Chapter 8
.
.
.
.
"Aku pulang..."
"Naruko, kamu dari mana saja?!"
Ekspresi murung dari wajah Naruko begitu terlihat jelas. Naruto menaikan alis kiri nya karena heran dengan ekspresi itu. "Kau kenapa?" Mendekat dan memegang kedua pundak sambil melihat dengan tatapan mata yang tegas. "Apa ada seseorang yang membuatmu sedih?"
"Tidak ada," kata Naruko.
Dalam benak begitu banyak pertanyaan dan menebak apa yang sebenarnya terjadi namun tak ada jawab dari seorang yang ditanya. Naruto menarik nafas pelan dan tersenyum lalu ia berkata, "kalau ada masalah lebih baik ceritakan saja. Aku lumayan bisa jadi pendengar yang baik." mengangguk dua kali dan menjawab, "iya." Naruto hanya bisa diam sambil melihat Naruko pergi menuju dapur. Perasaannya terasa ada yang menganjal, seakan ada sesuatu yang menyedihkan. "Dia pasti punya masalah..."
Tak ada percakapan sampai waktu untuk tidur. Naruto melamun sambil berbaring di sofa, ia merasa cemas dengan masalah yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan. Melihat pintu kamar sambil memasang ekspresi sedih yang Naruto lakukan, ia ingin sekali membantu Naruko melewati masalah yang sedang ia alami. "Kenapa dia tidak cerita saja padaku? Kami kan akan menjadi suami-istri?"
Di kamar yang cukup gelap hanya ada sinar bulan menerangi kamar. Naruko melamun menatap langit-langit kamar. Tatapannya begitu terlihat sendu ketika mengingat semuanya. Haruno Sakura, Hyuga Hinata. Kedua gadis remaja yang menyukai yang ia sukai begitu menyakitkan hati setiap memikirkan nya. Entah perasaan cinta yang tumbuh begitu cepat dihantam oleh cemburu atau perasaan yang tak terima jika seorang yang dicintai ternyata dicintai orang lain. Naruko tak mengerti namun ia yakin semua ini karena ia terlalu menganggap Naruto begitu spesial.
"Apa aku harus bertanya apakah dia mencintai ku?" Menutup wajah sampai seluruh tubuh dengan selimut tanpa sadar air matanya membasahi pipi. Dia tidak mengerti seperti apa perasaan cinta yang sesungguhnya dan apakah yang ia rasakan hanyalah cinta yang begitu saja muncul. Dia sadar diri karena di kehidupan sebelumnya, ia tak pernah memiliki pacar apalagi sampai mencintai seseorang sampai terbawa dalam mimpi indah ketika sedang tertidur. "Aku tidak boleh egois...aku cuma orang baru, kami seperti ini karena salah paham bukan karena cinta...aku cinta dia, tapi..."
Tok...tok..tok... Suara ketukan pintu tiba-tiba mengejutkan Naruko yang tadinya sedang melamun di balik selimut.
"Kau-kamu, sudah tidur?" Naruko ingin tertawa namun ia tahan walaupun tadinya perasaan begitu sedih. Ucapan ambigu tak tentu arah begitu terdengar lucu. "Aku masuk ya..." Remaja laki-laki yang tak patut di contoh dengan polosnya membuka pintu dan masuk ke dalam kamar seorang gadis. Duduk di tepi tempat tidur sambil melihat Naruko yang menutup dirinya sendiri dengan selimut sampai bisa membuat Naruto tersenyum. "Cara tidurnya unik sekali? Apa tidak gerah sampai selimut menutupi wajahnya?"
Yang berada di balik selimut begitu gugup dan tak menyangka kalau Naruto akan masuk ke dalam kamar. Naruto menghela nafas- menarik nafas dan menghembus. Dia menatap lurus ke arah tembok kamar.
"Aku harap kau mau berbagi masalah yang sedang kau alami...ah, aku bicara sendiri hehe...ehem," kata Naruto, dan berhenti bicara. Menarik selimut perlahan agar wajah Naruko terlihat jelas karena Naruto sedikit was-was kalau nantinya, Naruko akan susah bernapas. "Ini lebih baik..."
'Pura-pura tidur....aku harus tenang,' kata batin Naruko.
Naruto menutup jendela kamar dan gorden. Entah sejak kapan terpasang di jendela kamarnya. Naruto kembali duduk di tepi ranjang, ia garuk kepala karena bingung dengan pikirannya sendiri. "Maaf, aku masuk kamar tanpa permisi...aku, aku ingin bilang kalau aku sangat berterima kasih karena,kau-kamu, ehem. Kamu sangat baik pada ku."
'Padahal dia sedang tidur, aku tetap tidak bisa bilang cinta pada nya,' kata batin Naruto meratapi kebodohan nya. Menyentuh pipi sebelah kiri dan melihat wajah dari jarak yang cukup dekat. Naruto tersenyum ketika ia sadar kalau Naruko begitu mirip dengannya. "Kita benar-benar mirip ya..." Naruko menahan diri setengah mati, berusaha berpura-pura sudah tertidur lelap walaupun detak jantung nya benar-benar tak stabil seakan terpompa begitu cepat. 'Gawat!' Naruto tiba-tiba murung karena ia sadar ketika menyentuh pipi Naruko, bekas basah karena air mata begitu terasa jelas. "Jangan terlalu memikirkan masalah mu sendiri, Naruko."
'Dia baik pada ku.'
Naruto memutuskan untuk keluar kamar dan mengatakan selamat istirahat dan selamat malam sebelum menutup pintu kamar. Naruko membuka mata yang tadinya terpejam, ia merona malu karena perlakuan yang tadi begitu berlebihan. "Gawat, aku semakin mencintaimu..."
Naruko terjaga sampai jam 5 pagi, ia tertidur pulas ketika jam 6 pagi. Naruto ketika bangun tidur begitu bersemangat namun ia tiba-tiba cemas ketika tak ada Naruko yang biasanya sudah membuat sarapan pagi.
Tok...tok..tok...
Suara ketukan pintu terdengar nyaring dan terburu-buru. Naruko mulai sadar dari tidur lelap nya, ia berteriak ketika melihat jam di sebelah tempat tidur di atas rak meja. "Aku kesiangan!!" Naruto yang berdiri di depan pintu, Naruto sampai terkejut namun ia tersenyum senang. Pintu terbuka tiba-tiba, dan mereka berdua saling memandang. Suasana yang tak bisa yang tak pernah mereka berdua alami seakan bisa menghentikan waktu begitu saja. "Maaf, aku kesiangan, aduh, bagaimana sarapan nya! Naruto, aku minta maaf!"
"Santai saja, aku bisa memaklumi. Kau pasti kelelahan kan?"
"Maaf yaa...aku benar-benar terlalu pulas tidur."
"Baguslah kalau kau tidur pulas."
Naruko merona malu. "Tapi, ini tidak baik nanti akan jadi kebiasaan kalau aku terus begini nantinya." Naruto garuk kepala dan berkata, "iya juga ya, hehe..." Suasana yang lebih baik dari sebelumnya kembali membuat suasana rumah Naruto lebih cerah. Naruko memutus untuk memasak walaupun ia bangun tak sepagi seperti biasanya. Naruto mencoba untuk membantu namun Naruko melarang dan menyuruh Naruto duduk menunggu di ruang makan. Naruko menyajikan tumis buncis seperti biasanya dan ikan goreng. Dia benar-benar ingin lebih pandai memasak menu lain kalau ada kesempatan untuk belajar dari seorang yang pandai memasak.
"Maaf ya, aku belum pernah buat menu lain..."
"Tak apa, ini enak sekali, masakanmu benar-benar enak, Naruko."
"Apa kamu tidak bosan?"
"Mmm...tidak, aku malah suka sekali kalau kau mau masak un-uhuk!, uhuk!"
"Aduh, ini air nya, ya ampun, kamu jangan bicara sambil makan, telan dulu!"
"Puwahhh... Huuft, maaf aku lupa hehe..."
"Ah, salah ku juga sih mengajak mu bicara waktu makan, hehe..."
'Paling tidak sementara waktu, aku bisa menikmati waktu ku bersama, Naruto.'
'Baguslah dia sudah kembali ceria,' kata batin Naruto.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Author Note - maaf kalau makin gaje ya! Efek alur ngarang ya gini, wkwkwkwkwkw....