"Cepatlah, aku sudah lapar."
Ghani tersenyum menyembunyikan rasa muak dalam dirinya.
"Tanganmu tidak patah kenapa aku harus menyuapi mu?" Ucap Ghani setelah ia berhasil membuat Lucy mengira ia akan benar-benar menyuapinya.
"Karena aku pasien mu."
"Tugas seorang dokter mengobati bukan melayani mu seperti seorang asisten."
"Tapi kamu tadi tidak menolak."
"Kamu memanfaatkan keberadaan orang lain, tapi sekarang kita hanya berdua."
Lucy memutar kedua bola matanya, ternyata Ghani tidak semudah yang ia kira.
"Ya sudah kalau begitu aku tidak akan mau makan, aku akan menjadi semakin sakit dan kesembuhan ku akan semakin lama jadi aku bisa terus berada di sini lebih lama, itu artinya kita akan terus saling bertemu."
"Kamu jatuh cinta padaku?" Tanya Ghani mendekati Lucy. Lucy tidak gentar, ia justru tersenyum menyebalkannya.
Bila wanita lain tersenyum akan terlihat menawan tapi tidak dengan Lucy, senyumannya menutupi kelicikannya.