Chereads / Sentuhan Dendam Penuh Gairah / Chapter 40 - Posisi yang Memalukan

Chapter 40 - Posisi yang Memalukan

"Untuk yang satu ini Tuan Muda Mo tidak memaksa. Jadi, tidak apa-apa jika Nona Gu memang tidak mau menerimanya. Hanya saja, Tuan Muda Mo mengatakan bahwa barang-barang di dalamnya berkaitan dengan ayah Anda," ucap Ding Jian sambil tersenyum manis.

Mendengar bahwa isi kotak tersebut berkaitan dengan ayahnya, Gu Xiaoran tertegun sejenak, lalu dengan cepat meraih kotak itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat dua buah USB yang tertata rapi.

"Kata sandinya sama dengan kata sandi kartu," imbuh Ding Jian dengan cepat.

Gu Xiaoran yang penasaran akan isi USB tersebut segera meraihnya ke dalam tangannya dan berkata, "Bisakah aku menggunakan komputer sebentar?".

"Tentu saja, Nona. Silakan ikut saya," ujar Ding Jian sopan sambil berjalan meninggalkan kantor direktur. Di depan ruangan itu, terdapat ruangan sekretaris miliknya, lalu di sebelahnya terdapat sebuah jalan kecil yang terhubung dengan ruangan VIP. 

Ding Jian membimbing Gu Xiaoran memasuki ruangan VIP tersebut dan berkata, "Silakan, Nona. Komputer di ruangan ini dilengkapi oleh sistem keamanan tinggi, sehingga tidak akan ada orang yang dapat mengintip atau meretas komputer ini. Silakan Anda untuk menggunakannya," kata Ding Jian sambil menunjuk sebuah komputer di ujung ruangan tersebut.

Gu Xiaoran menunggu hingga Ding Jian keluar dari ruangan tersebut, lalu menyalakan komputer dan mencolokkan USB tersebut. Begitu isinya terbuka, muncul beberapa file yang berisikan bukti-bukti bahwa ayahnya terkait dengan tindak pidana korupsi. Jika pihak lawan tidak meminta pertanggung jawaban, maka ayahnya akan terbebas dari sanksi hukum. Namun jika sebaliknya, maka ayahnya dapat benar-benar diproses hukum dan kemungkinan besar dapat dikurung selama bertahun-tahun. Semakin ke bawah, semakin terlihat bahwa Han Ke banyak ikut andil dalam kasus tersebut. Dengan kata lain, jika ayahnya dijatuhi hukuman dan data ini sampai bocor ke luar sana, maka dapat dipastikan tunangannya itu juga tidak akan dapat lolos dari sanksi hukum.

Akhirnya, Gu Xiaoran mengerti apa maksud perkataan Mo Qing waktu itu. 'Jika kamu memohon padaku, maka aku akan menolongmu', sepenggal kalimat pria itu, seolah terngiang-ngiang di ingatannya saat ini. Bukti-bukti kuat seperti ini tentu dapat menekan Han Ke dan mencegahnya untuk terus mengancam dirinya dan ayahnya. Dia terkejut sekaligus senang, dengan bersemangat dia mencetak salinan bukti-bukti kejahatan tunangannya itu, lalu meraih USB yang satunya lagi dan menghubungkannya pada komputer. Begitu isi USB kedua terbuka, terdapat beberapa file video CCTV. Dibukanya satu per satu video itu sesuai dengan urutannya. Video-video itu merupakan video CCTV di hari ketika dirinya dipanggil pria itu untuk keluar ke gerbang sekolah. 

Terlihat mobil Han Ke berhenti di depan gedung kantor Imperial Group. Kemudian Bibi Xiang terlihat keluar dari mobil beserta dua orang pria bertubuh besar. Kedua orang pria tersebut membuka pintu bagasi belakang dan mengeluarkan sebuah kotak kardus besar. Di saat yang sama, Bibi Xiang tampak melakukan panggilan telepon. Tidak lama kemudian, Lin Yizhi muncul dari pintu utama untuk menemuinya. Ketika melihat Lin Yizhi, wanita tua itu segera membuka kardus tersebut dan di dalamnya terlihat dirinya yang tertidur pulas tidak sadarkan diri dengan tubuh yang terbungkus rapat oleh sehelai kain.

Melihat isi kardus itu tidak membuat Lin Yizhi membiarkan Bibi Xiang masuk begitu saja. Namun entah apa yang telah dikatakan wanita itu padanya hingga dia tampak dengan ragu-ragu mengangkat telepon dan tidak lama kemudian seluruh karyawan yang masih lembur untuk berbondong-bondong keluar dari gedung dan pulang ke rumah masing-masing.

Setelah memastikan para staf pulang, baru lah Lin Yizhi membiarkan Bibi Xiang membawan Gu Xiaoran yang tak sadarkan diri ke dalam gedung, menuju ke ruangan kantor Mo Qing. Sebelum memasuki ruangan tersebut, terlihat mereka mengeluarkan tubuhnya dari kardus ketika masih berada di ruang sekretaris Mo Qing. Setelahnya, Bibi Xiang sendiri yang membawanya ke kantor Mo Qing, membuka kain yang meliliti tubuhnya, lalu mengatur dirinya agar terduduk di atas meja kantor Mo Qing dengan pose yang menjijikkan dan sungguh memalukan. Setelah yakin telah mengatur posisi tubuhnya dengan baik, wanita tua itu terlihat keluar meninggalkan ruangan tersebut sambil membawa sehelai kain.

Pada video berikutnya terlihat, Mo Qing kembali ke kantor dan Lin Yizhi terlihat segera melapor padanya jika Han Ke mengirimkan hadiah padanya. Ketika melihat video CCTV tersebut, darah Gu Xiaoran seolah mendidih. Dia menggertakkan giginya dengan marah, dengan cepat tangannya mengeluarkan USB, mematikan komputer, lalu meninggalkan ruangan VIP tersebut.

Melihat Gu Xiaoran yang tiba-tiba muncul, Ding Jian menyapanya dengan terburu-buru. "Nona Gu tidak ada jadwal kelas hari ini. Anda dapat tinggal di sini untuk beristirahat. Namun jika Anda tidak ingin tinggal di sini untuk beristirahat, saya dapat mengatur mobil untuk mengantarkan Anda kembali ke asrama," ucapnya terdengar sopan dan ramah.

"Bagaimana dengan Mo Qing? Di mana dia berada?" tanya Gu Xiaoran masih dengan sebongkah rasa kesal pada hatinya.

"Tuan Muda Mo sudah berangkat ke Los Angeles pagi ini. Dia seharusnya sedang berada di dalam pesawat sekarang. Mengenai jadwal kepulangannya, saya tidak dapat memberitahu Nona Gu demi kepentingan perusahaan," jelas Ding Jian pada Gu Xiaoran.

"Kalau begitu, apa kamu tahu nomor telepon Bibi Xiang?" tanya Gu Xiaoran pada pemuda itu. Walaupun dia telah melihat keseluruhan video CCTV tersebut, namun ada beberapa hal yang harus dipastikannya sendiri. Dan lagi, dia harus mengambil kembali uang senilai 1000 Yuan yang berada di saku celana jeansnya. Uang tersebut adalah uang miliknya untuk bertahan hidup, tentu saja harus mendapatkan uang itu kembali.

Ding Jian sendiri tampak bingung ketika mendengar Gu Xiaoran menginginkan nomor telepon wanita paruh baya tersebut. Namun dia tetap dengan segera mencari tahu nomor telepon wanita itu. Tidak lama kemudian, dia menyerahkan secarik kertas kecil bertuliskan nomor telepon pada Gu Xiaoran. "Nona Gu, ini nomor telepon yang Anda inginkan," ucapnya singkat.

"Terima kasih. Oh ya, bisakah kamu pinjamkan uang kecil pecahan 2 Yuan padaku?" tanya Gu Xiaoran pada pemuda itu tanpa basa-basi.

Ding Jian segera mengambil semua uang kecil yang ada di dompetnya dan cepat-cepat menyerahkannya pada Gu Xiaoran.