Chapter 9 - 09. Arka

Pesta akhir tahun perusahaan dilaksanakan setiap tanggal 29 Desember.  Kali ini,  tanggal 29 yang bertepatan dengan libur akhir pekan menjadi kesempatan bagus bagi karyawan Oridho Crop untuk mempersiapkan penampilannya di malam hari— terutama bagi karyawan wanita yang mulai memenuhi pusat perbelanjaan untuk memilih gaun terbaik,  serta salon kecantikan guna memperindah penampilan.

Tapi, hal ini tidak berkaitan dengan Nana.  Saat ini,  wanita itu masih asyik berbaring di atas ranjang ditempati sepiring kacang mete serta ponsel.  Jari-jari Nana bergerak lincah menyusun kata demi kata menjadi kalimat.

"Siapa yang memintamu datang?" Itu adalah apa yang dikatakan Naya di dalam novel yang dia tulis.

Saat ini,  plot telah mencapai tempat dimana sang detektif mengunjungi Naya di Rumah sakit secara aktif.

"Nona,  kamu masih harus bekerja sama dengaku dalam menjalankan penyelidikan."

"Detektif Ji,  aku sudah memberitahumu semua yang aku ketahui!" Tokoh Naya di dalam novelnya membalas dengan ekspresi cemberut.

Ketika Nana ingin menulis kelanjutan ceritanya,  Ponsel Nana bergetar menampilkan nama Yeri yang membuatnya tidak bisa menahan kekesalan.  Lagipula,  siapa yang tidak kesal diganggu saat melakukan sesuatu? Terlebih, memasuki dunia cerita bukanlah hal yang mudah,  dan ketika dunia itu terganggu oleh sedikit suara saja,  dunia itu akan hancur berkeping-keping.

"Halo!  Assalamu'alaikum,  ada apa?" Nana berkata dengan nada tidak sabar. 

Sebaiknya wanita muda itu membawa kabar baik atau dia akan mencincang nya!

"Senior,  ada apa denganmu? Kenapa kamu terdengar kesal?" Disisi lain telepon,  Yeri duduk di depan cermin rias.  Masih mengenakan piyama dan handuk yang membungkus rambutnya.

Nana mendengus, "cepat katakan apa yang kamu inginkan!  Aku sedang sibuk."

"Yak! Apa yang membuatmu sangat sibuk diakhir pekan,  senior?"

"Bukan apa-apa.  Ayo!  Cepat katakan apa tujuanmu!" Nana mendesak.  Sungguh jika Yeri bukan teman dekatnya,  dia tidak akan mengangkat telepon disaat seperti ini.

Seolah mendengar ancaman di dalam kalimat Nana,  Yeri disisi lain panggilan menguap malas, mengaplikasikan pelembab ke wajahnya lalu menjawab:  "Senior,  ayo kita berbelanja!"

"Belanja? Untuk apa?"

"Senior, apa kamu tidak ingat ada pesta perusahaan malam ini? Tentu saja kita harus membeli gaun baru, kan?"

"...." Dia tidak pernah melakukan itu.

"Senior, jangan bilang kamu tidak pernah berbelanja baju baru untuk ulang tahun perusahaan?"

Nana mengangguk tanpa sadar.

Sementara itu, di sisi lain telepon Yeri menghela napas.

"Lalu, bagaimana dengan pergi ke salon?"

"...." Apa itu perlu?

"Jangan bilang kamu juga tidak pernah! Senior, apa kamu tidak tahu betapa pentingnya pesta akhir tahun perusahaan bagi karyawan seperti kita?"

"Memang, apa pentingnya pesta perusahaan itu? Kenapa aku harus membeli gaun baru?"

Nana bisa mendengar Yeri mendesah mendengar pertanyaannya.

"Sudahlah, terlalu merepotkan menjelaskannya lewat telepon. Sekarang senior, bersiaplah! Aku akan menjemputmu tiga puluh menit lagi!" Lalu sebelum Nana dapat menolak, Yeri telah memutus sambungan telepon disambung dengan serentetan pesan WhatsApp.

Yeriana:

*Senior! Kamu harus ikut!

Kalau tidak, aku akan....

Aku akan marah padamu*!

Nana tanpa sadar mengulas senyum membaca pesan Yeri. Harta hidup ini... Darimana dia mendapat kepercayaan diri sebesar itu?

Meski begitu, Nana masih mempersiapkan dirinya untuk pergi berbelanja.

Ketika Nana tengah mengaplikasikan make-up ke wajahnya, bel Apartemen berbunyi membuat Nana mengernyit.

Siapa yang mencarinya?

Batinnya lalu mengunakan lipstik berwarna peach sebelum menjawab: "tunggu sebentar!" Lalu berjalan untuk membuka pintu Apartemen.

"Fina!"

Fina mengangguk mendengar panggilan Nana, lalu, tanpa menunggu dipersilahkan masuk wanita beranak satu itu memasuki ruangan bersama bayi kecil di gendongannya.

"Lo mau keluar, Na?" Dia mengajukan pertanyaan setelah melihat penampilan rapi Nana dan sebuah tas tangan tergeletak di atas meja rias.

Nana mengangguk, berjalan mendekati mereka. "Apa kamu mau ikut? Dan ya, kita bisa mampir membeli mainan untuk anak baptis ku yang tampan dan lucu!" Ia mencuci pipi gemuk Arka diakhir kalimatnya, membuat lelaki kecil itu bersembunyi di dada Fina.

"Mommy... Mommy Nana nakal!" Rengek Arka yang membuat ke-dua orang dewasa itu tertawa geli.

"Emang lo mau pergi kemana, Na?" Fina mengabaikan rengekan Arka.

"Belanja!"

"Sama siapa? Tumben lo mau keluar belanja?" Biasanya, wanita itu memesan kebutuhannya secara online.

Mengabaikan tatapan curiga Fina, Nama menjawab santai: "temen kantor. Lo mau ikut gak?"

"Tunggu! Temen kantor? Cewek atau cowok? Kalau cowok gue ogah." Dia tidak berniat menjadi bola lampu, oke?

Nana mendengus. "Cewek lah. Udah ah! Lo ikut aja, biar rame!" Nana memutuskan sementara Fina mengerjap.

"Na, gue gak kenal temen kantor lo dan gue bawa Arka loh!"

"Terus? Tenang, temen gue yang ini gak kalah cerewet dari lo, dan...." Nana menunduk, menatap Arka yang menatapnya dengan mata bulat, "anak baptis gue gak mungkin nyusahin! Juga, nanti kalau lo capek, kita bisa gantian gendong dia." Lalu menunduk dan mencium pipi teman Arka.

"Harumnya...." Nana mendesah dengan senyuman mencium aroma Arka yang harum seperti susu, sementara lelaki kecil itu terkikis geli.

Karena itulah yang dilihat Yeri ketika Nana membuka pintu ialah—

"Senior! Apa ini anakmu?" Yeri melotot kaget melihat lelaki kecil yang tampan dan imut di dalam pelukan Nana.

Nana mengangguk ringan. Anak baptis juga termasuk anaknya, bukan?

Sementara dia tidak menyadari rangsangan sehebat apa yang Yeri Terima karena jawabannya.

"Senior, kamu—"

Suara tawa lembut menyela tebakan Yeri. Saat ini, Fina datang mengenakan gaun biru muda selutut dengan rambut kuncir kuda.

"Tenang, dia anakku!" Fina menjelaskan.

Mendengar itu Yeri menghela napas lega ;membelai dadanya dan berkata: "syukurlah. Uh, senior! Kamu membuat ku nyaris kaget sampai mati!" Keluhannya dengan bibir cemberut.

Fina yang berdiri di samping Nana tertawa lembut. Wanita muda ini terlihat menggemaskan!

Batinnya, lalu mengulurkan tangan. "Fina, sahabat Nana."

"Yeri," Jawabnya membalas uluran tangan Fina dengan senyum lebar, "Fina! Aku harap kita bisa berteman baik!"

Fina mengangguk. "Baiklah."

Lalu, ketiga wanita itu berbicara dan tertawa beberapa saat sebelum pergi berbelanja.

Kali ini mereka menggunakan mobil Yeri yang uh, bolehkah Nana mengatakan terlalu imut dan girly? Pasalnya, mobil Yeri memiliki warna pink dari interior ke eksteriornya. Baik, sebenarnya itu juga tidak jauh berbeda dari Apartemen yang ia tempati. Tapi...

"Kenapa aku tidak pernah melihatmu mengendarai mobil ini?" Memang, selama ini Yeri selalu mengendarai mobil berwarna putih yang netral.

Yeri terkekek eh, membuka pintu mobil sebelum menjawab: "Hehe, aku memang jarang menggunakan mobil ini." Lalu menjalankan mobil setelah Fina, Arka, dan Nana duduk di dalamnya.

"Fin, berapa usia Arka?" Yeri bertanya penasaran saat dia mengintip lelaki kecil dipangkuan Fina melaui kaca spion.

Fina mengulas senyum, "dua tahun lebih satu bulan, Yer."

"Oh," Yeri mengangguk paham.

Lalu yang terjadi selanjutnya adalah percakapan antara Yeri dan Fina disertai ocehan Arka sementara Nana mengulas senyum lembut.