Aku kembali tertidur beberapa kali setelah makan. Tubuhku terasa lebih baikan setelah bangun.
Sayangnya aku tidak tahu jam berapa sekarang. Mungkin hari sudah berganti lagi. Aku belum melihat matahari sama sekali sejak tiba di tempat ini.
Edward Adler juga belum datang mengunjungiku, hanya ada makanan yang tiba-tiba muncul saat aku ke kamar mandi atau saat aku tidur.
Setelah mengelilingi ruangan ini dengan lebih teliti karena merasa bosan, aku menemukan lemari yang diisi penuh dengan pakaian yang seukuran denganku... bahkan hingga ke pakaian dalam.
Sepertinya Edward Adler berpikir Ia bisa menculikku dalam jangka waktu yang lama. Aku bergidik membayangkan menjadi peliharaannya untuk diambil darahnya selama seumur hidupku.
Seharusnya Ia memikirkan cara yang lebih baik dari ini, karena rencananya sangat mudah ditebak.
Kujatuhkan tubuhku di atas ranjang empuk lalu menatap ke langit-langit bercat putih di atasku. Paling tidak ranjangnya nyaman...
Wajahku masih agak nyeri dan memar setelah ditampar oleh pria itu kemarin. Kuharap Alex menemukannya juga dan menghajarnya untukku, pikirku dengan kesal.
Mereka pasti sudah menguntitku sejak aku sampai di bazaar. Itu artinya mereka juga sudah tahu aku akan datang kesana...
Perasaanku agak tidak enak saat memikirkannya. Rasanya tidak mungkin Annelise bersekongkol dengan Adler dan Pack Silver Moon... Lagipula Ia mengajakku pergi ke bazaar di depan banyak orang. Mungkin ada orang lain yang mendengar rencana kami dan melaporkannya pada Adler.
Lalu siapa pelakunya?
Apa mungkin ada penyusup seperti Charmaine lagi di dalam Pack Night Walker?
Semakin aku memikirkannya semakin aku merasa curiga, rasanya tidak mungkin Edward Adler membuat rencana seceroboh ini. Ia bahkan menggunakan penyusup lagi, cara sama persis seperti kejadian dengan Charmaine dulu.
Suara 'klik' yang sangat samar membuatku menoleh ke arah pintu di ujung ruangan. Jantungku berdebar keras saat melihat kenop pintu itu berputar perlahan lalu mulai terbuka.
Aku turun dari tempat tidurku lalu mencari barang yang bisa digunakan untuk senjata, tapi yang berada di dekatku hanya bantal dan guling.
Seorang wanita cantik masuk ke dalam sambil membawa sebuah piring berisi buah yang sudah diiris. Ia memandangku sekilas sebelum meletakkannya di atas meja. Rambut pirang panjangnya dibiarkan terurai dengan anggun hingga ke pinggangnya. Ia mengenakan gaun santai berwarna merah yang agak tipis, belahan gaunnya terlihat sangat rendah hingga aku bisa melihat sebagian dadanya.
Wanita cantik di depanku ini adalah wanita yang kutemui di gang malam itu.
"Jangan hanya berdiri saja. Duduk dan makan, aku sudah mengupasnya untukmu." katanya sambil mengisi segelas air dari keran lalu meletakkannya di sebelah piring buah. "Alpha ingin meminta maaf karena Ia sedang sibuk, jadi Ia tidak bisa menemuimu saat ini."
Tapi aku tidak bergerak dari tempatku. "Alpha... Maksudmu Edward Adler?"
Ia mendongak untuk menatapku lalu tersenyum geli. "Caroline... Setelah kulihat-lihat lagi ternyata kau sangat cantik, huh? Dengan mata besarmu dan bibir seperti itu... pantas saja Alpha Brennan ingin menyembunyikanmu selama ini."
Ucapannya yang aneh membuatku mengerutkan keningku. "Apa maksudmu?"
"Sayang sekali Darius menghajarmu terlalu keras kemarin... ternyata memarnya belum menghilang hingga sekarang. Tapi tenang saja, Ia sudah dihukum karena berani melukaimu."
Aku hanya membalasnya dengan pandangan waspada. Jadi nama pria besar yang kemarin adalah Darius?
"Kalian tahu kan rencana kalian sangat ceroboh? Alex akan menemukanku sebentar lagi... dan aku yakin kali ini bukan hanya hukuman biasa yang akan dijatuhkan kepada Pack ini dan Adler."
"Kau yakin Alpha Brennan bisa menemukanmu secepat itu? Ini sudah hari kelima." Wanita itu tertawa geli hingga suaranya menggema di ruangan ini. "Tapi kau memang benar... sepertinya Pack Silver Moon dan Alpha Adler akan dihukum sangat berat kali ini."
Butuh waktu beberapa saat untuk mencerna kalimatnya barusan. Perasaan panik tiba-tiba muncul dari dalam diriku.
"Siapa..." suaraku terdengar tercekat jadi aku mengulanginya lagi, "Siapa Alphamu?"
Wanita itu hanya tersenyum sambil memandangku dengan kedua matanya yang terlihat puas. Aku baru saja masuk ke dalam jebakannya.
"Sampai nanti, Caroline. Kurasa Alpha akan mengunjungimu sore ini." Ia berjalan menuju pintu lalu membukanya. Walapun hanya sesaat tapi aku bisa melihat sebuah pintu besi besar di seberang pintu ini. Seorang pria asing berjaga di depan pintu itu.
Dengan perasaan ngeri aku menyadari kenapa tidak ada jendela di ruangan ini.
Tempat ini bukan apartmen... Tapi bunker bawah tanah.
***
Aku tidak menyentuh buah yang wanita itu bawakan beberapa jam yang lalu.
Selama berjam-jam aku hanya berjalan mengelilingi ruangan ini sambil memikirkan ucapan wanita itu tadi.
Edward Adler ternyata hanya umpan... Penculikku menggunakan cara yang sama dengan Adler agar perhatian Alex dan yang lainnya teralihkan pada Pack Silver Moon.
Siapa... Siapa yang tahu tentang masalah kami dan Adler? Sejauh ini yang tahu alasan di balik perseteruan antara Adler dan Alex hanya Alpha Thomas dari Pack Misty Willow dan Alpha Sam dari Pack Yellowstone.
Mungkin salah satu dari mereka mengkhianati Alex?
Dan katanya aku sudah berada di tempat ini selama lima hari... Gawat, jika perkiraanku benar artinya aku tertidur selama tiga hari berturut-turut setelah disuntik obat itu.
Aku tidak ingin memikirkan apa yang ada di dalam kepala Alex saat ini. Ia pasti masih mencariku bersama yang lain.
Walapupun tidak ingin, tapi aku tidak bisa mencegah memoriku kembali lagi ke momen saat aku menghilang di hutan Redforest hampir satu bulan yang lalu, ekspresi Alex saat itu membuatku merasa sangat bersalah, dan membayangkannya membuatku semakin merasa gelisah.
Aku tidak tahu berapa lama aku menunggu hingga pintu di seberangku terbuka.
Langkahku terhenti di dekat tempat tidur saat seorang pria masuk ke dalam lalu menutup pintunya lagi.
Ia menatapku dengan ekspresi ramah di wajah tampannya. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, tapi kedua matanya lah yang paling mencuri perhatian... salah satunya berwarna biru sedangkan satunya lagi hitam.
Senyuman di wajahnya terlihat semakin lebar saat Ia menyadari pandangan intensku. "Heterochromia." katanya sambil menunjuk ke arah matanya. Suaranya terdengar dalam dan berwibawa.
Aku yakin pria ini adalah Alpha, karena auranya memancara sangat kuat.
"Karena itu warna mataku agak berbeda." lanjutnya sambil melangkah ke arahku. Ia mengenakan kemeja berwarna hitam dan celana yang senada. Dua kancing teratas kemejanya terbuka lebar hingga aku bisa melihat sedikit dadanya yang berotot.
Pria ini bukan Alpha Thomas atau Alpha Sam.
Aku tidak mengenalinya.
Ia berhenti beberapa langkah di depanku sebelum mengulurkan tangannya padaku. "Senang akhirnya bertemu denganmu, Caroline. Maafkan anak buahku yang kurang ajar kemarin... Aku sudah memberikan hukuman yang layak untuk setiap memar di wajahmu."
Aku tidak menggubris ucapannya. Kupandang tangan besarnya yang terulur padaku sebelum kembali mendongak menatapnya.
"Siapa... kau sebenarnya?"
Masih dengan tangan terulur, Ia kembali menampilkan senyuman yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan.
"Namaku Dimitri."