( Pervert Brother )
.
.
.
.
Seorang pria sedang memperhatikan seorang gadis remaja yang sedang membuatkan sarapan untuknya, tubuh gadis tersebut benar-benar menggoda mata pria tersebut untuk melihat dan memikirkan sesuatu yang liar - imajinasinya sampai ingin meluap keluar.
"Sial, adik perempuanku benar-benar mantap," gumamnya.
Sejak orang tuanya meninggal, pria ini mencari nafkah dan membayar biaya sekolah adik perempuannya.
Adik perempuannya memang pantas menjadi istri idaman dari sudut pandang kakaknya, lelaki berambut pirang itu bangkit dari kursinya dan menghampiri adik perempuannya yang sedang sibuk membuat sarapan.
Seorang pria yang sejenak memikirkan masa depan adik perempuannya, dia tidak dapat menerima bahwa adik perempuannya akan menikah dengan seorang pria suatu hari nanti.
"Bagaimana sekolahmu, apakah semuanya baik-baik saja tidak ada yang mengganggumu?"
"Ah, tidak ada. Kakak tidak perlu mengkhawatirkan sekolahku. Bagimana tentang pekerjaan Kakak? Apa semua baik baik saja?"
"Semuanya baik saja."
Pria itu tidak heran jika adiknya mengatakan bahwa dirinya cukup populer.
Adik perempuannya sangat pintar dan bisa melakukan apa saja di bidang yang biasanya wanita lakukan. Pria itu mengamati adiknya dari atas ke bawah untuk mencari hal yang paling menarik.
Adalah umum bagi seorang saudara untuk mencintai adik perempuannya, tetapi pria yang mencintai tidak dari sudut pandang seorang saudara yang normal. Dia melihat dan mencintai adik perempuannya sebagai lawan jenis yang harus dimiliki.
"Hari ini aku membuat bekal untukmu, jadi kamu harus menghabiskannya, nah, terkadang kamu harus menabung dan untuk itu aku buatkan bekal, Kakak tidak malu kan aku buatkan bekal untuk Kakak bawa ke tempat kerja?"
"Tentu saja tidak malu, untuk alasan apa aku malu."
"Mmm, baguslah walaupun jawaban Kakak ambigu begitu."
"Ambigu?"
"Menunya sederhana tapi enak, dijamin sosis dan telur gulung pasti enak, coba Kakak lihat ini!
"Mmm, jadi ingat SD."
"Itu memuji atau menghina," kata adiknya sekaligus cemberut.
"Tentu saja aku memuji masakanmu."
Mereka berdua hidup sendiri, kedua orangtuanya meninggal dunia dua tahun lalu. Seorang kakak laki-laki bernama Namikaze Naruto dan seorang adik perempuan bernama Namikaze Naruko.
Setelah menyiapkan makanan sendiri, mereka sarapan dengan sup tahu putih.
Kuah tahu putih dengan kuah kaldu dan rasa yang pedas, mereka berdua menikmatinya bersama. Namikaze Naruto sesekali melihat adiknya yang sangat menyukai menu yang satu ini.
"Aemm, tidak terlalu asin dan tidak terlalu pedas rasanya sudah pas."
"Ini lebih enak dari biasanya."
"Ah, mulai menghina secara tidak langsung lagi."
"Hah, apa maksudmu, aku tidak menghina masakanmu, Naru."
Setelah sarapan, Naruto dan Naruko pergi untuk menjalani hidup mereka, Naruto pergi bekerja di toko serba ada, Naruko pergi ke sekolah. Saat keduanya pulang sore hari, Naruto selalu tersenyum ketika baru saja membuka pintu rumah, adik perempuannya selalu menyambutnya dengan hangat saat ia pulang.
Kaos putih dengan garis-garis hitam dan celana pendek merah muda sebatas bagian tengah paha terlihat sangat menggoda bagi sang kakak, terlalu tipis untuk dilihat meskipun dia tidak bisa memperlihatkan pakaian dalamnya.
"Selamat datang, Kak."
"Ya, terima kasih atas sambutannya."
Naruto terlihat sangat lelah sehingga dia sibuk ketika barang di toko serba ada datang, Naruko terlihat khawatir saat dia melangkah maju mendekat.
"Kak?"
"Ya, apa?"
"Kamu sangat pucat."
"Pucat?"
Naruko menyuruh Naruto untuk tidur lebih awal setelah makan malam. Naruto menuruti, berganti pakaian dengan piyama warna biru, dia lekas pergi tidur tetapi matanya sulit untuk menutup, dia terus melihat wajah adik perempuannya saat dia melamun. Dia meraih Smartphone-nya dan membuka facebook, puluhan komentar tidak menyenangkan di kolom komentar adik perempuannya.
Semua yang ada di kolom komentar hanya anak laki-laki dari remaja sampai orang tua, Naruto ingin berkomentar tapi dia teringat kejadian saat Naruko memarahinya karena berkomentar kasar kepada orang lain. Naruto bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan kamar dia pergi ke kamar Naruko, dan membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Naruto melihat sesuatu yang tidak menyenangkan saat sang adik sedang melakukan video call tanpa memakai bajunya.
"Kak, aku bisa menjelaskan ini!"
"Apa yang kau lakukan hingga menjadi seperti itu! Siapa yang kau videocall!"
Naruko menjelaskan bahwa dia seperti itu karena kekasihnya memintanya, Naruto menjadi marah lalu memarahinya habis-habisan, adik perempuannya terlalu bodoh untuk menerimanya padahal mereka baru berkencan.
"Hiks… Kak, kalau aku tidak menurut dia pasti akan minta putus dariku, aku sudah bosan dengan alasan putus."
"..."
Sungguh menyedihkan mendengar ini, terutama karena adik perempuannya menangis setiap kali dia menceritakan kisah cintanya, alasan bodoh ketika tidak melakukan apa yang diinginkan pasangan, hubungan itu berakhir begitu saja. Naruto tidak pernah memikirkan hubungan antar kekasih karena sepanjang hidupnya dia hanya melihat adik perempuannya sebagai satu-satunya wanita di dunia ini.
Naruto meminta adik perempuannya untuk putus dengan pacarnya, Naruko pada awalnya ragu-ragu tapi dia harus menuruti saat Naruto marah.
Tatapan Naruto yang tadinya tertuju pada wajah adik perempuannya kini beralih ke bra putih yang dikenakan adiknya. Naruko tersipu saat mengikuti tatapan Naruto.
Naruko mengambil kaosnya di tempat tidur yang akan dia gunakan tapi Naruto meraih tangannya, Naruko terkejut karena mulutnya tiba-tiba terbungkam oleh mulut Naruto - mereka berciuman.
Dari berciuman Naruto bisa tahu kalau adik perempuannya telah melakukan itu, Naruko berusaha mengakhirinya tapi Naruto menuntut lebih, diam-diam Naruto terkejut mendapat balasan dari adik perempuannya. Naruko berbalik saat mereka selesai berciuman.
Naruko sudah tidak bisa melarikan diri jika sudah seperti ini dia mencintai kakaknya sendiri, dia berusaha melepaskan perasaannya karena akan sangat berdosa jika dia mencintai kakak kandungnya sendiri.
Mencoba melanjutkan perasaannya yang tidak dapat diubah sambil mencari seseorang yang dapat membuatnya melupakan perasaannya terhadap kakaknya. Cintanya terlalu buta sampai pada titik dimana tidak ada jalan yang benar dia hanya melangkah dengan hatinya, dimana dia merasa nyaman dan tenang maka dia akan menuju ke arah tersebut. Suasana menjadi hening seolah waktu telah berhenti, mereka berdua memiliki perasaan cinta yang sama namun dengan fakta hubungan darah mereka lebih kental dari minyak bercampur air. Naruko dituntun untuk berbalik dan menerima ciuman. Terdengar desahan liar setiap kali mereka bergantian membalas ciuman.
Keduanya semakin gila dan semakin panik saat berciuman hingga saliva kental terasa jelas di mulut mereka di samping lidah yang menari. Saat adegan ciuman itu berhenti, Naruko kaget saat merasa pengait bra di punggungnya sudah lepas. Dengan sigap Naruto melepas bra Naruko, dan langsung melumat puting yang ada di hadapannya. "Mhhh ..." Naruko mencoba menahan desahannya. Ini adalah pertama kalinya dia lebih dari adegan berciuman di antara sepasang kekasih. Tubuhnya menjadi lebih hangat dan seperti arus listrik yang mengalir melalui tubuhnya, sensasi yang terlalu gila untuk ditanggungnya.
Kakaknya terus melumat bahkan menghisap putingnya yang mengeras, tangannya meremas rambut pirang kakaknya. "Aaah!" Napasnya terengah-engah saat dia mencapai klimaks. Naruto berdiri tegak sambil memeluk tubuh adik perempuannya. Naruto menuntun adiknya tidur di tempat tidur, dengan mata sedih adik perempuannya menatapnya.
Tanpa pikir panjang Naruto melakukan lebih banyak meskipun adik perempuannya sekarang merasa sangat lelah setelah mencapai klimaks untuk pertama kalinya. Menahan nafas saat kakaknya berhenti berciuman dengan agresif. Naruto mulai melepas piyama biru yang dikenakannya, adik perempuannya hanya membuang muka karena menurutnya kakaknya begitu atletis.
"Kak, aku ingin ke kamar mandi," kata Naruko yang masing membuang muka.
"Kamu pasti sudah klimaks, ya?"
"Mmh?!"
Naruko tahu apa maksud kakaknya, tetapi dia tidak percaya bahwa kakaknya akan mengetahui tentang situasinya saat ini.
Alih-alih memberikan izin Naruto mencoba melepas celana adik perempuannya, Naruko melarang kakaknya tetapi usahanya sia-sia karena kakaknya terlalu gila untuk menurut.
Naruko tidak menyangka kalau kakaknya begitu memaksa dan sampai akhirnya, Naruto menelusuri bagian sensitif milik adik perempuannya.
Kepala mendongak dan menekan bantal, kedua tangan meremas sprei kasur dengan erat. Sebuah sensasi yang membuatnya semakin kehilangan kesadaran dan menyerah setiap kali sang kakak menyentuh tubuhnya.
Suara yang terdengar aneh, membuat pikiran gadis pirang itu semakin bingung, dia bisa menjadi gila jika kakaknya masih melakukannya.
Tubuhnya semakin menegang hingga mencapai klimaksnya, dia mencoba mengatur napas. Pupil mata milik Naruko melebar saat dia melihat dengan jelas bahwa kakaknya akan melakukan sesuatu yang lebih dari sebelumnya. "Ka, kak! Kita harus berhenti aku belum siap!" Naruko kaget karena kakaknya hanya tersenyum senang karena sesuatu. Naruko tidak mengerti mengapa kakaknya terlihat sangat bahagia? Kedua kaki dipegang untuk lebih merentangkan kaki.
"Tenang saja Naru, kamu akan bersamaku selamanya, kita akan selalu bersama dan memiliki keluarga yang bahagia," kata Naruto.
"... Kak," gumam Naruko.
Naruto memberikan alasan klasik bahwa pada awalnya akan tersa sakit tetapi dalam waktu tidak lama akan terasa lebih baik, Naruko mencoba untuk mengerti tetapi dia masih takut karena dia tidak yakin semuanya akan berjalan mudah seperti yang dikatakan kakaknya.
Apa yang benar-benar dipikirkan oleh Naruko tidak ada yang baik baginya selain rasa sakit yang harus dia terima dengan pukulan kuat yang menghancurkan dinding pertahanannya, erangannya yang begitu kuat sehingga ketika sesuatu yang keras menembus lebih dalam, dia hanya bisa meringis kesakitan, air mata mengalir membasahi pipi.
Logikanya, semua yang mereka lakukan adalah kesalahan dan dosa karena yang mereka lakukan itu tabu. Dilihat dari perspektif bidang cinta apa yang mereka lakukan adalah keputusan yang paling tepat. Kedua bersaudara itu masuk jauh ke dalam lubang gelap dan menari di tengah api cinta mereka sendiri di bawah keegoisan satu sama lain.
Anda tidak mungkin menyalahkan mereka berdua atas cinta mereka, cinta mereka terlalu rumit untuk dijelaskan kepada orang normal. Orang normal akan menganggap keputusan yang mereka buat menjijikkan dan penuh nafsu.
Anda bisa kembali ke kata cinta yang diisi dengan memiliki dan kasih sayang.
Mereka selalu bersama sejak kecil meski beda usia dua tahun tapi itu bukan aturan utama. Anda bisa berpikir sejenak jika ada seseorang yang selalu bersamamu saat Anda sedih atau bahagia saat sendirian dan tidak ada yang mengerti Anda.
.
.
.
.
Sebulan kemudian mereka memutuskan untuk menjual rumah mereka dan pergi ke kota lain yang tidak tahu tentang mereka berdua, Namikaze Naruto memalsukan identitasnya sebagai Uzumaki Naruto, mereka menikah setelah menemukan kehidupan baru. Naruko melanjutkan sekolahnya namun tidak lama ia harus berhenti sekolah karena dia hamil, sementara Naruto menemukan pekerjaan baru di tempatnya saat ini.
Kehidupan mereka sangat nyaman di rumah dan lingkungan barunya meski jauh dari kota besar. Perumahan yang tidak begitu luas adalah tempat tinggal dan membesarkan calon anaknya, kehidupannya seperti layaknya suami istri pada umumnya, banyak yang tidak percaya bahwa ada pasangan yang sangat mirip bahkan ada yang menyebut mereka sebagai takdir cinta. Mereka hanya menanggapi dengan gembira karena semua orang tidak tahu bahwa mereka sebenarnya adalah saudara kandung.
Naruto lahir pada tanggal 10 Oktober persis seperti Naruko, dan yang mengejutkan anaknya juga lahir pada tanggal dan bulan yang sama, anak mereka adalah seorang gadis yang mirip dengan ibunya, mereka menamai putri mereka Uzumaki Nanako.
Sejak kedatangan Nanako, kehidupan mereka menjadi lebih berwarna. Kebutaan mereka semakin jauh dan semakin gelap namun di tengah kegelapan mereka berdua masih memiliki cahaya yang membuat mereka selalu tersenyum bahagia. Nanako yang tidak tahu apa-apa, memanggil Ibu dan Ayah dengan senyum ceria dan lebar. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diimpikan Naruto dan Naruko, mereka berdua tahu betul apa yang menunggu mereka pada akhirnya, tapi mereka tetap berpikir bahwa inilah yang mereka inginkan dan tidak menyesali semuanya meskipun mereka menari di tengah api.
.
.
.
.
SELESAI
Author note - makasih udah baca cerita singkatku, ingat mereka sadar yang mereka perbuat salah diakhirinya namun apa daya mereka saling cinta hahaha.
Alur tak jelas yakan wkkwwkwk
Nama Uzumaki Nanako, aku karang sendiri ambil dari nama mereka berdua.