"Itu adalah teriakan Panji Kak," isak tangis Mawar bener-bener membuat Arjuna merasa bersalah.
"Sayang lantas bagaimana kalau begini. Apa kamu mau memaksakan pergi ke sana dengan keadaan kamu yang berjalan saja tertatih-tatih seperti ini." Arjuna menggenggam tangan Mawar dengan lembut.
"Aku bingung, melihat Panji terus berteriak seperti itu, rasanya tidak tega sekali, harus jauh seperti ini," Wanita itu terus terisak, dengan tetesan air matanya yang tak bisa dia bendung.
"Kalau begitu kita berangkat saja, tapi di upayakan kita menghindari bertemu dengan ibu Sinta dan juga bertemu dengan kakak kamu Raven," seru Arjuna kepada calon istrinya.
"Lantas bagaimana kalau ibu melati melihat aku?" Mawar menatap Arjuna dengan mata yang berkaca-kaca.
"Itu sepertinya tidak bisa di hindari," lirih Arjuna dengan nada yang rendah.