Nando memejamkan kedua bola matanya. Ia manarik napas dalam - dalam lalu mengeluarkannya dari mulut secara perlahan. Ia menoleh pada jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 4 sore.
Bintikan cahaya kecil mulai menyala dari layar notebooknya. Bintikan kecil cahaya yang nantinya akan bergabung menjadi satu, dan menciptakan suatu gambar pada monitor.
Cukup rumit bukan ? Berapa juta titik cahaya yang diperlukan ? Semua yang ada memang rumit. Hanya saja, manusia yang tidak bisa memikirkannya lebih teliti.
Kita pikir mie instant itu cepat, simpel, dan mudah. Hanya butuh 5 menit sebelum dimasukan ke penggilingan lambung.
Tapi kita tidak berpikir secara luas. Kita tidak berpikir bagaimana pembuatan bungkus plastik yang begitu rumit.
Pembuatan bumbu dan mi yang berasal dari tepung yang pastinya menghabiskan waktu lebih dari 30 menit bukan ?
Semua serba rumit. Masalah yang begitu tampak sederhana, akan menjadi rumit jika salah ambil tindak. Mau tahu seberapa rumit kah hidup ini ?
Ketika matahari memperlihatkan sinarnya yang terang. Sinar itu masuk menusuk jutaan kelopak mata dan membangunkan para manusia ke dalam dunia nyata.
Disinilah pertarungan dimulai. Pertarungan bukan dengan monster atau zombie layaknya resident evil. Tapi pertarungan yang tak masuk diakal. Pertarungan bersama pilihan.
Ketika kamu bangun pagi, kamu harus memilih hal apa yang harus kamu lakukan terlebih dahulu. Sayangnya manusia tertipu. Mereka tidak berpikir apa yang akan ia lakukan hari ini.
Mereka mengambil tindak tanpa tahu sebap. Dan terkadang tindakan yang sudah kamu pastikan aman, dapat berujung maut.
Seperti kisahku kali ini. Apa aku baru saja memilih suatu yang salah ? Ketika ku melihat wanita yang kusayangi ini berjalan dengan kursi roda.
🌠
Nando menutup notebooknya. Jam tangan kecil berwarnakan hitam itu sudah menunjukan pukul 5 sore. Ia menebarkan pandangannya menyapu taman yang luas ini.
Bola matanya terarah pada bocah laki - laki yang baru saja merosotkan bokongnya pada perosotan berwarna kuning didepannya. Terlihat juga bocah perempuan yang asik main ayunan besi yang muat dua orang berwarna hijau itu.
Nando bangkit dari kursi tamannya. Suara langkah kaki terdengar pelan dari sepatu hitam Nando. Lelaki berlabel penulis itu berjalan menembus suara kanak - kanak yang menggema disekitar.
Matanya tertuju pada kafe disamping jembatan didepan matanya. Kafe berwarnakan cokelat dengan logo biji kopi itu terlihat cukup sepi.
Suara 'tak' dari sepatu Nando yang membentur aspal sudah tidak lagi terdengar. Matanya menyipit mengatur fokus pandang matanya menuju objek kecil didepan sana.
Memperlihatkan seseorang dengan cardigan berdiri diatas jembatan dan menghirup terpaan angin. Perempuan ber-cardigan biru itu melayangkan bebas kedua tangannya diudara.
Ana ?