"Dateng juga lu, Pak Ketos," cibir Varadirga saat Reval baru tiba di ambang pintu. Reval sendiri hanya menampilkan cengiran khasnya dan melangkah masuk dengan tangan yang merangkul bahu Rival.
"Lu capek, ya?" tanya Reval cekikikan.
"Menurut lo? Gantian, Val, lu yang jagain. Dit, kamu kan kata umi belum sarapan, kita ke kantin yuk."
"Nanti dulu ya, Kak. Aku masih ngurus ini nih," ucap Dita sambil menunjukkan beberapa lembar kertas. Varadirga tersenyum hangat dan mengambil alih kertas beserta bolpoinnya lalu menyerahkannya pada Reval.
"Biar gantian Reval, ya. Kamu ikut aku, kamu harus makan," ucap Varadirga dan merangkul pundak Dita.
"Eh, Var. Pacaran aja lu jangan peduliin gue," cibir Reval.
"Lu juga dari tadi pacaran mulu. Gantian dong," sahut Varadirga dan pergi meninggalkan ruangan.
"Jadi kak Dita itu pacarnya kak Varadirga?" tanya salah satu siswi dengan wajah lesunya.
"Iya, kenapa? Lu suka sama Varadirga?" tanya Reval to the point membuat siswi itu salah tingkah.
"Eh. Eng-enggak kok, Kak"
"Jujur aja lah, kita gak marah. Apa salahnya suka? Tapi jangan sampe jadi penggoda apalagi orang ketiga," ucap Reval sambil meletakkan kertas yang Varadirga berikan padanya tadi di atas meja.
"Val," panggil Nindy, salah satu anggota Osis yang menjaga ruangan itu.
"Apa?" tanya Reval.
"Gini doang, nih?"
"Apanya?"
"Kasih game atau apa gitu."
"Boleh, sih."
"Ya udah kasih!" seru Nindy yang diangguki oleh Reval.
"Baiklah, adik-adik. Sekarang saya minta tolong, meja dan kursinya geser ke pinggir, dan kalian duduk di bawa membentuk lingkaran," ucap Reval.
"Mau ngapain, Kak? Kok lesehan?" ucap salah satu siswa yang tidak Reval ketahui namanya.
"Kita main Truth Or Dare. Gimana? Setuju, gak?"
"SETUJU."
Siswa-siswi baru langsung menggeser meja dan kursi ke pinggir lalu mereka duduk di lantai membentuk lingkaran besar dengan Reval dan para Osis yang juga ikut duduk. Soal Rival? Dia duduk di samping Reval tentunya.
"Ada yang punya botol?" tanya Reval. Seorang siswi dengan rambut kepang 2 itu langsung memberikan botol minumannya pada Reval. Tentunya sudah kosong.
"Makasih. Kita pinjam, ya."
"Iya, Kak."
"Siapa yang mulai?" tanya Reval.
"Rival aja," tutur salah seorang Osis. Reval pun langsung menoleh ke arah Rival dengan senyuman jahilnya.
"Oke," tutur Rival.
"Arahin ke gue, ya, nanti gue pilih Dare. Dan dare nya itu nyium lu," ucap Reval membuat Rival begidik ngeri.
"Gue tebas leher lo," ucap Rival dan langsung memutar botol minuman itu. Benar saja, botol mengarah kepada Reval.
"Eh, kenapa harus lu, sih."
"Hahaha. Kita jodoh. Gue pilih dare," ucap Reval.
"Oke, dare nya tembak salah satu siswi baru di sini," ucap Rival santai membuat Reval dan Osis lainnya membelalakkan mata.
"What? Gak salah? Jangan macem-macem deh. Nggak gue gak mau. Gue kan sayangnya cuma sama lu."
"Bodoamat. Dare, kan?"
"Oke-oke," ucap Reval dan mengedarkan pandangannya ke arah siswi baru satu persatu. Reval beralih berhadapan dengan siswi kepang 2 yang tadi meminjamkam botol itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Reval lembut.
"Na-nama aku Jeni, Kak."
"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Reval.
"Ditanya Reval tuh, mau gak?" kompor Rival yang melihat adik kelasnya salah tingkah.
"Siapa sih, Kak yang gak mau jadi pacarnya kak Reval. Aku juga mau, tapi aku sadar diri. Aku gak boleh jadi orang ketiga," tutur siswi itu sambil tersenyum hingga menampilkan lesung di kedua pipinya.
"Good. Gue suka gaya lo," tutur Rival dan beralih duduk di tempat semula.
"Lagipula gue kalau emang mau nembak harus ada persiapan. Biar diterima," tutur Reval dengan gaya songongnya.
"Masa, sih? lu aja pertama nembak Rival di parkiran gak ada persiapan apa-apa. Untung ditolak," cerca Angga membuat Reval mencebik kesal.
"Iya bener tuh. Yang pas rapotan, dia nembaknya di lapangan basket, padahal persiapannya oke banget. Tetep aja ditolak," sambung Yura yang membuat Reval semakin geram, sementara Rival hanya terkekeh pelan.
"Yang pas pentas seni itu gimana? Pertama jadi siswa baru, yang duet lu kan nembak Rival disana. Kok ditolak juga? Padahal lu udah nyanyi," ucap Fira menambahkan. Reval hanya bisa bungkam, karena semua itu memanglah sebuah kenyataan yang dialami dirinya.
"Yang dulu frustasi habis nembak Rival di kantin dan pernah ditampar sama Rival kan lu balapan liar sampe koma dua minggu gak masuk sekolah. Tetep aja tuh ditolak Rival," cibir Gevan yang memang tau akan hal itu.
"Bagus, ya, buka kartu lu pada. Udah puas buka kartu gue? Udah puas buka semua perjuangan gue? Seneng banget sih," sahut Reval geram.
"Hahaha, jangan ngambek dong, Val," rayu Angga yang memulai.
"Iya, lupain sikap gue yang lalu, ya. Yang penting sekarang gue tunangan lu. Maaf, ya atas sikap gue dulu, lu kan paham atas perasaan gue. Gue bangga kok punya lu, lu udah buktiin kalau gak semua pria di dunia ini buaya darat," tutur Rival sambil memeluk Reval dari samping. Reval langsung menoleh ke arah Rival dan membalas pelukannya serta mencium pucuk kepala Rival.
"Jomblo dilarang syirik," cibir Gevan membuat keduanya sadar.
"Lanjut TOD-nya," tutur Rival mengalihkan. Reval langsung memutar botol minuman itu dan terarah kepada seorang siswa baru yang duduk di samping Lidya.
"Gue pilih dare," ucapnya.
"Cium salah satu siswi baru di sini," ucap Reval santai membuat siswa itu terbelalak kaget.
"Padahal gue maunya cium Kak Rival," ucapnya sambil memajukan bibirnya.
"Enak aja, punya gue gak boleh ada yang nyentuh," ucap Reval.
Siswa itu langsung mencium singkat pipi Lidya yang memang berada di samping nya.
"Cie-cie dicium mantan," goda salah satu siswa yang duduk di dekat siswa yang melakukan dare tersebut.
Aldi, siswa yang melakukan dare itu langsung menoleh ke sampingnya.
"What? Kok lu, sih?"
"Apa?" Ketus Lidya.
"Ngapain lu duduk situ?" ucapnya dengan wajah dramatis.
"Gue emang di sini dari tadi."
"Bukannya tadi yang disini Rena, ya? Kok jadi lu, sih?"
"Sembarangan lu ya. Jadi lu maunya nyium Rena?"
"Ya iyalah. Yakali gue nyium mantan. Harus disuciin nih bibir gue," ucap Aldi sambil mengusap kasar bibirnya.
"Dasar lu."
"Berantem aja terus sampe upin ipin lulus TK," cibir Reval membuat keduanya berhenti bertengkar.
Aldi langsung mengambil posisi pindah tempat menjauh dari spesies bernama mantan itu. Ya, Lidya adalah mantan Aldi. Mereka putus setelah berpacaran selama 4 bulan. Mereka putus karena Aldi yang waktunya only for game. Lidya merasa tidak dianggap keberadaan nya hingga dia memilih memutuskan hubungannya dengan Aldi sang most wanted SMP GELORA.
Mereka melanjutkan bermain Truth Or Dare sampai jam istirahat berdering. Berbagai tantangan dan pertanyaan langsung terkuak di sana. Gedung yang merupakan kelas XI IPS 5 itu menjadi saksi bisu antara tantangan dan kejujuran yang dikupas setajam silet oleh setiap insan yang ada di sana.