Su Wan mengangkat kepalanya, raut wajahnya tampak begitu polos, sepasang matanya tampak berkaca-kaca sehingga bisa membuat orang lain teringat pada bunga bakung yang suci.
Laki-laki itu langsung menatap Su Wan, bibirnya terbuka, namun saat ucapannya berada di ujung mulutnya, ia tidak bisa mengatakan apapun. Jika keadaannya berbeda seharusnya ia senang melihat Su Wan menunjukkan kebahagiannya seperti ini, namun tiap kali teringat pada anak di perut Su Wan, ia pun teringat pada ucapan Pemimpin besar.
Sebenarnya laki-laki itu tidak terlalu percaya bahwa orang penuh kekurangan seperti Su Wan bisa menjadi mata-mata, hanya saja ia kini memiliki jarak dengan Su Wan, ia pun tidak bisa sepenuhnya percaya pada Su Wan, meski raut wajah Su Wan tampak polos.