Chereads / 365 Hari Bersama Sahabat Nabi / Chapter 47 - Hari Ke-47

Chapter 47 - Hari Ke-47

Ruqayyah binti Muhammad

Dinikahi Lelaki Shaleh

Ruqayyah adalah putri kedua Rasulullah Saw. dari Bunda Khadijah. Dia lahir sekira 20 tahun sebelum hijrah. Putri Rasulullah yang satu ini masuk Islam bersama dengan masuk Islamnya sang Ibu, Khadijah. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin Abu Lahab sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Sebelum keduanya resmi menikah, sebenarnya Bunda Khadijah kurang menyukai pernikahan putrinya ini. Bunda Khadijah tahu perangai buruk ibu Utbah, yaitu Ummu Jamil binti Harb. Dia khawatir Ruqayyah akan mendapat sifat-sifat buruk dari sang ibu mertua. Bahkan ketika Rasulullah diangkat menjadi rasul, Abu Lahab dan Ummu Jamil sangat memusuhi Rasulullah. Pasang suami-istri tersebut sering memfitnah dan menyakiti Rasulullah, hingga Allah mengancam azab untuk keduanya melalui Surah Al-Lahab ayat 1-5.

Mengetahui dirinya diancam dalam Surah tersebu, Abu Lahab menekan anaknya, Utbah. "Hubungan kita putus jika kamu tidak menceraikan anak perempuan Muhammad!"

Saat itu Utbah dan Ruqayyah baru saja menikah, bahkan mereka sama sekali belum melakukan belum bercampur sebagaimana suami istri pada umumnya. Namun Utbah lebih menuruti keinginan sang ayah. Lelaki itu menceraikan Ruqayyah.

Perceraian Ruqayyah bukanlah sebuah musibah, melainkan anugerah. Setelah bercerai, dia dinikahi oleh seorang lelaki Shaleh. Lelaki itu adalah Utsman bin Affan. Alangkah bahagianya Ruqayyah mendapatkan suami yang Muslim dan keimanannya tak diragukan lagi. Selain itu, Utsman juga berakhlak terpuji, tampan, kaya raya, dan berasal dari kalangan terhormat di suku Quraisy.

Pernikahan Utsman dan Ruqayyah diwarnai dengan nuansa perjuangan umat Islam yang amat berat. Utsman dan Ruqayah pun ikut bersama rombongan kaum Muslim yang berhijrah ke Habasyah. Mereka berharap di negeri tersebut mendapatkan keleluasaan dalam melaksanakan syariat Islam dan mendakwahkannya.

Rombongan yang berhijrah bersama Utsman dan Ruqayyah membawa 11 orang wanita. Sebenarnya hati mereka sangat berat meninggalkan kampung halaman, harta, anak dan keluarga. Namun mereka buang perasaan itu. Mereka menjalani perjuangan tersebut karena Allah. Dan Allah pasti tak akan menyia-nyiakan mereka.