desingan yang berat di tanah kosong ini menggema hingga ke hutan yang tidak jauh dari mereka.
Vinessa menarik pedangnya lalu memutar untuk menyerang secara horizontal. Namun tingkat bencana itu menahannya menggunakan punggung pedang ditahan oleh dua tangan.
Dua pedang besar yang saling beradu membuat Vinessa sangat senang karena dia sudah lama tidak bertarung melawan musuh kuat. Ketika di markas, Yugo lah yang selalu menjadi lawan tandingnya.
Vinessa menusukkan pedangnya beberapa kali dengan cepat, penguasaan pedangnya benar-benar hebat. Tusukan itu mengenai dada tingkat bencana yang menjadi lawannya, Vinessa mengangkat pedangnya hingga musuhnya ikut terangkat dan terlempar ke atas.
Seraya menunggu momen pas untuk menyerang, Vinessa mengayunkan pedangnya ke atas dengan kuat dan cepat meski tingkat bencana itu menahan serangannya namun dipatahkan. Tubuhnya terbelah menjadi dua, dalamnya kosong namun isinya berisikan kekuatan sihir gelap.
Dengan pedangnya, Vinessa menyerap sihir gelap itu yang kemudian menjadi miliknya. Kutukan yang ia miliki berasal dari keturunan, namun Pedang Penyerap yang bernama Balxior dapat meringankan kutukannya.
Sehingga kutukan dan pedangnya saling tumpah tindih hingga Vinessa dapat menggunakan kekuatan kutukannya dan Pedang Balxior secara tepat.
Di kegelapan malam yang disinari rembulan, berjalan di padang rumput luas sendirian dengan pedang yang ditempatkan di punggungnya. Hanya ada satu tujuan yang dia miliki, kembali ke markas dan melaporkan apa yang terjadi di Negeri Fimela.
"Aah ... sudah lama aku tidak bertemu Yugo dan Hao serta Kapten lalu orang itu."
Hubungan mereka bertiga sangat erat, telah melalui banyak peperangan, pertarungan, misi, dan hal menantang lainnya. Hanya markas mereka tempat kembali Vinessa, apalagi Vinessa keturunan terakhir di keluarganya yang terkutuk.
Karena setiap dari mereka, ingin mencari arti hidup yang telah mereka perjuangkan setiap harinya.
To Be Continue .....