Sabrina duduk sambil mengangkat tanga lemah Adel dan diletakkannya di pipinya. Mencium punggung tangan Adel berkali – kali.
"Putri, bangunlah! Lihat Pangeran yang tidak baik – baik saja. Hatinya terlihat rapuh saat kamu tidak ada di sampingnya. Kamu tidak merindukan kami? Ayo! Bangunlah!"
Bisikan - bisikan yang selalu Sabrina ucapkan saat dia duduk di samping Adel tetaplah kata – kata yang sama. Sabrina merindukan tatapan mata Adel yang selalu mengayomi.
Adel bukanlah wanita yang terlalu gila dihormati, pada semua pelayannya di istana dia juga memperlakukan semuanya sama. Karena sifat Adel yang seperti itu, Adel sangat dihormati oleh pelayan yang ada di istana.
Sabrina berbali melihat Yusuf dan suaminya yang tengah menikmati makanan buatannya. Matanya tidak bisa untuk tidak mengeluarkan air mata, kebencian Sabrina kepada sahabat dari Adel sangatlah besar.