Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tell Me Now

putuanjani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.5k
Views
Synopsis
21++ Selena menganggap dirinya benar-benar bodoh ketika menyetujui tawaran Nyonya Veneta untuk menjebak putanya yang bernama V. V yang mengetahui rencana keduanya pun justru membuat Selena yang terjebak dalam rencana pernikahan. Selain amarah Nyonya Veneta yang membuat Selena sangat tersiksa setelah menikah dengan V. Pesona V suaminya benar-benar kuat tetapi sayangnya lelaki itu selalu membuat Selena menderita selama pernikahan mereka. Satu-satunya cara agar Selena bisa terbebas adalah ia harus meluluhkan hati V. Harus!! Setidaknya ia bisa bercerai dengan laki-laki itu agar terbebas dari penderitaan yang disebabkan keluarga Harcourt.

Table of contents

Latest Update1
Prolog4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"Ahh.."

Selena memekik ketika pria itu membanting tubuhnya di atas ranjang. Dirinya hendak bangkit namun seketika pemandangan plapon di atasnya tergantikan oleh wajah pria itu. Ia menatap mata pria itu yang kini tengah memandangnya dengan tajam. Pria itu kini berada di atasnya. Mengukung tubuh Selena dengan kedua tangan di sisi tubuhnya dan pria itu bertumpu dengan lutut. Kedua tangannya Selena di angkat ke atas kepalanya dan ditahan sehingga ia tidak bisa memberontak atau melakukan apapun.

"Kau.."

Lirihnya disertai tatapan setajam pedang. Beberapa detik kemudian seringaian terbit di wajah tampannya dan matanya pun menelusuri tubuh Selena yang kini terbalut gaun seksi.

Tanpa ragu lelaki itu kini semakin membungkukkan badannya, memotong jarak panjang antara wajah mereka berdua dan menyisakan jarak beberapa senti saja. Selena menahan napas karena merasa takut namun ia tidak berniat untuk menatap matanya. Seiring dengan ketakutan yang ia rasakan dirinya pun merasa terkagum-kagum dengan wajah tampan bak dewa yang kini berada dekat di atasnya. Rahang tegas, hidung mancung, alis tebal, tatapan mata setajam elang dan jangan lupakan bibir seksi yang terlihat menggoda itu benar-benar membuat lelaki di atasnya sangat sempurna.

"Kau dikirim ibuku untuk memuaskanku, bukan?" tanyanya dengan menyeringai. Selena membulatkan matanya, merasa terkejut. Membuat seringaian lelaki di atasnya semakin lebar. Yang membuatnya lebih terkejut adalah hembusan napas beraroma mint yang menyapa kulit wajahnya. Hembusan itu hangat membuat dirinya meremang dan gairahnya meningkat. Ia merasa khawatir ketika wajah di atasnya semakin dekat. Ingin berteriak namun di otaknya tidak terpikirkan kata apapun sehingga ia memilih menggigit bibir untuk mengutarakan rasa paniknya.

Badannya seketika gemetar ketika bibir pria itu berlabuh di bibirnya dan melumat dengan lembut. Pria di atasnya terpejam, terlihat begitu menikmati. Kakinya kini ditindih sehingga ia tidak dapat memberontak. Posisinya yang serba tertahan seperti ini membuat dirinya tidak memiliki pilihan lain selain menikmati apa saja yang pria itu berikan.

Selena mulai kehabisan napas setelah cukup lama bibir mereka menempel. Pagutan itu kini berubah menjadi lebih cepat dan terkesan menuntut. Satu gigitan di bibir bawahnya membuat Selena memekik dalam ciuman itu. Bibirnya terbuka dan sialnya dimanfaatkan dengan baik oleh lelaki itu untuk memperdalam ciumannya.

Napas Selena terengah-engah ketika pria itu mengakhiri ciuman mereka. Pria itu tidak diam saja dan kini tengah menciumi pipi Selena, berpindah ke telinga kemudian mendarat di lehernya. Ia mengecup disana, cukup lama, tidak lupa menggigit untuk meninggalkan bekas kepemilikan disana.

Selena sedikit menggeliat ketika bibir pria itu turun menuju tulang selangkanya, mengecupnya disana. Bibir itu semakin turun hingga akhirnya terhenti ketika berada di dada Selena. Wajahnya lantas kembali naik dan berhadapan dengan wajah Selena.

"Puaskan aku." bisiknya dengan jarak bibir mereka yang begitu dekat.

Mata Selena membulat namun entah mengapa ia merasa tidak bisa mengatakan apapun. Sehingga diamnya justru membuat pria itu menatapnya semakin tajam.

"Puaskan aku seperti yang ibuku perintahkan kepadamu.."

Dan detik ketika bibir mereka kembali terpaut, saat itulah Selena benar-benar yakin bahwa penderitannya akan dimulai.