Chereads / WITCH'S LOVE / Chapter 11 - Pemukiman Serigala 2

Chapter 11 - Pemukiman Serigala 2

Iris menatap senyum yang terpatri di wajah Morgan, itu senyum yang tidak asing, dia bisa merasakan maksud tersembunyi dari permintaan Morgan.

"Tunggu apa lagi?" Morgan menarik lengan Iris, membuat penyihir itu mau tak mau terdorong ke arahnya.

Wajah penyihir itu memanas saat merasakan Morgan memeluk pinggangnya, mereka melompat jatuh ke bawah, di balik rimbunnya pepohonan.

"Gunakan kekuatanmu," ucap Morgan tanpa basa-basi, melirik Iris di sampingnya, ia punya alasan khusus mengapa menyuruh Iris melakukannya, penyihir ini mempunyai sihir yang hebat.

Manusia serigala memiliki penciuman yang tajam, tetapi ketika Iris berubah menjadi Alena, Morgan tidak mencium bau Iris, melainkan bau Alena. Sihir Iris sangat berguna menghadapi manusia serigala.

Iris merapal mantra, perlahan-lahan cahaya ungu kehitaman menyelimuti mereka berdua, mengubah Iris menjadi Alena dan Morgan menjadi Alpha.

"Aku tidak tahu rupa Alpha yang sekarang," kata Iris, ia hanya melihat foto hitam putih yang terpajang di dinding rumah Alena. "Sihir ini hanya bekerja satu jam."

"Oke, itu cukup."

Morgan mengangguk, membawa Iris mendekat ke pemukiman, ia berjalan dengan santai, berusaha agar tidak terlihat mencurigakan.

Morgan sebenarnya tidak yakin penyamaran ini berhasil seratus persen, tetapi ia adalah orang yang suka tantangan, semakin berbahaya semakin darahnya menggelora akan gairah.

Beberapa manusia serigala yang mereka temui menundukkan kepalanya dengan hormat, Iris berusaha mengatur ekspresinya agar terlihat seperti Alena.

"Aku pikir ini tidak akan berhasil," ucap Iris ketika rumah tetua serigala telah terlihat, tinggal beberapa rumah lagi, Iris ingin mempercepat langkahnya, penyihir itu merasakan ada tatapan menusuk di belakangnya.

"Siapa bilang akan berhasil?" Morgan menyeringai, Iris merasa kesal dalam sekejap.

Morgan sengaja!

"Siapa kalian?" seorang laki-laki berambut hitam pendek berdiri di hadapan Morgan, bersedekap dan menatap garang.

Morgan terkekeh, tidak berniat menjawab sama sekali, sudah menduga jika penyamaran mereka terbongkar secepat ini.

"Kau terlalu muda lima puluh tahun untuk jadi Alpha kami," sambung laki-laki berambut hitam, beberapa laki-laki bertubuh kekar mendekat mengelilingi mereka.

"Katakan siapa kalian!" kerah baju Morgan dicengkeram erat, bunyi gemeletuk gigi terdengar.

"Kau pikir aku siapa?" Morgan bertanya balik, menyeringai.

Iris di sampingnya berkeringat dingin, diam-diam ia merutuki kebodohannya, orang di sampingnya ini tidak waras, seharusnya ia sadar saat di gudang tadi, Morgan adalah seorang idiot.

"Lloyd!" Alena muncul dari belakang, Iris merasakan jantungnya hampir keluar dari mulutnya.

"Seperti biasa kau selalu sombong Lloyd," ucap Alena lagi, melirik Iris.

Iris merasa penyamarannya sia-sia menarik sihirnya, tubuh mereka kembali seperti semula.

"Tidak kusangka kalian bekerja sama, benar-benar ...."

"Aku hanya ingin bertemu Thomas!" Iris menyahut dengan penuh penekanan, Alena menyeringai.

"Jadi kau sudah tahu? Sayang sekali tidak bisa, Andreas akan tiba saat fajar, manusia itu akan jadi miliknya."

Iris menggeram, ia marah. Thomas miliknya, pasangannya. Tidak ada yang boleh mengambil Thomas darinya.

Morgan melirik Iris, ia menyeringai.

"Well. Kita pakai cara lain," bisik Morgan, laki-laki itu melompat ke arah Alena, dalam sekejap berubah menjadi serigala abu-abu besar, Alena mundur, bagaimana pun ia adalah Luna, tidak akan menang melawan Aplha pack lain. Beberapa serigala dengan sigap melindungi Alena.

Iris melempar botol sihir dari jubahnya, rumput-rumput kecil berubah membesar seukuran manusia, seperti diberi jiwa, rumput itu bergerak melilit kawanan serigala dengan daun-daunnya.

Iris adalah penyihir tingkat tinggi, kemampuannya untuk menghidupkan sesuatu sebagai senjata adalah kemampuannya yang lain selain membuat ramuan.

Penyihir itu melompat menghindari serigala di depannya, tak dapat dipungkiri ia merindukan suasana ini, suasana pertarungan yang membuat darahnya bergejolak.

"Benar-benar pasangan merepotkan."

Alena tetap pada tubuh manusianya, ia bersedekap, membiarkan kawanannya melawan Morgan dan Iris.

Mata coklat Morgan menyalang, ia mengeluarkan aroma feromon yang sangat kuat, membuat kawanan serigala merasakan udara sekitar terasa tercekik.

Alena buru-buru menjauh, tidak bagus untuknya berada dalam tekanan feromon Aplha lain.

Iris mendengus, gaun birunya tercabik oleh cakaran serigala di depannya, melihat itu Morgan langsung menerjang serigala itu dengan cepat.

Kekacauan yang ditimbulkan oleh Morgan tidak main-main. Manusia serigala itu benar-benar idiot berkekuatan besar. Rumah kayu yang berada di sekitar mereka hancur, pohon-pohon tumbang, darah menggenang di tanah.

Iris merasa tubuhnya dikelilingi napas Morgan, mereka saling tatap.

Benarkah di depannya ini serigala yang membantai packnya sendiri? Iris hanya melihatnya sebagai serigala yang tidak punya otak.

Iris tidak tahu siapa yang harus dipercaya, entah itu Morgan atau Alena yang telah membohonginya, yang lebih penting ia harus menyelamatkan Thomas.

Thomas mungkin bisa menggunakan rune sihir, tetapi ia tidak dapat mengendalikannya, jika sampai Thomas berada jauh dari jangkauannya, ia tidak akan tahu sihir apa yang digunakan pangeran itu.

Iris haus kekuatan, ketika melihat rune itu, dia tidak hanya penasaran tetapi juga terobsesi. Namun melihat Thomas yang selalu terbaring tak berdaya setelah menggunakan rune itu, Iris masih harus berpikir ulang.

Thomas seharusnya manusia, tetapi melihat ia gigih bertahan hidup walau kena kutukan mengerikan dari penyihir putih, Iris mulai ragu.

Ia menghitung banyak kemungkinan tentang siapa Thomas sebenarnya, tentunya selain sebagai seorang pangeran. Ia tidak boleh membiarkan Thomas jauh darinya, manusia itu mungkin saja aset yang sangat berharga.

Sementara mereka bertarung melawan kawanan serigala yang semakin banyak, Litzy telah ia sihir menjadi tikus untuk menyusup ke dalam rumah tetua, mencari Thomas.

***

Di dalam sebuah kamar Thomas terbangun, ia merintih, merasakan sakit luar biasa di lengannya saat ia bangkit dari atas kasurnya.

"Kau sudah bangun?" suara lembut seseorang mengagetkannya, Thomas menoleh ia tidak mendapati siapa-siapa, sekelilingnya gelap.

"Iris?" ia bergumam, mencoba waspada terhadap sekitar, ia terbiasa bangun dan melihat Iris, tapi sekarang ia hanya melihat kegelapan.

"Kau tidak melihatku?" suara lembut itu bertanya lagi, bunyi langkah kaki mendekat terdengar, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Siapa?"

Tak ada sahutan, hanya bunyi sendok berdenting dengan gelas, lalu bunyi ranjang yang berderit. Pemilik suara itu duduk di dekatnya.

"Itu wajar bagi orang yang terkena kutukan penyihir putih."

"Apa?" Thomas menggenggam kain seprainya, jantungnya berdebar.

"Matamu telah kehilangan fungsinya," lanjut pemilik suara lembut itu, sesuatu yang dingin menyentuh bibir Thomas, gelas kaca.

"Minumlah, ini akan membuatmu terasa lebih baik."

Thomas menjauhkan gelas dari mulutnya, "Iris, dimana Iris?"

"Dia sedang makan malam, tenang saja. Besok kau bisa menemuinya."

Gelas kaca kembali disodorkan ke arahnya, Thomas merasakan tengkuknya di tekan, ia mengerutkan keningnya.

Satu teguk dari air itu, Thomas langsung memuntahkannya, ada obat tidur dengan dosis tinggi di dalamnya.

"Apa yang kau lakukan?" Thomas mendengar bunyi pecahan gelas, ia tidak tahu apa ia sengaja atau pemilik suara itu yang menjatuhkannya, ia bergeser hingga punggungnya menabrak dinding, tangannya meraba-raba celananya, ia menghela napas lega saat menemukan tabung berisi jarum perak masih ada di sana.

"Aku bilang minum," ucap suara itu lagi, dengan mudah tubuh Thomas ditarik hingga jatuh ke lantai dengan suara berdebam, rambutnya dijambak ke atas, Thomas terbatuk-batuk saat air dimasukkan ke dalam mulutnya dengan paksa.

Apa yang terjadi? Di mana Iris?

Ia memberontak, tangannya berusaha menggapai-gapai, pemilik suara lembut itu menindih tubuh kecilnya, tidak berperasaan sama sekali, terus menerus memasukkan air tiada henti, Thomas menduga, itu bukan dari gelas lagi tapi dari tekonya langsung.

"Ber ... huk ... uh ... ti ..." Thomas meronta, merasakan tubuhnya di lempar ke dinding, ia meringis, rasanya ia sudah sangat akrab dengan tubuh yang dilempar ke sana-sini.

"Uhuk ... Uhuk ... siapa kau!" Thomas kembali terbatuk, tangannya memegang erat tabung kecil itu, ia tidak tahu siapa di hadapannya, tetap kemungkinan besar, orang ini adalah manusia serigala.

"Menurutmu aku siapa?"