Usia kandungan Tania memasuki bulan ke sembilan, perut nya makin membesar. Ardi makin protective pada istri dan calon bayinya itu.
"Sayang...", panggil nya suatu pagi.
"Ya, Mas. Ada apa?",jawab Tania.
"Aku bersiap-siap lah, kita akan pergi kesuatu tempat"
"Kemana, Mas?
"Ra...ha...si...aaaaa....",jawab Ardi
Setengah jam kemudian mereka sudah menembus keramaian kota, menuju suatu komplek perumahan mewah di pusat kota. Lalu berhenti disebuah rumah yang masih sangat baru.
"Ini dimana, Mas",tanya Tania
"Ayo, turun sayang....",Ardi tak menjawab pertanyaan Nia.
Dia membukakan pintu lalu mengandeng Nia masuk kedalam rumah. Rumah yang lumayan besar dan mewah. Didalamnya sudah dilengkapi dengan perabot dan furniture yang juga masih baru. Rumah berlantai dua dengan empat buah kamar dan halaman yang cukup luas.
"Rumah ini aku beli dengan tabunganku dan semua ini untuk mu dan anak kita, sayang....",ucap Ardi.
Tania merasa sangat bangga dan bahagia atas semua perlakuan yang dia dapat dari suaminya. Matanya berkaca-kaca menahan harunya.
"Ya, Tuhan ... Mas Ardi baik sekali. Terima kasih sudan memikirkan aku dan anak kita, Mas"
"Itu sudah sewajarnya sayang, sudah
jadi tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Sebagai suamimu dan ayah dari anak-anak kita",ucap Ardi sambil mencium pucuk kepala Nia dan perut besarnya.
Ardi menyewa sebuah agen angkutan untuk mengosongkan dan membawa barang-barang dari apartemen sederhana nya ke rumah barunya. Dia juga mencarikan seorang asisten rumah tangga untuk membantu Nia, supir pribadi dan juga Security dirumah barunya. Dua minggu kemudian resmilah mereka menempati rumah baru mereka itu. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dirumah bersama istrinya jika libur kantor.
"Siang, Nia ...", sapa Arlan yang berkunjung suatu hari.
"Siang, Kak Arlan..."
"Mana suamimu?"
"Mas Ardi ada diatas, duduk lah nanti aku panggilkan"
"Terima kasih. .."
Nia menuju lantai dua dan bermaksud memanggil suaminya yang sedang berada diruang kerjanya.
"Mas. .."
"Ya, sayang ...",jawab Ardi lembut.
"Ada Kak Arlan dibawah mencarimu"
"Arlan?"
"Hmmm..."
"Baiklah, aku turun ... "
Segera setelah merapikan pekerjaannya, Ardi turun kebawah menemui sahabat nya itu.
"Rumah mu lumayan juga Ardi",ucap Arlan saat melihat Ardi turun.
"Ya, yang penting Nia nyaman disini"
"Cukuplah buat kalian bertiga nanti"
"Bertiga?",tanya Ardi
"Ya, bertiga. Kamu, Nia dan anak kalian", jelas Arlan.
"Berempat!!",jawab Ardi
"Haaahhh.... Berempat?!"
"Ya, berempat"
"Jangan-jangan kamu bikin dua ya ...??!",selidik Ardi.
"Yes... Paket kilat. Langsung dua", cengir Ardi.
Hahahhahahaha....
Pecah tawa Arlan mendengar cerita sahabatnya itu.
"Ternyata kamu kejar setoran. Langung paket kilat khusus"
Menurut hasil USG, dokter mengatakan bahwa bayi yang didalam kandungan Tania kembar. Ardi makin bahagia dibuatnya. Dia tidak hanya akan mendapat seorang anak, tapi dua anak sekaligus.
******
Ardi menyiapkan kamar khusus buat anak-anak nya nanti. Rencananya dia mau langsung mendesign kamar itu dengan pernak-pernik khusus laki-laki, namun Nia prores. Mereka belum tahu bahwa anak yang akan lahir itu laki-laki atau perempuan, namun prediksi dokter keduanya adalah laki-laki.
"Memangnya kenapa, sayang?",tanya Ardi.
"Kitakan belum tahu pasti anak ini laki-laki atau perempuan. Lebih baik nanti saja. Tunggu anakmu lahir, Mas"
"Anak ku laki-laki sayang. Ganteng dan gagah seperti papanya"
"Seyakin itu, Mas Ardi!!"
"Tentu...!!!"
"Kalau laki-laki semua aku tak ada temannya dong, Mas",protes Nia.
"Kita buat lagi sayang. Bikin dua lagi yang perempuan. Jadi kamu punya mainan dirumah"
"Buat lagi? Enak saja kamu samakan anakku dengan mainan", protes Nia
Hahahahahha ....
"Jadi, kalau anak kita keduanya nanti benar laki-laki itu bagus sayang"
"Bagus, kenapa Mas?"
"Ya, bagus dong... Berarti aku akan lebih tenang. Karena ada dua orang laki-laki yang akan menjaga mu, sayang. Mereka pasti akan menjaga mamanya dengan baik"
Nia hanya tersenyum kecil mendengarnya. Dia menyandang tubuhnya pada pundak kokoh laki-laki halalnya itu.
******
Hari ini Ardi menyempatkan diri untuk menjemput Nia kerumah dan menemaninya kedokter untuk melakukan pemeriksaan. Dia kabur sebentar saat makan siang. Antrian cukup sepi hari itu, hanya beberapa orang saja.
"Mas Ardi tidak apa-apa menemani ku seperti ini. Nanti urusan kantormu terganggu, Mas"
"Tidak apa-apa sayang. Kan bos nya aku", cengir Ardi menjawab santai pertanyaan istrinya
Mereka menuju rumah sakit bersalin untuk memeriksakan kandungan Tania yang sudah masuk bulannya. Setelah itu mereka membeli beberapa perlengkapan bayi yang mereka rasa masih kurang, maklumlah memepersiapkan perlengkapan bayi untuk dua anak sekaligus. Cukup merepotkan, namun sangat menyenangkan bagi Ardi yang sangat antusia menyambut kelahiran anak pertamanya.
Drrr.... drr..
Ponsel Ardi bergetar, sebuah panggilan masuk dari kantornya.
Klik ...
"Selamat siang, Pak Ardi. Maaf menggangu waktunya. Ada klient dari luar kota yang datang mencari anda?", sekertaris Ardi meneleponnya.
"Apakah sudah buat janji sebelumnya denganku?"
"Sudah konfirmasi seminggu lalu, Pak"
"Baiklah ... "
Klik
Huuuh.... Ardi menghela nafas panjangnya. Dia lupa kalo siang ini ada janji dengan klient.
"Ada apa, Mas? Urusan kantor?",tanya Nia.
"Iya, sayang. Aku lupa kalau hari ini ada janji meeting dengan klienku dari luar kota. Kalau aku antar kamu nanti akan memakan waktu"
"Apa meeting nya lama, Mas"
"Tidak. Hanya tinggal penanda tanganan kontrak kerja saja, sayang. Semua berkas sudah diselesaikan pada meeting minggu lalu"
"Ya, sudah aku tunggu disini saja. Lagi pula kantor mu kan tidak jauh dari sini Mas"
"Kamu tidak apa-apa, sayang kalau aku tinggal sebentar?!"
"Ya, Mas. Tidak apa-apa. Hati-hatilah dijalan. Nanti aku akan menunggu dikafe dekat sini saja"
"Baiklah, aku akan cepat kembali. Tunggulah, sayang".
Ardi beegegas pergi menuju mobilnya, lalu memacu kuda besinya menuju kantornya yang hanya berjarak sepuluh menit dari sana.
"Tania?!",panggil seseorang.
Tania menoleh pada orang yang memanggilnya itu, seorang perempuan cantik, berambut ikat blonde dan bertubuh tinggi semampai. Aurabelle Fernando, kakak kandung Rachell Fernando.
"Mbak Bella?"
"Senang bertemu denganmu lagi. Bagaimana kabarmu, Nia?",ucap Bella sambil ber-cipika-cipiki. Dia mengamati perut besar Nia.
"Kabarku baik, Mbak. Senang bisa bertemu Mbak Bella lagi"
"Kamu sedang apa disini?", tanya Bella lagi.
"Menunggu Mas Ardi, tampaknya dia terlambat"
"Kalau begitu kita kedalam saja sambil mengobrol",ajak Bella.
Mereka masuk kedalam sebuah kafe, memesan sesuatu dan mengobrol dengan santai.
"Selamat atas kehamilanmu, Nia. Aku senang melihatnya. Ardi pasti bahagia sekali. Bagaimana dengan kandunganmu?"
"Terima kasih, Mbak Bella. Tinggal tunggu waktunya saja. Oiya, Mbak Bella ... Apa kabar Mbak Rachell??!"
"Rachell??!",wajah Bella berubah sedih.
"Ada apa, Mbak?"
"Rachell sudah meninggal lima bulan yang lalu"
"Meninggal?! Ya, Tuhan . . ", mata Nia berkaca-kaca.
Bukan main terkejutnya Nia mendengar kabar itu. Dia sama sekali tak menyangka dan tidak mempercayai apa yang didengarnya itu.