Chapter 18 - 17

Brakkk!!!!

Pintu besi itu rusak seketika, seorang pria masuk begitu saja setelah mendobraknya dan langsung menendang tangan Jason dan seketika tangan itu lepas, Jeon segera bekerja sama dengan pria itu dan menyerang Rex, Jeon melancarkan tendangannya dan berhasil membuat Rex tersungkur dan memuntahkan darahnya.

Jason yang tidak tinggal diam juga ikut menyerang Jeon dan pria itu, dengan sigap Jeon langsung menyerang balik Jason ia terus mengahantam bagian dada Jason yang merupakan pusat mesin robot itu. Pria itu berhasil melepaskan Clarissa.

" Jackson, bawa dia pergi!"

" Kau?"

" Aku akan menyusulmu, cepat pergilah!"

Jason segera menangkap Jeon namun, Jeon sama sekali tidak memberontak. Ia hanya menyeringai dengan tatapannya yang begitu dingin.

" Sudah kubilang kau tidak akan bisa lari dariku Jeon" Rex bangkit dan menyeka sisa darah yang berada didekat mulutnya

" Ya, kau benar. Aku tidak akan bisa lari darimu, dan kau bahkan tidak bisa lari dariku"

" Apa kau begitu putus asa Jeon?"

" Hahaha.. Kau tahu? Kita berdua ini saling berkaitan"

" Apa maksudmu? Kau pikir aku bergantung padamu? Nyawamu ada ditanganku!"

" ya…. Baiklah, Nyawaku ada ditanganmu dan begitu juga nyawamu ada ditanganku"

" Kau pikir kau bisa membodohiku Jeon?"

" Tidak, aku tidak membodohimu"

" Sudahlah, omong kosongmu itu tidak penting! Jason ceapat bunuh ia!"

" Kau akan mati bersamaku Rex, dalam 3 detik kau akan mati bersamaku"

Jeon masih menyeringai dengan tatapan mematikannya/

...

" Jeon…."

Wanita ini sudah sadar rupanya

" Jeon….."

Tenang Clarissa Jeon pasti akan datang menyusul kita

" Jeon…"

......….

Oh ayolah Jeon! Aku benar-benar takut kau tidak akan keluar dari gedung itu. Dengan gemetar aku memegang remote yang diberi Jeon padaku. Bagaimana tidak?! Aku memegang remote bom, salah tekan akan menjadi kesalahan yang fatal.

" Lucas! Itu Jeon datang dengan Clarissa! Cepat tekan remotenya!"

' Youngboun, Ivy seberang lobby utara!' Ujar Steve memberi petunjuk pada Youngboun dan Ivy

Dalam hitungan detik mereka bedua datang dengan mengendarai mobil jeep

" Cepat naik!" ujar Youngboun padaku dan Steve, untunglah Bimo dan Lavender sudah lebih dulu mengikuti Youngboun.

Youngboun langsung memacu kencang mobil yang kami tumpangi begitu juga dengn Ivy yang berada dibelakang kami. Tanpa pikir panjang akupun langsung menekan tombol merah yang ada diremote itu.

DUARRR!!!!

Suara ledakan bom terdengar sangat keras, gedung itu runtuh seketika. Aku bersyukur Jeon bisa menyelamatkan Clarissa dan juga kami semua. Sekarang kami hanya harus meneruskan hidup kami dengan tenang.

....

Rasanya pusing sekali… arghh! Dimana aku? Kamar?

" Jeon!!"

" Clarissa! Kau sudah sadar?"

" Steve kita dimana?"

" Tenang saja Clarissa, kita sudah bebas dari Rex. Gedung itu sudah hancur dengan bom yang dibuat Jeon"

" Apa?"

" Iya Clarissa, sekarang kau tidak perlu khawatir lagi"

Aku segera berlari keluar kamar, aku harus menemui Jeon. Aku harus memastikan bahwa Jeon juga selamat. Namun, aku tidak menemukan ia diluar, dihalaman atau dimanapun. Apa Jeon mati karena bom itu?

' Jeooooonnnnnn!!!!!' hatiku menjerit sejadi-jadinya. Air mataku turun begitu deras, aku masih tidak percaya Jeon begitu cepat pergi. Aku belum siap dengan kepergiannya.

" hei nona, kenapa kau menangis?"

Aku segera mendongak melihat siapa yang menanyaiku, kuseka air mataku dan betapa terkejutnya aku saat melihat wajah Jeon,

" Jeon! Syukurlah kau masih hidup!" Ucapku memeluknya erat

" aah.. iya tentu "

" Apa yang terjadi dengan wajahmu?"

" Ah.. ini, terkena sayatan besi tajam. Tapi, tidak apa, ini hanya luka kecil. Sudahlah ayo kita masuk kedalam"

" Baiklah"

Sungguh aku sangat bersyukur Jeon selamat. Tidak bisa kubayangkan jika ia tidak selamat, dan untungnya ia bisa menghabisi Rex, jadi kami tidak perlu khawatir lagi.

...

Beberapa Minggu Kemudian...

Malam ini aku dan Ivy akan pergi berkencan, ku harap cuaca bersahabat dengan kami kali ini. Aku menunggunya diruang tengah. Untuk sementara kami tinggal dirumah Jeon, awalnya kukira rumah ini adalah gudang karena sangat kosong dan sunyi tapi, setelah Jeon menjelaskan pada kami bahwa rumah ini sebenarnya adalah rumahnya, kami langsung membersihkan nya dan sementara tinggal disini.

Aku masih terpaku dengan foto Jeon yng dipajang diruang tengah, ku rasa ia memang sengaja memakai efek mirroring di fotonya, dan ternyata memang dia sudah mempunyai tatapan yang dingin dan mematikan sejak kecil. Dasar pria kulkas!

" Bagaimana penampilanku?" tanya Ivy dengan pakaian simple khas dirinya, Kaos atasan berlengan panjang dan juga celana jeans

" Cantik dan seperti biasa memukau hatiku"

" Benarkah itu?"

" Tentu saja, Chagi-ya!"

" Gumawo.."

Aku pun mengambil kunci mobil dan menuju ke halaman.

" Kau ingin pergi kemana?" tanya Jeon padaku

" Aku ingin berkencan dengan Ivy, ada apa?"

" Bisakah kau pergi ke sebuah dealer motor didekat reruntuhan gedung markas, katakana saja Jackson menagih pengantaran pesanan"

" Oh tentu"

" Baik, terimakasih"

" Mengapa gaya bicaramu menjadi kaku seperti ini Jeon?"

" Tidak, aku memang seperti ini dari dulu"

Mengapa ia menjadi semakin dingin begitu? Aneh sekali.

...…

Di Café.....

" Yoebo… kenapa kau melamun lagi?" Tanya Lavender

" Aku merasa ada yang janggal.."

" Maksudmu?"

" Aku merasa Jeon berbeda, ia seperti orang asing"

" Aku juga merasa begitu, ia seperti tidak mengenal kita. Bahkan untuk menyapaku saja ia tidak pernah"

" Ia selalu bersikap kaku dan dingin"

" Entah mengapa aku merasa bahwa ia bukan Jeon"

" Apakah ada hal yang berbeda lagi darinya?"

" Seingatku, ia tidak mempunyai bekas luka di pipi kirinya"

Sejenak aku mengingat wajah Jeon untuk memastikan

" Kau benar Chagi-ya! Jeon memang tidak punya bekas luka di pipinya, tapi, ia mengatakan bahwa itu bekas terkena sayatan besi"

" bisa saja, tapi, itu bekas luka yang sudah lama sekali! Bukan bekas luka yang baru ia dapat beberapa minggu belakangan ini, ia juga tidak pernah mengobatinya"

" ini mencurigakan Ivy, aku rasa kita harus mencari tahu"

" kau benar"

........