Black Tower, Asteria Land, The Great Joia.
Kediaman Lord Alstan.
Semuanya adalah kebohongan.
Namanya. Identitasnya. Bahkan kehidupannya.
Terlalu banyak kebohongan hingga Varya Armenta Ezven tak yakin lagi mana yang fakta. Terutama tentang dirinya.
Dan selagi pikirannya disibukkan antara menyudahi segalanya dan tetap berjuang, Varya diharuskan tetap tersenyum, melirik, menggeliat dengan genit, mendesah bergairah, dan melakukan apapun sesuai dengan setiap kalimat yang sedang dibacanya. Agar para lelaki yang duduk dengan tatapan nafsu dan mulut yang berdesis dihadapannya merasakan kepuasan.
Dan kepuasan akan menghasilkan lebih banyak uang. Dan banyak uang akan menyelamatkan adiknya. Yang mana saat ini, masih menjadi tujuan utama Varya untuk tetap bertahan di pekerjaan menggelikannya sekarang; pembaca cerita.
Lebih spesifik lagi; pembaca cerita erotis.
Tugas Varya sederhana. Dia hanya perlu membacakan sebuah cerita, dan memeragakannya jika perlu. Semua itu dilakukan agar naskah menggelikan ditangannya sampai ke imajinasi para pelanggan yang selalu datang berkumpul setiap hari Jumat di kediaman Lord Alstan yang agung.
Yang agung dan menjijikkan.
Empat tahun yang lalu, Tuan Ezvan tewas di tangan perampok yang berusaha mencuri mobil berisikan hasil panen gandum yang akan diantar sang ayah ke kediaman Lord Alstan. Sejak saat itu, ibunya jatuh sakit. Dan Varya kehilangan ibunya saat asma wanita itu tak kunjung membaik. Kerugian yang diakibatkan perampokan itu, serta biaya pemakaman, pengobatan, dan kehidupan sehari-hari, membuat Varya dan Vanessa—adiknya kehilangan rumah—sekarang menjadi milik Lord Alstan, dan meninggalkan setumpuk hutang pada pria itu.
Tak ada tempat untuk tinggal, Varya memutuskan untuk pergi ke ibu kota bersama dengan Vanessa. Namun Vanessa terlanjur menerima pekerjaan di kediaman Lord Alstan. Kontrak yang ditandatangani Vanessa tak memungkinkan gadis itu untuk pergi bersamanya. Dan karena Varya tak sangup meninggalkan adiknya sendirian, dia pun mulai ikut bekerja kepada Lord Alstan meski tahu bahwa tempat itu berbahaya. Sama berbahayanya dengan jalanan malam di perbukitan Asteria.
Namun setidaknya, mereka mendapatkan tempat tidur, pakaian, dan makanan yang hangat. Walaupun Varya dan Vanessa ditempatkan di gedung yang terpisah, dengan keamanan di antara gedung yang mengerikan—anjing pemburu yang kelaparan. Sejak menginjakkan kakinya tiga tahun yang lalu di tempat ini, Varya belum melihat adiknya.
Dia tidak pernah diizinkan untuk melihat adiknya sejak saat itu. Hanya satu kata yang diucapkan Lord Alstan saat Varya memintanya: "Bayar hutangmu dulu."
Yang sepertinya terus bertambah setiap hari.
~0000~
La Mansion Familia, Bluvance, The Great Joia
Kediaman Keluarga Wenceslas
Selama ini Kyne Sacheverell Wenceslas mengira bahwa dirinya mencintai ibunya tanpa syarat. Atau, jika hal itu memang benar, setidaknya Kyne mengira dirinya tidak akan menganggap ibunya sinting.
Tapi wanita itu menerobos masuk kamarnya, mengguncang-guncangkan dirinya sampai tersadar, membuat kepalanya seperti dihantam palu yang amat besar—menambah efek sakit kepala karena dia habis minum semalam bersama Sham—dan berkata, "Kau akan menikah."
Kalimat yang sangat tidak sederhana itu tentu belum membuat Kyne berpikir kalau ibunya sinting, baru mengira hanya sedikit aneh. Tapi kalimat selanjutnya yang membuat Kyne harus memohon ampun kepada Tuhan karena telah berani menghina ibunya dengan sepenuh hati—walau ibunya tidak tahu itu.
"Kau hanya harus memiliki anak, dengan begitu, perusahaan itu akan menjadi milikmu dalam waktu yang lama. Tidak perlu mencari istri yang sederajat, cukup wanita yang bersedia memiliki anak dan tidak pernah menuntut apa-apa. Dia tentunya harus cantik, aku tidak ingin merusak keturunanku tentu saja, dan juga pintar. Cari gadis frustasi sehingga dia akan menyerahkan hidupnya untuk menurutimu tanpa protes. Kau dengar aku?"
Kyne memijit keningnya. Dia sudah merasa beruntung terlahir sebagai anak kedua dari putra ketiga. Hidupnya baik-baik saja selama ini; dia bebas berkencan, berkelahi, berjudi, sampai suatu hari pamannya meninggal tanpa memberikan keturunan. Edgar Wenceslas dan istrinya meninggal karena kecelakaan mobil parah. Hak waris kemudian jatuh kepada putra kedua; paman Kyne yang lain yang tidak menginginkan perusahaan sama sekali karena perusahaan akan membatasi hobi travelling keliling dunianya dan menjadi stylist lepas. Leon Wenceslas langsung kabur dari rumah begitu pengacara keluarga datang usai pemakaman dan tidak pernah terdengar kabarnya setelah pergi dari Great Joia empat tahun yang lalu.
Hingga akhirnya, yang mengendalikan perusahaan dilimpahkan kepada ayahnya; Lord Casey Wenceslas. Dan sebagai anak laki-laki satu-satunya, Kyne berada di urutan paling atas yang akan mewarisi perusahaan tersebut jika ayahnya meninggal.
Yang sayangnya, baru tiga tahun memimpin, Lord Casey Wenceslas terkena serangan jantung.
Itu kutukan.
Semua orang sudah tahu rumor mengenai kutukan dalam keluarga pewaris Hiraeth Enterprise. Perusahaan itu akan terus berkembang dan berkembang selama yang memimpin adalah keturunan resmi keluarga Wenceslas. Tapi, setiap pemimpin tidak akan pernah berumur panjang.
Dan, pikir Kyne dengan berat hati, hal itu mungkin saja benar. Karena Hiraeth Enterprise menjadi perusahaan terbesar dan paling berpengaruh di di Great Joia, dengan beberapa anak perusahaan di berbagai bidang yang bergerak dibawahnya. Dan bahkan, dalam lima tahun belakangan, Hiraeth Enterprise berperan besar mengurangi hampir 40% pengangguran di seluruh Asia—basis terbesar perusahaannya berada di Asia, meski kantor pusat Hiraeth berada di benua Eropa.
Yang membuat Kyne sakit kepala adalah, sekarang gilirannya untuk mati dengan lebih cepat.
Kursi CEO selama satu tahun tahun belakangan sudah kosong, karena menunggu Kyne menyelesaikan studinya dengan serius dan berlatih keras setiap seluk beluk perusahaan. Menjelang pelantikannya minggu depan, ibunya sudah berusaha keras untuk mengunjungi tempat di pelosok negeri—dan luar negeri, tentu saja—hanya untuk menemukan bagaimana cara mematahkan satu kutukan yang selama ini menghantui keluarganya.
Dan tampaknya Lady Ludmilla Elizabeth Wenceslas menemukan satu penawar kutukan yang mungkin saja akurat. Karena selama ini, ibunya tidak pernah seagresif ini.
"Kyne!"
"Aku paham, aku paham, Ibu. Aku mendengarnya dan memahaminya. Jadi sekarang, maukah Ibu keluar dari kamarku dan membiarkan aku tidur sebentar lagi? Kepalaku sakit."
Lady Ludmilla merengut. Tapi mungkin karena melihat bahwa Kyne memang bersungguh-sungguh—dengan sakit kepalanya, bukan dengan respon terhadap ucapan tentang pernikahan—Lady Ludmilla mengecup kepala Kyne dan berkata, "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu seperti aku kehilangan ayahmu."
Saat itu Kyne tahu bahwa semua yang dilakukan Lady Ludmilla karena ibunya itu sakit hati serta marah, dan tidak ingin kehilangan dua kali. Kyne yang tahu lebih dari siapapun bahwa kematian Lord Casey menghancurkan ibunya. Karena ada dirinya dan Diana, Lady Ludmilla bertahan dan melewati masa duka itu dengan luar biasa. Dan Kyne tidak bisa membiarkan ibunya merasakan itu lagi.
"Ibu..." Kyne memanggil ibunya yang sudah hampir ke luar kamar. Lady Ludmilla berhenti untuk menoleh. "Aku mencintaimu."
Mata Lady Ludmilla berkaca-kaca, dan Kyne merasa melakukan hal yang benar. Dia tidak sering mengatakan mencintai ibunya, dan sekalipun pernah mengatakan itu, Kyne tidak pernah dengan benar-benar merenungkannya.
Sekarang, saat dia menyadari betapa dirinya mencintai ibunya dengan sangat, hati Kyne bergetar.
"Aku juga mencintaimu," jawab ibunya seraya tersenyum, lalu meninggalkan ruang tidurnya.
Dan Kyne Sacheverell Wenceslas tahu bahwa dirinya tidak bisa tidur lagi.
~0000~
Varya masuk ke dapur, dan hidungnya langsung dimanjakan oleh aroma butter dari cookies buatan Posy yang terkenal. Dalam seketika, perut Varya langsung berontak.
"Naluriku memag kuat, bukan? Aku tahu ini pasti sedang terjadi," komentar Varya sambil melongok ke dalam oven yang dipanggang di atas perapian besar.
Semua yang ada di rumah pedesaan milik Lord Alstan masih menggunakan barang-barang konvensional. Mempertahankan tungku perapian dibandingkan kopmpor. Mempertahankan lilin dibandingkan dengan bohlam. Dan sungguh, segalanya serba... tradisional. Satu-satunya yang modern di rumah ini hanyalah televisi, pelicin pakaian, dan kolam air panas—dingin milik Lord Alstan di kamar mandi pribadinya.
"Dan aku hampir memercayai kau memang memiliki kekuatan aneh kalau saja aku tidak melihatmu bertanya pada Shopia soal kegiatanku di dapur," balas wanita yang menurut perkiraan Varya sekitar 54 tahun.
Varya menoleh dan menyeringai. "Apakah ini akan dibawa ke gedung sebelah juga?"
Posy menghela. Wanita itu tahu apa yang diinginkan Varya. Yang selalu dilakukan Varya secara diam-diam dengan bantuan Posy. "Tulislah sekarang. Aku akan berangkat begitu matang. Akan ada tamu di rumah utama. Sepertinya seseorang yang penting. Dan kalian semua diharapkan dalam keadaan diam."
Varya mengerti. Artinya cookies itu berisi sesuatu yang bisa membuat mereka semua tertidur. Karena selain Varya dan Vanessa, ada sekitar selusin gadis lain yang terjebak di kediaman Lord Alstan. Dengan alasan yang kurang lebih sama; finansial.
Dan diantara mereka semua, hanya Varya yang tahu kebenaran soal cookies itu. Karena pernah tak sengaja melihat Posy membubuhkan sesuatu ke dalam adonannya, dan melarang Sophia untuk mencicipinya.
Posy hanya memberitahukan rahasia itu pada Varya hanya karena Varya memergokinya. Dan Varya tidak berniat untuk menjadi pahlawan bagi semua orang dan menyakiti Posy karena wanita itulah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya dan Vanessa sejak mereka berdua tiba di rumah ini.
Dan hanya Posy-lah yang selalu membantunya berkirim surat dengan Vanessa di bangunan lain.
"Kira-kira, tamu sepenting apa?"
Posy memukul kepala Varya dengan serbet. "Jangan berpikir macam-macam. Kau tahu apa yang terjadi pada gadis yang mencoba kabur dari sini."
"Aku tidak berpikir begitu, kok," bantah Varya.
"Ya, anak bodoh, kau berpikir begitu. Kau pikir kau bisa meminta bantuan pada siapapun yang menjadi tamu itu."
Varya memberengut. Posy dengan sangat mudah membacanya.
"Kau di sini rupanya."
Suara berat dan serak itu langsung mengejutkan keduanya. Varya bangkit dengan sigap dan menunduk hormat saat Lord Alstan memasuki dapur.
Laki-laki menatapnya dan Posy secara bergantian. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Mencari kudapan sore, My Lord," jawab Varya dengan segera. Lord Alstan punya kemampuan aneh dalam mendeteksi kejujuran. Dan karena biasanya hukuman yang disebabkan kebohongan sangatlah tidak menyenangkan, Varya sudah terbiasa untuk menjawab dengan jujur.
Dan sepertinya laki-laki itu memutuskan bahwa Varya mengatakan yang sebenarnya. "Ganti pakaianmu. Kita punya tamu penting. Aku tidak ingin dia dikecewakan. Kau mengerti?"
Varya terkejut. Lord Alstan tidak pernah sekalipun memintanya menyambut tamu secara pribadi. Tidak ada satupun gadis di rumah ini yang pernah melakukan itu. Mereka bukan wanita penghibur biasa. Mereka menghibur tamu dengan cerita dan imajinasi. Dan biasanya itu dilakukan secara berkelompok. Tidak pernah secara pribadi.
Bukan berarti itu akan membuat perbedaan. Hanya saja... hanya saja... rasanya menakutkan karena keluar dari kebiasaan.
"Apakah saya sendiri, My Lord?"
Lord Alstan memutar tubuh Varya dan menangkup bokongnya dengan kedua tangan. Membuat Varya menjerit.
"My Lord!"
"Hanya memeriksa." Laki-laki itu terkekeh. "Dan tidak, kau berdua adikmu. Dia memilih kalian secara khusus."
Varya menahan napasnya saat Lord Alstan memeriksa pinggang dan pinggulnya. Lalu saat tangan itu ingin mencoba menyentuhnya lagi di bagian atas, Varya melompat ke depan, menjauh. "Kalau begitu saya akan bersiap-siap." Varya tidak tahan lagi dan langsung bergegas ke luar dapur.
Dirinya dan sang adik masih harus terjebak bersama pria itu kurang-lebih satu tahun lagi, kalau... Lord Alstan tidak menambah bunga hutangnya atau kalau pria itu tidak memiliki kelicikan lain untuk membuat Vanessa kembali berhutang tanpa gadis polos itu sadari.
Ya Tuhan. Hanya Dia yang tahu alasan Lord Alstan tidak menidurinya saat itu juga. Perilaku Lord Alstan memang bukan hal yang baik. Dan jika disandingkan dengan Lord Alstan, tak ada satu hal pun yang baik dari dirinya selain fakta bahwa pria tambun itu tidak menjual gadis-gadis disini sebagai wanita murahan. Tapi Varya tidak naif, dia tahu bahwa beberapa dari mereka pernah tidur dengan pria itu. Apakah dengan suka rela atau paksaan, Varya tak berani mengajukan pertanyaan.
Meskipun Varya ingin memberontak, menjerit, memuntahkan sumpah serapah, dan segala perasaan lainnya yang membuatnya ingin mati saja, dirinya tahu bahwa dia harus bertahan. Segala perilakunya akan berefek pada Vanessa. Pemberontakannya akan membahayakan Vanessa. Dan Varya ngeri membayangkan pada apa yang bisa dilakukan Lord Alstan pada Vanessa jika bajingan itu sudah kehabisan kesabaran. Dan hanya Varya yang menjadi harapan bagi sang adik untuk dapat melihat kembali cahaya matahari dengan keadaan normal.
Empat tahun lalu, begitu Varya berhasil terhubung dengan ibunya, yang memberitakan keadaan tragis sang ayah. Dan begitu banyak hal yang membuatnya berakhir di tangan Lord Alstan. Ada banyak gadis-gadis sepertinya yang di tawan di tempat ini. Dan mereka tidak hanya dilatih kemampuan untuk bercerita, tapi juga dilatih kemampuan untuk dapat menghibur dalam berbagai cara. Menyanyi, bermain musik, bermain peran, dan menari.
Terutama menari. Kebanyakan pria-pria itu lebih suka gadis yang bisa bercerita dan menari. Dan Varya sangat handal dalam kedua hal itu.
Varya mengunci pintu kamarnya dengan tangan gemetar dan berbalik untuk menatap pantulan wajahnya di cermin. Matanya berkabut karena menahan tangis. Sejak hari itu, sejak dirinya memasuki penjara ini, Varya telah berhenti menangis. Dengan sisa harga dirinya karena dibuat berakhir di tempat ini oleh makhluk hina macam Lord Alstan, Varya tidak pernah lagi membiarkan dirinya menangis.
Dan hutang-hutang sialan itu, Varya akan membayarnya. Meskipun dirinya harus menjadi sampah di tempat ini.