Jam telah menunjukan pukul 02:00, aku telah usai melaksanakan solat tahajud, setelah kegiatan kosong dan saku terjaga dari tidurku aku memilih untuk membuka handphone ku, matanya menatap notifikasi yang baru saja masuk ke wa, "Nadine?" tulisannya
"Ya?" balasku
"Aku Arkan, save ya nomorku."
"Oke."
"Kok belum tidur?."
"Gapapa."
"Cuek banget si."
"Ya."
Pesannya putus begitu saja, aku tak terlalu menanggapi apa yang di katakan Arkan, hal itu semata aku tak ingin imanku goyang, setelah beberapa menit membuka wa aku kembali melanjutkan tidurku.
"Nadine." panggil Bunda pada pukul 07:00
"Ya Bun." balasku sambil bergegas menemui Bunda
Aku tergesa menghampiri Bunda agar tak terus di marahi karena terlambat datang, "Ada apa Bun?"
Aku terkejut saat aku berhadapan dengan Bunda ternyata Arkan juga ada di sana, rasanya mati kutu dan kaku, aku sedikit gugup.
"Yauda itu Nadine nya, jadi Bunda tinggal ya." Bunda meninggal ku begitu saja bersama Arkan, pikiranku berputar, apa yang harus ku lakukan di hadapan lelaki ini? aku benar banar kaku, aku tak terbiasa berduaan dengan lelaki asing, tapi kenapa setiap dengannya jantungku berdebar, ya Allah perasaan apa ini? Apa aku suka smaa Arkan, ah ga mungkin, gak, ayo fokus Nadine, kamu ga boleh pikir yang gak gak.
"Kenapa masih berdiri?" tanya Arkan
Aku memberikannya senyuman manis dan turut duduk di sampingnya dengan jarak kurang lebih 1 meter, "Aku mau ajak kamu jalan." sambung Arkan
"Kemana?" balasku
"Keliling aja, mau kan?"
"Hm, kapan?"
"Ya sekarang Nadine masa tahun depan."
Aku terdiam kaku, membisu, juga bimbang akan tawaran Arkan. "gimana?" sambung Arkan
"A a a..."
"Apa?"
"Aku mau, tapi aku siap siap dulu ya."
"Gak usah, kamu cantik kok apa adanya."
Tak ada sesi persiapan, kami pergi begitu saja, Arkan membawaku dengan mobil yang ia miliki, awalnya aku sedikit tak nyaman karena kami hanya pergi berdua tapi kucoba yakinkan hatiku bahwa semua akan baik baik saja, hari itu Arkan membawaku pergi ke rumah makan, di sana kami berbincang kecil, saling bercerita tentang diri masing masing, dan saling tertawa bersama, tak sampai di situ saja kami juga pergi ke pasar tradisional untuk mencari barang lucu dan antik, Arkan membeli 2 gelang tangan yang di buat dari barang bekas, emang sedikit klasik tapi cantik, kupikir itu untuknya sediri ternyata tidak 1 gelang di berinya untukku dan satunya ia kenakan di tangan sebelah kirinya.
Aku mencoba untuk mengenakan gelang itu sendirian tapi ini benar benar sulit, aku membutuhkan bantuan orang lain untuk memasangkannya, saat itu Arkan memberikan tawaran lagi kepadaku, karena berulang kali gagal ku terima tawarannya, ia mengenakan gelang itu di tangan kiriku, ini benar benar lucu, dan ini merupakan kali pertama aku dekat dengan seorang lelaki.
"Gimana suka ga?" katanya
Aku mengangguk iya, kami menghabiskan waktu begitu banyak untuk berduaan, tapi kami tetap menjalankan solat yang seharusnya di jalankan, kami menyinggahi masjid yang ada di pinggir jalan agar bisa solat, setelah dari sana barulah kami memutuskan untuk pulang, Arkan mengantarkan ku pulang sampai depan rumah, setelahnya ia berpamitan dengan Bunda ku.
Hubungan kami tidak hanya sampai di situ tapi terus berlanjut, Arkan semakin sering mengajakku jalan, dan kami semakin sering bersamaan, lelaki itu membuatku jatuh cinta, entahlah rasanya aku benar bahagia ketika bersamanya, semua terasa nyaman dan aman.