"Tidak." Alex menggertakkan giginya. Ia terlihat sedikit marah.
Aku berkedip terkejut karena responnya yang menyengat. "Kenapa tidak?" balasku dengan lebih tenang. Aku bersyukur nada suara saat ini tidak terdengar kecewa.
"Aku tahu kau pasti akan mengatakan hal itu lagi," gerutunya lalu Ia melepaskan pelukanku dari tubuhnya dan duduk di pinggiran ranjang, memunggungiku.
"Kenapa tidak?" ulangku lagi kini lebih ketus. "Karena aku baru delapan belas tahun? Alex, kalau kau bisa berpikir melampaui ilusimu tentangku saat ini, kau pasti sadar aku sudah berumur seratus delapan tahun— seratus sembilan tahun bulan depan!"
Ia menengok padaku dengan ekspresi jengkel. "Tapi di dalam kepalamu dan di dalam kepala semua orang kau masih berusia delapan belas tahun, Cara!" serunya dengan frustrasi.
"Di dalam kepalaku?!" sergahku balik. "Aku tahu aku berumur seratus delapan tahun!"
"Tidak. Sikap kekanak-kanakanmu masih menujukkan kau berumur delapan belas tahun."