Hari ini Hana pindah ke Seoul karena lusa dia akan mulai bekerja di Bighit, banyak teman yang mengatakan Hana sangat beruntung karena bisa berkerja di salah satu agensi top tiga Hiburan korea tapi Hana tidak tau apakah dia beruntung atau tidak sebab jika dikatakan beruntung Hana akan kembali bertemu dengan lelaki yang sudah bersusah payah ia lupakan, lelaki yang selama bertahun-tahun telah mengisi hatinya.
"Huuch..." Hana menghela nafas berat ketika memikirkan Jimin.
"Jangan terlalu dipikirkan Hana, belum tentu juga kau akan bertemu dengannya..."
"Aku bahkan belum tau dimana akan ditempatkan, aku harap tidak akan ditempatkan sebagai staff BTS." gumam Hana.
"Ada apa denganmu Oh Hana? semua orang berharap bisa bekerja sebagai staff BTS tapi kau malah berharap sebaliknya..." ucap Soohee teman Hana dari kuliah.
"Kau benar-benar aneh!" Sohee menggeleng-geleng melihat Hana.
"Itu keinginanku jadi jangan protes!"
"Aku protes karena keinginanmu berbeda dari kebanyakan orang...atau jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan kau hatters BTS?"
Hana tertawa mendengar Sohee, ia kira temannya itu berpikir hal yang lain.
"Benar aku hatters BTS karena itulah aku tidak mau bekerja sebagai Staff BTS."
"Ya Tuhan tolong tempatkan Hana sebagai staff BTS, agar dia jatuh dalam pesona tujuh laki-laki itu, agar dia bisa bertemu Jimin dan jatuh cinta pada lelaki seribu pesona itu." ucap Sohee sambil memohon.
Hana terdiam andai saja jika Sohee tau kalau dia sudah jatuh dalam pesona Jimin sejak dulu bahkan sampai sekarang.
"Yak Sohee kau temanku atau bukan? kenapa mendoakan ku jatuh cinta pada lelaki yang sulit di gapai?"
"Ah aku ralat jangan jatuh cinta, cukup mengangumi sebagai Army."
"Tersarah kau saja."
Hana merebahkan badannya di sofa, ahirnya dia selesai membereskan apartemennya berkat batuan Sohee walaupun gadis itu lebih banyak bicara.
"Aah sangat melelahkan." Sohee ikut merebahkan badan.
"Hana..."
Hana menoleh kearah Sohee yang sedang menatap langit-lagit apartemen.
"Kenapa?"
"Aku lapar, cacing di perutku sudah berbunyi dari tadi."
Hana tertawa melihat reaksi Sohee temannya itu kadang-kadang memang aneh dan super lebay.
"Ayo kita makan, kau makan apa? Tteokbokki atau Jajangmyeon?"
"Tteokbokki!!!!" teriak Sohee.
"Setuju. kajja!"
Mereka pergi kesalah satu kedai makanan yang terkenal dengan tteokbokki nya yang enak, tempatnya besar, bagus dan juga memiliki ruang makan yang bersifat pribadi dan tertutup.
Setelah memilih tempat duduk dan memesan dua makanan.
"Sohee-ya kenapa kita harus makan disini? harganya sangat mahal, lebih baik kita makan tteokbokki di pinggir jalan."
"Tteokbokki disini sangat enak Hana, kau pasti belum pernah mencobanyakan? Kau tenang saja aku akan mentraktirmu, tapi setelah kau mendapat gaji kau harus mentraktirku juga."
"Baiklah."
Sohee berasal dari keluarga Kaya ayahnya adalah CEO sebuah perusahaan dan ibunya seorang dokter, jadi wajar saja bagi Sohee untuk mentraktir Hana.
"Bagaimana?" tanya Sohee setelah Hana mencoba makanannya.
"Enak sesuai dengan harganya."
Mereka makan dengan lahap, memang makan setelah bekerja adalah yang terbaik buktinya saja Hana dan Sohee makan dengan tenang tanpa bicara.
"Hana-ya kau tau... tempat ini sangat sering di datangin para idol, lihat ini," Sohee menunjukkan tanda tangan para idol yang dipajang.
"Bahkan BTS juga pernah kesini, dan aku dengar ini restoran tteokbokki langganan mereka..."
"Lihat ini tanda tangan mereka."
"Sohee-ya dari mana kau tau semua itu?"
"Ini rahasia, aku punya kenalan seorang saesang."
"Mwoo!!!" Hana terbelalak kaget.
"Pelankan suaramu."
"Kau yakin bukan saesang?"
"Ya! aku hanya penggemar biasa."
Tiba-tiba keadaan restoran menjadi riuh terlihat beberapa pemuda mengenakan masker dan ada beberapa penjaga.
"BTS..." ucap Sohee menutup mulutnya.
"Ya Hana katakan ini mimpi."
Sohee memukul-mukul tangan Hana pelan, sedangkan Hana diam menatap salah seorang dari lelaki itu, Hana mengenalinya walaupun wajah di tutupi masker dan topi, jantung Hana berdebar hanya dengan melihat lelaki itu.
Ini adalah pertama kalinya Hana melihat lelaki itu secara langsung setelah dua tahun lalu ketika Sohee mengajaknya nonton konser BTS, mata Hana tak berkedip sedikitpun ketika melihat Jimin.
Ketika tujuh lelaki yang di kawal itu melewati meja Hana dan Sohee, Jimin melirik sekilas kearah mereka Hana cepat memalingkan wajahnya agar lelaki itu tidak melihatnya.
"Ya Hana kau lihat Jimin melihat kearah kita..."
"Aku rasa dia melihat kearahku, benarkan?"
"Eoh benar..." ucap Hana melihat kerumunan orang itu sudah pergi.
Setelah masuk mobil Jimin melepas masker dan topi, ia memeringkan kepalanya seperti memikirkan sesuatu.
"Apa itu dia?" gumam Jimin.
"Siapa?" tanya Taehyung.
"Eoh. Sepertinya aku melihat seseorang yang kukenal di restoran."
"Siapa? apa aku juga mengenalnya?"
"Tidak, dia sahabatku."
"Kenapa tidak hubungi saja dia dan tanyakan?"
"Aku tidak punya kontaknya."
"Mungkinkah yang kau maksud Sahabatmu yang tiba-tiba menghilang..." Jimin mengangguk.
"Waahh Bagaimana kalau itu dia dan apa yang akan kau lakukan jika bertemu dia?"
"Aku akan menanyakan banyak hal padanya."
"Kalau aku jadi kau, hal pertama yang aku lakukan adalah memeluknya."
Hening setelah Taehyung mengucapkan kalimatnya, Jimin terdiam itu memang hal pertama yang akan dilakukannya karena dia sudah sangat merindukan segala hal tentang sahabatnya itu.
Jimin kembali memikirkan kenapa Hana tiba-tiba menghilang dan mengganti nomor ponsel, serta pindah rumah tanpa memberi taunya, ini sudah tahun keempat Jimin kehilangan kontak dengan Hana.
"Tapi Jimin-ah sahabatmu itu lelaki atau perempuan?"
"Peremp—— laki-laki."
"Apaan itu kau membohongiku..."
"Lihat kau bahkan tidak mau menatapku, kenapa berbohong apa kau menyukainya."
"ANIEYO. kami bersahabat dan kau tau sendiri Tae siapa yang aku incar sekarang."
"Jadi benar dia perempuan?"
"Ya."
"Apa dia cantik, kenalkan aku dengannya."
Jimin mendorong kepala Taehyung pelan.
"Yak Taehyung apa kau sudah putus asa menunggu gadis bunga yang sering kau ceritakan."
"Benar aku putus asa, aku tidak akan menunggunya lagi karena dia sudah memiliki suami."
Mata Jimin membulat sempurna ia terbelalak kaget mendengar Taehyung.
"Mwoo! Benarkah? Waah kalau begitu kau harus melupakannya Tae, mulai sekarang jangan abaikan setiap gadis yang ingin mendekatimu..."
"Coba saja dekat dengan mereka."
"Aku tidak tertarik, perempuan seperti mereka pasti banyak mendekati pria lain..."
"Aku lebih memilih menunggu perempuan yang ingin aku dekati sendiri."
Taehyung meyandarkan punggungnya dan menutup matanya, Jimin menatap sahabatnya, kenudian dia mengambil ponsel ada beberapa pesan dari Yuna gadis yang sedang dekatnya sekarang.
Setelah membalas pesan Yuna, Jimin membuka galeri dia melihat fotonya bersama Hana tiba-tiba.
"Oh Hana kau dimana?"
Jimin dan Hana mereka bersahabat kadang terlihat seperti sepasang kekasih jika yang lihat tidak tau kalau mereka sahabat.
Jimin menyimpan ponselnya ia juga menyandarkan punggungnya dan memejamkan mata, ia harap kalau gadis yang dilihatnya adalah Hana dengan begitu setidaknya Jimin berharap masih bepapasan dengan sahabatnya itu.
Hana merebahkan badanya di kasur setelah jalan-jalan bersama Sohee kebanyak tempat sebenarnya Hana lelah ingin pulang tapi Sohee terus memaksa dengan alasan mereka hanya bisa jalan-jalan sekarang sebelum Hana bekerja.
Hana menatap langit-langit kamar, bayangan Jimin muncul dikepalanya.
"Semoga kita tidak akan bertemu Jim..."
"Aku benar-benar lelah jika terus menggunakan filter saat bersamamu..."
"Aku ingin sekali saja tidak menggunakan filter...sekali saja."
Hana memejamkan matanya dan setitik air matanya jatuh begitu saja.
Sohee membuka pintu.
"Hana kau kenapa?"
Hana langsung mengusap air matanya dan duduk.
"Eoh tidak apa-apa."
"Jangan bohong aku lihat kau menangis, jika terjadi sesuatu certilah jangan memendamnya sendiri."
"Aku tidak bohong, aku hanya memikirkan sesuatu yang membuatku sedih, dan itu hanya kejadian masa lalu."
"Jangan pikirkan masa lalu, lebih baik kau pikirkan masa depan."
"Ooo Sohee kenapa kau tiba-tiba jadi bijak. baiklah aku akan melupakan masa lalu."
"Kau baru tau..." Sohee begaya Swag.
"Ah dan juga lupakan laki-laki itu lebih baik kau membuka hatimu untuk Siwoo."
"lelaki? siapa yang kau maksud?"
"Aku tidak tau siapa dia, yang pasti masa lalu yang terus membuatmu sedih..."
"Hana-ya kau tidak apa-apa mengenang masa lalu tapi kenanglah yang membuatmu bahagia jangan yang membuatmu bersedih."
Hana terdiam mendengar kalimat Sohee.
*Bagaimana jika kenangan itu membuatmu bahagia dan sedih* batin Hana.
"Baiklah Han Sohee, sekarang ayo tidur aku sudah sangat mengantuk." Hana lansung tidur dan memejamkan matanya.
"Benar, besok kita harus bangun pagi untuk jalan-jalan bersama Siwoo." Sohee juga ikut tidur.
Hana kembali membuka matanya hanya berpikir haruskah ia mulai membuka hatinya untuk laki-laki lain, sepertinya itu adalah cara paling ampuh. Benar Hana tidak boleh melihat satu laki-laki yang tidak mungkin untuk dimilikinya, mulai sekarang Hana harus belajar membuka hatinya untuk laki-laki lain walaupun dia tidak bisa melupakan Jimin.