Chapter 21 - DIA KAPTEN DAN AKU LETNAN

Letnan Utara menelan salivanya.

Gadis ini benar- benar galak kalau dia sedang marah.

Utara sudah terbiasa dengan ke- agresif- an pangeran kedua ketika dia sedang marah, tapi Utara tidak tahu kalau wanita yang terlihat sangat manis ini dapat berubah sangat sengit juga kalau sedang kesal.

Dalam masalah marah, wanita memang berada di level berbeda.

"Baiklah, ayo makan, ayo makan…" Utara berkata pelan lalu melanjutkan berjalan.

Dia masih dapat mendengar Senja yang menghentakkan kakinya dengan kesal di belakangnya.

***

Utara membawa Senja ke tendanya.

Tenda ini cukup besar dan memiliki sebuah meja bulat yang diatasnya terdapat banyak makanan yang bisa dinikmati Senja.

"WAAA!" Senja berseru ketika dia melihat penampilan dirinya di depan cermin tembaga.

"Ada apa?" Utara mendengus ketika dia melihat reaksi Senja pada saat dia melihat bayangannya sendiri.

Senja kemudian menunjuk bayangan dirinya yang terdapat di cermin dan dirinya sendiri. "Itu aku?" tanyanya dengan terkejut.

Utara mengangguk dengan bosan sambil bertopang dagu. "Ya, baru sekarang kau melihat betapa tidak wajarnya penampilanmu?" dia berpikir kalau Senja terkejut ketika melihat rambutnya yang berwarna ungu dan mengenakan pakaian yang compang- camping.

Sebenarnya, Senja sedikit kesal dengan pakaian yang diberikan padanya, sebagai wanita modern, dia tidak pernah mengenakan pakaian seperti karung goni ini, tapi melihat situasinya sekarang, mau tidak mau Senja harus mentolerirnya.

Namun, hal yang membuat Senja terkejut adalah bukanlah hal tersebut tapi fakta bahwa dia terlihat lebih muda!

"Menurutmu, berapa usiaku?" Senja bertanya dengan mata yang masih menatap bayangannya di cermin.

"Kau bahkan tidak tahu berapa usiamu?" Utara memicingkan matanya dengan penasaran.

Tentu saja aku tahu! Kau pikir aku bodoh? Masalahnya adalah; aku terlihat seperti remaja belasan tahun ketika usiaku sebenarnya sudah dua puluh tiga tahun!

Senja menggerutu dalam hati.

Namun, tentu saja Senja tidak akan mengutarakan pikirannya. Maka dari itu dia menggelengkan kepala, mengindikasikan kalau dia tidak tahu berapa usianya kini.

Letnan Utara mendesah dengan tidak bersemangat. "Aku pikir kau berusia lima belas atau enam belas tahun?"

Senja menganggukkan kepalanya dengan bersemangat, dia juga berpikir demikian. Dia tersenyum begitu lebar karena terlihat jauh lebih muda.

Senja sadar kalau dirinya cantik dan terlihat lebih muda seperti remaja sungguh membuatnya jauh lebih senang. Wajahnya terlihat kecil dan manis, serta bersemu merah.

Namun, Senja terlihat lebih pendek… dia tidak suka ini. Walaupun begitu dia merasa senang dengan dirinya yang sekarang.

"Bisakah kau berhenti tersenyum? Apa yang membuatmu begitu senang?"

"Aku muda!" Senja berseru dengan antusias ketika dia berjalan ke meja dan mulai memakan makanannya.

Utara ternganga ketika dia mendengar hal itu. Dia tidak tahu seberapa parah amnesia yang di alami oleh Senja tapi, kalau dia bahkan tidak tahu berapa usianya sendiri, pastilah apa yang dia derita cukup parah, kan? Memangnya dia pikir berapa usianya? Lima puluh tahun?

Senja dapat merasakan kebingungan Utara tapi dia memilih untuk tidak mengindahhkannya dan menikmati makanannya saja.

"Kenapa kau tidak menemani dia?"

"Siapa 'dia' yang kau maksud?"

"Itu, Letnan satunya lagi."

"Dia Kapten Hua."

"Kenapa kau tidak pergi bersama Letnan Hua untuk berdiskusi dengan para prajuritmu?

Utara terlihat sangat kesal.

"Dia Kapten. Aku Letnan." Utara menekankan setiap kata- katanya. Dia merasa harga dirinya terluka. "Aku adalah atasan dia. Aku memiliki pasukanku sendiri. Aku tidak harus berurusan dengan para prajurit itu secara langsung."