Chereads / Namikaze Naruko / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2

.

.

.

.

'Mana mungkin tinggal berdua, Naruto kan punya orangtua. Dasar aku ini ada-ada aja!'

Pemandangan desa yang asing begitu terlihat berbeda dari desa tempat kampung halamannya. Naruko tidak pernah tahu kalau akan ada juga desa yang seperti ini. Perpaduan era adanya Shinobi dan era elektronik.

"Namamu Naruko kan?"

"Iya, itu namaku."

Suasana canggung dengan pertanyaan aneh dari seorang remaja laki-laki. Naruto menyapa penduduk desa yang ia kenal dengan senyum yang ramah. Ada yang merespon balik dan ada yang diam saja seperti menghindarinya. Naruko tidak mengerti kenapa penduduk yang terlihat ramah memandang begitu tidak suka kepada mereka berdua.

"Naruto, aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya apa?" Naruto menoleh.

"Nanti bagaimana kalau orangtuamu, tidak setuju kalau aku tinggal di rumahmu?"

"Tenang saja..."

Naruto mempercepat langkah kakinya dan meminta Naruko agar bergegas. Naruko hanya tersenyum berpikir kalau orangtua Naruto pasti sangat baik.

Apartemen yang terlihat unik ketika Naruto menunjukkan letaknya. Naruko tidak sabar akan bersikap ramah kepada orangtuanya Naruto. Bukannya ia seperti menantu yang dikenalkan ke calon mertua? Gadis pirang ini memanglah selalu berstatus jomblo dan iri setiap melihat ada yang pacaran, ia pun memutuskan untuk belajar rajin agar tidak terlalu bersedih dengan statusnya.

Ketika mereka berdua sampai di pintu apartemen. Naruto tiba-tiba menoleh kearah Naruko yang sampai terkejut karena ekspresi Naruto terlihat sedih.

"Sebenarnya aku tinggal sendiri di rumah. Maaf kalau aku baru jujur."

"Eh, iya tidak apa-apa harusnya aku yang minta maaf tadi aku tanya tentang orangtuamu. Maaf aku tidak tau," balas Naruko merasa tidak enak hati.

Naruto membuka pintu dan mempersilahkan Naruko masuk ke dalam. Naruko sekarang paham kenapa sejak tadi Naruto bersikap aneh.

Apartemen yang lumayan luas walaupun sedikit berantakan, yang paling tidak enak dipandang adalah cup ramen menumpuk di atas meja.

Naruto merapikan meja, memungut cup ramen. Naruko tiba-tiba ikut membantu tanpa diminta.

"Pasti susah ya hidup sendirian?" tanya Naruko.

"Begitulah agak susah."

Butuh waktu hampir 3 jam mereka membersihkan ruang tamu dan kamar, sekaligus kamar mandi. Sangat melelahkan sampai Naruko menghusap bulir keringat di dahinya.

"Akhirnya kita selesai!"

"Terimakasih sudah membantuku, maaf rumah ku selalu berantakan seperti ini," kata Naruto.

"Hehe, bukan cuma kamu saja kok Naruto. Kamar ayahku juga berantakan hehe.."

"Ayahmu?"

"Iya, ayahku. Ayahku itu kamarnya selalu berantakan! Dia malas sekali rapiin kamar! Jadi akulah yang harus aktif rapiin kamar ayahku." Naruko berkata panjang lebar hampir tak ada jeda. Naruto hanya tersenyum mendengarkannya.

"Jadi kau masih ada keluarga ya?" tanya Naruto.

"Eeh?"

'Aduh aku lupa!' batin Naruko berteriak karena kebodohannya.

Naruko langsung membungkukkan badan, ia tiba-tiba memohon agar hal ini menjadi rahasia.

"Naruto tolong jangan beritahu pemimpin desa dan lainnya ya! Aku bukannya sengaja berbohong!"

"Iya aku tidak akan bilang asal kau mau cerita apa alasanmu sampai seperti ini." Naruto menatap tegas ia curiga dengan Naruko.

Mereka berdua berada di ruang tamu sambil saling mengobrol. Naruko menceritakan semuanya, tentang kematian dan saat ia dihidupkan kembali di dunia Shinobi.

Naruto dengan mudahnya percaya, ia percaya semua yang Naruko ceritakan. Mereka berdua makan siang dengan cup ramen. Naruto tidak menyangka ternyata Naruko juga menyukai ramen seperti dirinya.

Tanpa terasa sudah sore dan menjelang malam. Naruto baru ingat ia harus beli kebutuhan mandi baru. Pasta gigi dan sikat gigi, sabun mandi dan handuk. Naruto menyuruh bunshin'nya untuk membeli kebutuhan itu. Naruko terkejut karena Naruto jadi 2 benar-benar diluar dari pengetahuannya tentang tehnik Shinobi.

"Naruto! Kamu bisa jadi 2 itu hebat sekali!"

"Heh, apa hebatnya itu biasa saja," kata Naruto ketika sedang berpikir suatu hal.

"Itu tidak biasa saja di duniaku yang sebelumnya tidak akan mungkin seperti ini, membuat orang yang mirip dengan kita secara instan!" Naruko sangat bersemangat membahas tentang bunshin. Ketika Naruto mengajari Naruko alhasil gagal total.

"Aku gagal lagi malah tidak ada tanda-tanda akan berhasil..."

"Hehe... Jangan sedih kau harus banyak latihan seperti ku dulu juga selalu gagal," kata Naruto penuh nasehat.

Sebenarnya bukan karena Naruko tidak berbakat tapi dia tidak mungkin bisa karena tidak ada chakra dalam tubuhnya. Yang ada hanya aliran mana sebagai kekuatan sihir.

Kembalinya bunshin Naruto mengakhiri usaha Naruko belajar ninjutsu yang selalu gagal total. Naruko sadar ia bukan berasal dari dunia ini dan tidak mungkin juga akan bisa seperti Naruto.

Status di layar transparan yang bisa ia lihat sendiri menunjukan angka yang luar biasa tapi tetap saja ia merasa tidak berguna.

Naruko tidur di kamar Naruto sementara pemilik kamar tidur di sofa. Naruko merasa tidak enak hati, dengan pembagian tepat tidur.

Naruko tidak bisa tidur ia gelisah karena baru ingat ia tidak punya pakaian lain dan pakai dalam juga termasuk, apa jadinya nanti kalau tidak ada pakaian ganti? Sangat mengerikan untuk dibayangkan.

Naruko tidak tahu harus apa mulai dari sekarang mungkin ia harus bekerja untuk melanjutkan hidup walaupun kekuatan dari dewa bisa ia gunakan untuk macam hal seperti bertarung ikut jadi Shinobi tapi mana mungkin ia bisa berkelahi dengan seseorang. Kecoak saja masih bisa membuat Naruko berteriak apa lagi harus berkelahi malah dia nanti yang jadi samsak hidup.

Pagi harinya Naruko membangun kan Naruto yang pulas tidur di sofa. Naruto menguap lebar dan mengucek mata mencoba menghilangkan kantuk yang masih tersisa.

"Pagi Naruko, ada apa?"

"Aku pinjam uang mu, nanti aku ganti."

"Uang? Apa ada yang mau kau beli?"

"I-iya aku se-sebenarnya tidak punya baju ganti."

"Oh, ya sudah aku be-."

"Biar aku saja yang beli! Kamu antar saja aku ke toko!"

"I-iya, aku antar saja." Naruto terkejut dengan nada suara Naruko yang tiba-tiba tinggi.

Naruto menuju kamar mandi sambil memikirkan tentang baju ganti Naruko. Naruto merona malu dengan pikirannya sendiri. Naruko mengutuk dirinya sendiri karena bicara blak-blakan seperti tadi tapi kalau dia tidak bilang tidak akan ada baju ganti dan mana mungkin ia tidak ganti pakaian dalam.

Naruto yang berada di kamar mandi, ia mencoba sadar dari pikiran bodohnya. Dia tidak ingin terjadi hal buruk nantinya karena pikirannya mulai kemana-mana.

.

.

.

.

Next Chapter 3

Note : maaf kalau gak sesuai sama yang kalian bayangin hehe... Soalnya Thor pengen yang beda ya susah juga biar beda hehe...

Makasih udah sempetin waktu buat baca cerita ku hehe....