Hujan mengguyur semakin deras ditambah dengan hari yang mulai terang, tanah berlumpur yang mereka injak kini telah banjir sebatas mata kaki, airnya keruh bercampur dengan lumpur dan darah.
Tetesan-tetesan air membasahi kepala dan tubuh mereka, Morgan seperti biasa memiliki banyak kesombongan pada dirinya, ia mengedipkan matanya yang mulai memerah dan mendengkus merasakan kakinya yang berdenyut nyeri terkena tendangan Luke.
Baru satu malam berlalu, dan sekarang yang tersisa hanya mereka berdua. Keadaan Luke tidak jauh berbeda dengan Morgan, laki-laki itu mendapatkan memar di lengannya yang berwarna biru, tangannya itu gemetar.
"Ayo kita buat ini lebih cepat. Mau menyerah?" ejek Morgan dengan seringai di wajahnya.
"Dalam mimpimu," sahut Luke sambil meludah, ia menatap nyalang ke arah Morgan dan dengan gerakan cepat mengayunkan kakinya. "Aku akan mengambil dan menandai Giselle setelah ini, membuatnya mabuk karena feromon milikku!"
Luke memasang senyum mengejek merasa puas dengan perkataannya yang memancing amarah Morgan.
"Kau anjing sialan." Morgan bergumam, ia kemudian melompat dengan sekuat tenaga menahan rasa menyakitkan di kakinya, Luke sengaja membuatnya kepayahan dengan kakinya, ia mendengkus dan balas menangkap kaki Luke, dan membantingnya ke tanah.
"Jangan pernah bermimpi melakukan itu pada Giselle!"
BUGH!
"Giselle adalah milikku!"
Luke terhempas ke tanah berlumpur, ia tersedak dan terbatuk-batuk, matanya menyipit ketika melihat bayangan Morgan melingkupinya, ada sedikit perasaan gentar di hatinya, apakah ini akan menjadi kekalahannya? Mereka bahkan belum memasuki malam kedua dengan wujud serigala mereka, apa Morgan benar-benar ingin mengakhirinya dalam satu hari saja?
"Kau gila! Ini baru hari pertama!"
Memikirkan itu, hati Luke dipenuhi dengan perasaan dengki, ia memberontak keras dan berteriak, berusaha menyingkirkan pukulan Morgan yang bertubi-tubi di wajahnya.
Morgan sepertinya tidak mendengarkannya, matanya tiba-tiba berwarna putih, ada asap yang perlahan-lahan keluar dari tubuhnya seolah-olah suhu tubuhnya naik, Luke bahkan dapat mendengar bunyi gemerutuk tangannya itu.
BUGH!
Luke terhempas ke tanah berlumpur untuk ke sekian kalinya, tapi kali ini lebih menyakitkan dari yang sebelumnya, ia merasakan rahangnya kebas akibat pukulan Morgan, belum sempat ia berbuat banyak ia merasakan tangan Morgan menekan lehernya ke tanah berlumpur.
"Apa, apa yang terjadi?! Tetua! Orang ini akan membunuhku!"
Lima orang tetua pack Blue Moon melihat semua itu di pinggir lapangan, wajah mereka dipenuhi dengan kerutan, sang pemimpin pack bahkan harus menghela napas berkali-kali.
"Alpha, apa yang harus kita lakukan? Jika kita membiarkannya, Morgan benar-benar akan membantai semua kandidat."
"Sudah kubilang keturunan Lloyd benar-benar tidak bisa dikendalikan," ucap salah seorang dari mereka.
"Tapi dia memiliki potensi besar melindungi pack kita," sahut yang lainnya dengan nada tidak terima.
"Orang gila akan selalu jadi gila bahkan walau sudah dirawat dengan sungguh-sungguh."
"Jaga ucapanmu," potong sang pemimpin pack Blue Moon. "Keluarga Lloyd adalah orang yang berjasa dalam membangun pack kita."
Jeritan menyakitkan Luke terdengar melengking dari kejauhan, Alpha pack Blue Moon itu menghela napas lagi, mencoba mengabaikan jeritan putus asa dari sosok Luke di tengah lapangan. "Hentikan Lloyd segera."
Empat tetua itu bergegas berlari ke tengah lapangan yang berlumpur itu dan berusaha menyingkirkan Morgan dari tubuh Luke. Morgan menyentak tangannya, dalam sekali sentak dua orang tetua itu terlempar ke tanah.
"Minggir!" Morgan bersuara dengan penuh penekanan. "Jangan mengangguku."
Morgan menggemerutukkan giginya, Luke merasakan tubuh yang menindihnya ini panas, seperti bara api, ia memberontak keras dan merasakan lehernya dicengkeram erat oleh Morgan. Dengan matanya yang sepenuhnya putih itu, Morgan berbisik. "Berani membayangkan hal tidak-tidak pada Giselleku?"
Luke menelan ludahnya, meski dua tetua berusaha menarik Morgan namun laki-laki itu tidak bergeming sama sekali, asap yang keluar di tubuhnya semakin mengepul dan pekat diiringi bunyi mendesis karena tetesan hujan, ia tadi hanya mengucapkan kata-kata itu sebagai bentuk provokasi agar Morgan terpancing dan hilang kendali hingga ia mudah mengalahkannya, ia sama sekali tidak menyangka jika Morgan benar-benar hilang kendali dan akan membunuhnya segera.
"Lloyd! Tenangkan dirimu!" Tetua yang tadi terlempar ke tahan bangkit berdiri dan memegangi Morgan, mereka terkesiap ketika menyentuh tubuh Morgan yang terasa panas seperti air mendidih.
"Lloyd!"
Sebuah tarikan kuat membuat Morgan terlempar ke tanah berlumpur dengan suara yang berdebam, laki-laki itu berguling dalam sekejap tubuhnya berubah menjadi sosok serigala abu-abu besar yang dikelilingi asap putih yang panas.
"Benar-benar keturunan yang merepotkan." Salah satu tetua mendecih, belum sempat ia berkata apa-apa, Morgan sudah melesat dan mencakarnya hingga tubuhnya jatuh ke tanah dan mengeluarkan sejumlah darah.
Tiga tetua lain gentar, mereka menahan napas dan saling pandang, Luke berada di belakang mereka dan sama sekali tidak memiliki daya untuk bangkit, ia menyipitkan matanya ketika melihat serigala besar itu mengibaskan ekornya.
Di depan mereka saat ini, adalah serigala yang ukurannya tiga kali lipat lebih besar dari serigala biasa, ia melolong dengan suara yang keras, membuat siapapun yang berada di sekitarnya merasakan lututnya gemetaran.
Keturunan Lloyd adalah salah satu keturunan yang istimewa dan berdarah murni, konon dahulu Lloyd adalah salah satu keluarga manusia serigala yang paling ditakuti seluruh pack, mereka tidak hanya dianggap berbahaya, tapi juga gila.
Ketika mereka berada dalam mode manusia serigala raksasanya, mereka tidak akan pandang bulu menghancurkan apapun yang ada di depannya.
BUKH!
Para tetua mulai kewalahan menahan serangan Morgan, ia meraung dan mulai menghancurkan apa yang ada di depannya, lumpur menciprat kemana-mana, tanah yang basah dan becek itu menjadi berlubang dan dipenuhi genangan air berwarna coklat gelap.
Sang pemimpin pack menghela napas lagi, ia melompat dan langsung berubah menjadi seekor serigala hitam dengan mata yang berwarna merah terang, serigala hitam itu dengan gesit melompat dan menggigit leher serigala yang lebih besar darinya.
Raungan menyedihkan kembali terdengar, kali ini tidak hanya dapat membuat semua orang yang ada di dekatnya gemetar, tapi mereka langsung merasa tidak berdaya dan jatuh ke tanah. Morgan memberontak, ia melempar serigala hitam yang ada di lehernya dan berputar-putar dengan dengusan kasar.
Serigala hitam itu langsung berubah menjadi manusia, ia mengisyaratkan agar segera mengevakuasi para kandidat yang tidak berdaya di tanah, terutama Luke yang kemungkinan akan menjadi sasaran kemarahan Morgan lagi.
"Dia akan baik-baik saja?" tanya seorang tetua dengan perawakan yang lebih kecil pada Alpha, ada nada kekhawatiran di sana.
"Yakinlah, dia akan baik-baik saja untuk sementara," sahut Alpha itu, ia melihat Morgan yang berguling-guling di tanah berlumpur, sehingga semua bulu abu-abunya itu berwarna coklat. "Aku hanya menekan sedikit kekuatannya dan ia akan seperti itu selama beberapa saat."
"Dia seperti serigala idiot."
"Memang."