"Siapa kamu?" tanya Laki-laki di depannya.
"Eh.. Aku.. Aku Rissa" jawabnya gugup. Ia masih menutup ke dua matanya.
Laki-laki di depannya itu, menatapnya dengan senyum, sekaan mendapatkan mangsa baru dalam kehidupannya. Ia berjalan mendekati gadis kecil yang masih menempel di tembok. Duke memegang ke dua tangan Rissa, mengunci di dinding belakangnya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Rissa was-was.
Hembusan napas berat laki-laki itu, terdengar jelas di telingannya. Membuat jantung Rissa seakan mau keluar dari kerangkanya. Ia hanya bisa diam, memalingkan wajahnya ke samping. Dengan ke dua mata masih tertutup rapat.
"Apa yang dia akan lakukan, oh Tuhan... Aku gak mau melakukan hal ini dulu. Bahkan aku dengannya belum menikah. Aku gak mau di sentuh olehnya." batin Rissa dalam hatinya.
"Oo.. Jadi kamu yang akan menikah denganku" ucap laki-laki itu. "Aku Duke. Dan sekarang bukalah matamu.. Jangan takut lagi denganku, aku tidak akan menggigitmu."
Duke memegang dagu Rissa, mendekatkan wajahnya. Laki-laki itu mengamati setiap detail ukiran di wajah cantik dan manis gadis kecil di depannya. Dengan lesung pipit di pipi kirinya, membuat Duke semakin tertarik.
"Dia sangat cantik, kenapa dia mau menikah denganku. Padahal usianya jauh di bawahku." pikir Duke dalam hatinya.
"Bukalah matamu sekarang," ucap Duke melepaskan ke dua tangan Rissa, dan beranjak duduk di ranjangnya. Dengan tangan mengusap rambutnya, yang terlihat basah.
Rissa perlahan membuka matanya. Ia menatap samar laki-laki di depannya. Saat terlihat jelas ukiran wajah tampan laki-laki itu, di ke dua matanya. Seketika matanya berbinar. Menatap kagum laki-laki di depannya. Badanya sangat bagus, dada bidangnya terlihat kotak-kotak, seperti memang dia setaip hari merawat tubuhnya. dan perutnya terlihat sangat sixpact.
Mata gadis itu seakan berkedip-kedip menggoda, dengan tatapan tak berhenti menikmati pemandangan indah, yang jarang ia temui.
"Kak Sisca pasti menyesal, menolak laki-laki tampan di depannya itu. Ia tidak terlihat tua sama sekali. Gimana bisa kak Sisca mengira jika dia itu om-om tua." batin Rissa.
Rissa berjalan ragu-ragu mendekati laki-laki yang terlihat telanjang dada di depannya.
"Eh... Apa kamu yang akan menikah denganku?" tanya Rissa ragu. Mengerutkan ke dua matanya, ia takut jika jawabanya salah.
Duke menatap Rissa, dengan senyum tipisnya. Ia menarik tangan gadis itu, duduk di sampingnya. Mendekatkan wajahnya, membuat gadis itu, menarik tubuhnya sedikit ke belakang. Wjahanya terlihat sangat was-was.
"Menurut kamu gimana?"
Duke mengamati setiap detail wajah gadis di depannya. Dengan jemari mengusap lembut wajahnya.
"Ehh.. maaf jauhkan tangan kamu dariku," ucap Rissa, menepis tangan Duke di wajahnya.
"Kenapa, kamu akan tinggal di sini dengan aku. Pernikahan akan di laksanakan begitu mewah di sini. Dan aku akan mengundang ke dua orang tua kamu, dan juga kakak kamu. Yang beraninya menolak aku, untuk menikahinya" ucap Duke.
Rissa mengerutkan bibirnya, menganggukan kepalanya pelan. Seakan dia paham dengan apa yang di katakan Duke.
"Emm.. Jadi kamu suka dengan kak, Sisca?" tanya Rissa, memastikan. Ia tidak berhenti menatap wajah tampan di depannya.
"Kak Sisca, kamu akan menyesal. Aku gak bisa bayangkan nanti. Dia begitu tampan kak. Lebih tampan dari, pacar kak Sisca. Batin Rissa." batin Rissa dalam hatinya.
"Suka.." Duke beranjak berdiri, menuju ke lemarinya. "Kalau di bilang suka, entahlah... aku juga tidak terlalu tahu tentang cinta. Aku hanya ingin menikah dengannya." lanjut Duke, tangannya masih menyilakan baju di gantungan lemarinya, melihat setiap baju di lemarinya itu.
Rissa tersenyum, apa yang ia pikirkan jauh dari ekspentasinya. Ternyata dia akan menikah dengan om tampan. Apalagi dia kaya, dan kehidupannya juga akan terpenuhi dengan sekejap.
"Kamu lagi milih baju ya?" tanya Rissa, beranjak berdiri. Dan segera mengambil salah satu baju di lemari Duke.
"Ini cocok buat kamu," ucap Rissa, mengulurkan satu kemaja ke wajah Duke.
Duke hanya diam, nenatap mata gadis itu yang begitu polosnya.
Rissa, mendekatkan wajahnya, menggerakkan kepalanya. Ke kanan, an ke kiri gantian. Menatal wajah tampan di depannya.
"Dia benar-benar unik, aku lebih tertarik denganya sekarang dari pada kakaknya. Dia tidak takut sama sekali berada di kamarku. Dan gimana bisa dia begitu polosnya, seakan tidak menyesal sama sekali menikah dengan aku." batin Duke.
Mengusap lembut ujung kepala Rissa, mengacak-acak rambutnya.
Duke meraih kemaja di tangan Rissa.
"Selera kamu tunggi juga, sepertinya ini bagus. Tapi... pakaikan!!" ucap Duke, menarik ke dua alisnya ke atas bersamaan.
Mata Rissa melebar seketika, dengan kening mengerut, membentuk lipatan-lipatan kecil di kulitnya.
"Apa katamu? Aku harus pakaikan baju kamu?" tanya Rissa yang tidak habis pikir dengan calon suaminya itu.
"Iya, mau gak?"
"Gak!!" ucap Rissa. Memalingkan wajahnya dengan ke dua tangan di lipat ke dadanya.
"Bener gak mau?" tanya Duke memastikan.
"Iya," jawabnya datar.
"Kalau kamu gak mau, makan keluarga kamu akan hancur. Dan perusahaannya akan semakin limit.
"Jangan-jangan!! Baiklah, aku yang akan memakaikannya."
Terpaut senyum kekangan di tubuh bibirnya. Meretangkan ke dua tanganya, ke samping.
Rissa, meraih kemeja Duke, Dan mencoba memasukan bajunya ke dalam, Membuat tubuhnya menempel di dada Duke.
Duke, melangkahkan kakinya mudur, dan. Bukk..
Tubuh Rissa semakin menempel erat di tubuh telanjang dada Duke.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Duke, memegang pinggang Rissa.
"Lepaskan aku sekarang," bentak Rissa, menginjak kakinya keras.
Aaaaaa....
"Kenapa kamu menginjak kakiku," tanya Duke mengeram kesal.
"Aku mau tidur, tapi koper aku di luar" ucap Rissa, menunjukan wajah muramnya seperti anak kecil.
"Iya, udah. Sekarang kamu bawa koper kamu ke sini. Kamu masukan semua baju kamu di lemariku."
Rissa semakin melebarkan matanya, membuat bila matanya sekaan keluar dari matanya.
"Gak mau, lagian siapa juga yang mau tidur di sibi dengan kamu. Dan aku juga, gimana bisa, angkat berat" ucap Rissa. Dengan mengusap ke dua tangannya, yang nemang tidak pernah bekerja berar sama sekali.
"Oya.. Kenapa gak kamu saja yang angkat koper aku.
Duke memejamkan matanya beberapa detik. Menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba bersabar melihat gadis kecil yang mulai membuat dia merasa naik darah.
"Oya, ku lupa. Aku sekarang harus panggil kamu apa, om, atau kakak," tanya Rissa, menarik ke dua alisnya ke atas.
"Terserah kamu!!" ucap Duke yang mulai kesal. Ia memalingkan tubuhnya, berjalan menuju ke kamar mandi.
"Om, mau kemana?' tanya Rissa, menarik tangan Duke kuat.
"Lepaskan aku," Duke menarik tangannya, membaut Rissa, hampir saja terjatuh ke belakang. Dengan sigap tangannya, menangkap tubuh Salsa, dan. Bukkk..
Tubuh mereka jatuh di lantai, ke dua mata saling tertuju. Rissa memejamkan matanya, ia mengirup harunya tubuh Duke, membuatnya semakin merasakan dengan hidung mengendus-endus.
Duke menarik napasnya untuk yang ke sekian kalianya. Gimana bisa ia akan menikah dengan gadis aneh seperti dia. Tidak punya etika sama sekali.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Duke, mencoba berdiri.
"Tunggu!!" Rissa menarik tubuh Devid, terjatuh lagi di atas tubuhnya. Membuat Salsa terdiam, merasakan benda keras terasa di balik gaunnya.
Duke, mengendus leher Rissa, membuat matanya terbelalak. Merasakan napas berat laki-laki itu menjelajahi lehernya. Dan berbisik.
"Apa kamu mau menggodaku, jika aku tidak tahan. Maka jangan salahkan aku
"Aahhhh.... " ucap Rissa spontan, membuat Rissa semakin menciut dan takut.